Kebhinekaan merupakan sebuah hal yang tidak sanggup dihindari dalam kehidupan bangsa Indonesia yang mencakup kebhinekaan suku bangsa, bahasa, sopan santun istiadat dan sebagainya. Kebhinekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Dikatakan sebagai sebuah potensi, lantaran hal tersebut akan menciptakan bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan mempunyai kekayaan yang melimpah. Kebhinekaan bangsa Indonesia juga merupakan sebuah tantangan bahkan ancaman, lantaran dengan adanya kebhinekaan tersebut gampang menciptakan penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, gampang tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu sanggup menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Keberagaman masyarakat mempunyai potensi menimbulkan banyak sekali kasus dalam masyarakat. Salah satu karakteristik keberagaman ialah adanya perbedaan. Perbedaan yang tidak terselesaikan sanggup berkembang menjadi konflik kontradiksi di dalam masyarakat. Berbagai perbedaan di lingkungan masyarakat sanggup menjadi faktor penyebab kasus yaitu konflik.
Konik berasal dari kata kerja Latin congere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
A. Bentuk Konflik pada Masyarakat Indonesia
Konflik dalam masyarakat sanggup digolongkan ke dalam konflik ideologi dan konflik politik. Konflik ideologi terjadi lantaran perbedaan ideologi dalam masyarakat, salah satu contohnya ialah peristiw G30S/PKI. Sedangkan konflik politik ialah konflik yang terjadi akhir perbedaan kepentingan dalam memperoleh kekuasaan. Salah satunya ialah bentrokan menolak kebijakan pemerintah atau menuntut sesuatu.
Berdasarkan jenisnya konflik dalam masyarakat sanggup dikelompokkan menjadi konflik antarsuku, antaragama, antarras, dan antar golongan.
- Konflik antarsuku yaitu kontradiksi antara suku yang satu dengan suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga mempunyai perbedaan sopan santun istiadat, budaya, sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini sanggup menimbulkan konflik dalam masyarakat.
- Konflik antaragama yaitu kontradiksi antarkelompok yang mempunyai keyakinan atau agama brbeda. Konflik ini sanggup terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
- Konflik antarras yaitu kontradiksi antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan ini sanggup disebabkan perilaku rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda menurut ras.
- Konflik antargolongan yaitu kontradiksi antar kelompok dalam masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat sanggup dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
Pertentangan antara dua orang yang berbeda suku belum tentu konflik antarsuku, sanggup saja disebabkan oleh faktor lain ibarat kasus eksklusif yang tidak berkaitan dengan perbedaan suku. Konflik antarsuku sanggup saja berawal dari konflik antarpribadi seseorang A yang berasal dari suku X mempunyai kasus eksklusif dengan orang lain B yang berasal dari suku Y, lantaran hutang piutang. Masalah yang bersifat eksklusif ini sanggup berkembang menjadi antarsuku apabila keduanya kemudian saling menghina asal kawasan atau suku masing-masing. Konflik antar eksklusif ini akan berkembang lebih lanjut, apabila masing-masing orang ini, meminta sumbangan kepada orang lain yang berasal dari suku masing-masing.
Hal ini juga terjadi pada konflik individu dengan kelompok, maupun konflik antarkelompok dengan kelompok yang berkembang menjadi konflik antarras, maupun antargolongan.
No. | Jenis Konflik | Contoh Konflik | Uraian Singkat Konflik |
---|---|---|---|
1. | Konflik Antarsuku | Konflik antara suku Dayak dan Madura di Sampit. | Pertikaian yang terjadi antara Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang besar lengan berkuasa di kedua belah pihak. Situasi ibarat itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, sopan santun orang Madura yang membawa bendo atau celurit ke mana pun pergi, menciptakan orang Dayak melihat sang “tamu”-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak, membawa senjata tajam hanya dilakukan saat mereka hendak berperang atau berburu. |
2. | Konflik Antaragama | Konflik Ambon | Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara salah seorang perjaka Nasrani asal Ambon yang berjulukan J.L, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot dengan seorang perjaka Islam asal Bugis, NS, penganggur yang sering melaksanakan pemalakan khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah. |
3. | Konflik Antarras | Politik apartheid | Konflik rasial umumnya terjadi lantaran salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling tepat di antara ras lainnya. Konflik rasial misalnya, terjadi di Afrika Selatan yang populer dengan politik apartheid. Konflik ini terjadi antara golongan kulit putih yang merupakan kelompok penguasa dan golongan kulit gelap yang merupakan golongan secara umum dikuasai yang dikuasai. |
4. | Konflik Antargolongan | Konflik internal Partai Golkar | Faksi-faksi di badan Golkar banyak dan ego di antara mereka juga besar lengan berkuasa dampaknya maka setiap munas mereka tak pernah mempunyai figur utama yang kuat. Itu karena, banyak faksi diisi para politisi kawakan dan mereka saling berlomba menguasai basis formal organisasi, sehingga kerapkali Munas tuntas dari segi prosedural tetapi tidak menghadirkan kohesi di antara mereka. |
B. Penyebab Konflik dalam Masyarakat
Konflik dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi secara tiba- tiba. Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala, beberapa tanda-tanda yang menunjukkan adanya konflik sosial dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
- Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, ibarat perbedaan tujuan, cara melaksanakan sesuatu, dan sebagainya.
- Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
- Adanya kontradiksi norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
- Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
- Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
- Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial, dan kontradiksi (konflik)
Sedangkan beberapa tanda-tanda dalam masyarakat yang mempunyai potensi menjadi penyebab konflik antara lain sebagai berikut.
- Gejala menguatnya etnosentrisme dalam masyarakat. Etnosentrisme ialah perasaan kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling andal sehingga mengukur kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain ibarat kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
- Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Stereotip ini sanggup terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun golongan, ibarat geng sepeda motor, kelompok sampaumur tertentu, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip menimbulkan perilaku prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
- Hubungan antar penganut agama yang kurang harmonis. Sikap fanatik yang berlebihan terhadap keyakinan masing-masing, sanggup menimbulkan perilaku tidak toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada aliran agama masing-masing ialah keharusan, namun kita dilarang memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama sanggup menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu duduk kasus dalam masyarakat.
- Hubungan antara penduduk orisinil dan penduduk pendatang yang kurang serasi sanggup menimbulkan banyak sekali kasus dalam masyarakat beragam. Ketidakharmonisan sanggup terjadi diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi, dan sebagainya.
Beberepa sosiolog menjelaskan penyebab konflik dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
- Perbedaan individu, ibarat perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, pendirian. Sebagai individu orang mempunyai sifat dan kepribadian masing-masing. Perbedaan individu ini sanggup menimbulkan konflik dalam masyarakat.
- Benturan antarkepentingan, ibarat kepentingan ekonomi, politik, maupun ideologi. Keterbatasan sumber daya, perebutan tempat usaha, persaingan pekerjaan merupakan pola faktor ekonomi yang sering menimbulkan konflik dalam masyarakat.
- Perubahan sosial yang terjadi secara cepat dan mendadak sanggup pula menimbulkan ketidaksiapan masyarakat mendapatkan perubahan.
- Perbedaan kebudayaan yang menimbulkan perasaan kelompoknya (in group) dan bukan kelompoknya (out group). Perbedaan kebudayaan sering kali diikuti dengan etnosentrisme.
No. | Peristiwa Bentrokan | Penyebab Bentrokan |
---|---|---|
1. | Tragedi Trisakti 1998 | Mahasiswa menganggap pemerintah waktu itu telah semena - mena memakai kekuasaanya, berujung dengan penembakan mahasiswa. Lebih dikenal dengan peristiwa Trisakti |
2. | Bentrokan Priok | Polres ingin menggusur makam Mbah Priok, jagoan kawasan tersebut yang dianggap makam kramat. |
3. | Demo Kenaikan BBM | Demo besar - besaran untuk menolak kenaikan BBM, menciptakan pemerintah terpaksa mengurungkan niatnya untuk menaikkan harga. |
4. | Suporter Persija dan Persib | Beberapa simpatisan The Jak menghadang dan bahkan melempari bus yang digunakan bobotoh. Viking dan The Jak bagaikan air dan minyak yang tidak sanggup akrab, sehingga mereka selalu saling mengejek, menghina, dan bahkan saling serang. |
5. | Satpol PP dan Pedagang Kakilima | Bentrok antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan pedagang kaki lima (PKL) di area Monumen Nasional. Bentrok tersebut dipicu oleh lemparan kerikil oleh PKL. |
C. Akibat Konflik
Konflik dalam masyarakat mempunyai akhir positif dan negatif secara perorangan maupun kelompok. Salah satu akhir positif konflik ialah bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok. Sedangkan akhir negatif konflik antara lain sebagai berikut.
- Perpecahan di dalam masyarakat. Kerukunan masyarakat akan terganggu akhir konflik yang terjadi sehingga anggota yang sebelumnya saling bertegur sapa menjadi saling memusuhi.
- Kerugian hara benda dan korban manusia. Kerusakan akomodasi umum, dan rumah eksklusif merupakan pola kasatmata akhir dari suatu konflik, bahkan konflik juga sanggup menimbulkan korban jiwa.
- Kehancuran nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Nilai kasih sayang, kekeluargaan, saling menolong, persaudaraan akan memudar atau hilang akhir dari sebuah konflik. Aturan-aturan sosial juga berubah, ibarat larangan bertemu dan bekerja sama dengan kelompok lain.
- Perubahan kepribadian. Beberapa pola perubahan kepribadian akhir konflik antara lain contohnya anaka-anak korban konflik yang menjelma pemurung, takut melihat orang lain, dan menjadi pendendam. Orang yang terlibat konflik juga menjadi pemarah, pndendam, dan beringas serta agresif.
No comments:
Post a Comment