Friday, July 31, 2020

Kaidah Kebahasaan Teks “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”

Teks ulasan yaitu teks yang berisi tinjauan, ulasan, kupasan, tafsiran, penilaian terhadap suatu karya baik berupa film, drama, buku dan lain-lain yang sanggup berwujud komentar, kritik, saran untuk mengetahui kualitas, kelebihan, atau kekurangan yang dimiliki karya tersebut sehingga sanggup dipublikasikan kepada pembaca/khalayak.

Film Rumah Tanpa Jendela merupakan film drama/musikal Indonesia yang dirilis pada 24 Februari 2011, yang disutradarai oleh Aditya Gumay. Film ini dibintangi oleh Emir Mahira dan Dwi Tasya. Peristiwa yang disajikan diangkat dari kisah pendek “Jendela Rara” karya Asma Nadia, yang bersumber dari kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji. Teks ulasan film “Rumah Tanpa Jendela” yang bertajuk “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”

Kaidah kebahasaan yaitu aturan-aturan fundamental yang menjadi standar untuk digunakan dalam pemahaman bahasa. Kaidah kebahasaan teks ulasan sanggup diartikan sebagai aturan-aturan dasar yang menjadi standar teks ulasan. Kaidah kebahasaan teks ulasan antara lain terdiri dari kosakata, verba, nomina, dan pronomina. Nomina yang ada dalam teks ulasan tersebut terdiri dari nomina dasar yaitu yaitu nomina yang hanya terdiri atas satu morfem dan sanggup dibagi menjadi nomina dasar umum dan nomina dasar khusus. Nomina turunan yaitu nomina yang diturunkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan.

Verba/kata kerja dikelompokkan menjadi verba aktif dan verba pasif. verba aktif kata kerja yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau memperlihatkan tindakan atau perbuatan. Verba pasif yaitu kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, target tindakan, atau hasil.

Kosakata yaitu keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya. Pronomina yaitu kata yang digunakan untuk mengacu pada nomina atau kata benda lain. Terdapat tiga jenis pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu:
  1. Pronomina persona yaitu pronomina yang digunakan untuk contoh berupa manusia. Contoh: saya, aku, engkau, kau, kamu, ia, dia, -nya, -mu, -ku, dan lain-lain.
  2. Pronomina penunjuk yaitu pronomina yang digunakan untuk penunjuk umum, arah dan tempat. Contoh: ini, itu, di sana, di sini.
  3. Pronomina penanya yaitu pronomina yang digunakan untuk menanyakan hal berupa manusia, barang, atau pilihan. Contoh: siapa, apa dan mana.
Teks ulasan yaitu teks yang berisi tinjauan Kaidah Kebahasaan Teks “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”
1. Kosakata
Kosakata yaitu keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya. Dalam model teks ulasan banyak terdapat kosakata gres diantaranya yaitu sebagai berikut.
No.KosakataArti Kosakata
1.AdaptasiPenyesuaian terhadap lingkungan
2.AksesJalan masuk
3.BioskopTempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar.
4.BorjuisKelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
5.DestruktifBersifat merusak
6.EksploitasiPemanfaatan untuk laba sendiri
7.FragmentasiPencuplikan (cerita dsb)
8.GenderSuatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara perempuan dan laki-laki baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya.
9.HarmonisBersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; kondisi seiya sekata diantara anggota keluarga
10.InspirasiIlham
11.KlasikMempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan yang abadi; tertinggi
12.KolektifSecara bersama; secara gabungan
13.KomaKeadaan tidak sadar sama sekali dan tidak bisa memberi reaksi terhadap suatu rangsangan (karena keracunan, sakit parah, dsb)
14.KompensasiGanti rugi
15.KutubUjung poros atau sumbu bumi
16.LogikaJalan pikiran yang masuk akal
17.MetaforaPemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
18.ModelPola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan
19.ObsesiGangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menarik hati seseorang dan sangat sukar dihilangkan
20.Oposisi binerBerpaku pada hal-hal yang berlawanan
21.ParadoksPernyataan yang seakan-akan bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran
22.ProtektifSifat orang untuk menjaga dan melindungi sesuatu yang disayanginya secara berlebihan
23.RasGolongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa:
24.Realita sosialSuatu insiden yang memang benar terjadi di tengah - tengah masyarakat.
25.SindromHimpunan tanda-tanda atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara gotong royong membentuk pola yang sanggup diidentifikasi
26.Sekolah singgahTempat berguru yang hanya menumpang
27.TemperamenGaya sikap seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan.
28.TradisiAdat kebiasaan bebuyutan (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat; Sesuatu yang telah dilakukan untuk semenjak usang dan menjadi penggalan dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama
29.UtopiaSistem sosial politik yang tepat yang hanya ada di bayangan (khayalan) dan sulit atau mustahil diwujudkan di kenyataan
30.VillaRumah mungil di luar kota atau di pegunungan; rumah peristirahatan (digunakan hanya pada waktu liburan)

Di dalam teks juga terdapat beberapa kata asing. Dengan menggunakan kamus atau rujukan lain yang sejenis,coba kalian temukan arti dari istilah ajaib tersebut.
No.Kata AsingArti
1.Leisure activityAktivitas yang menyenangkan,dilakukan pada waktu senggang
2.Opposite attracksTertarik pada suatu hal yang berlawanan
3.PrivilegeHak istimewa yang tidak bisa didapat oleh setiap orang.
4.Self-referenceReferensi untuk pribadi
5.SceneAdegan
5.Taken-for-granted Tidak menganggap atau tidak menghargai nilai dari suatu hal lantaran sudah sangat biasa terjadi.

2. Verba/kata kerja
Verba yaitu kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Verba yang menjadi kunci di dalam pelajaran ini yaitu mengulas. Kata mengulas berasal dari kata dasar ulas yang bermakna ‘membeberkan klarifikasi dan komentar’; ‘menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb.)’; ‘mempelajari’; atau ‘menyelidiki’. Verba tersebut bersinonim dengan beberapa verba lain yang bermakna ‘memberikan’ atau ‘menentukan ukuran atau penilaian’, contohnya pada beberapa kata menyerupai dalam tabel di bawah ini.
NoKata DasarVerbaNomina
1.UlasMengulasUlasan
2.NilaiMenilaiPenilaian
3.EvaluasiMengevaluasiPengevaluasi
4.KritikMengkritikKritikan
5.UkurMengukurUkuran
6.KomentarMengomentariPengomentar
7.TafsirMenafsirkanTafsiran
8.KupasMengupasKupasan

Verba Aktif yaitu kata kerja yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau memperlihatkan tindakan atau perbuatan. Verba Pasif yaitu kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, target tindakan, atau hasil. Beberapa verba aktif dan pasif pada teks ulasan antara lain sebagai berikut.
NoKata DasarVerba AktifVerba Pasif
1.Kembangmengembang, mengembangkanDikembangkan
2.AcuMengacuDiacu
3.PakuMemakuDipaku
4.LawanMelawanDilawan
5.UtamaMengutamakanDiutamakan, Terutama
6.KaitanMengaitkanDikaitkan, Terkait
7.AdaptasiMengadaptasiDiadaptasi
8.InspirasiMenginspirasikanDiinspirasikan, Terinspirasi
9.AlamiMengalamikanDialamikan
10.JendelaMenjendelakanDijendelakan
11.BelajarMengajarDiajar
12.MukimMemukimkanDimukimkan
13.ObsesiMengobsesikanDiobsesikan, Terobsesi
14.GambarMenggambarkan
Digambarkan, Tergambar
15.RusakMerusakDirusak
16.TenangMenenangkanDitenangkan
17.MewahMemewahkanDimewahkan

3. Nomina
Nomina yaitu kata benda. Di dalam model teks ulasan film “Rumah Tanpa Jendela” banyak terdapat nomina. Nomina terdiri atas nomina dasar dan nomina turunan. Nomina dasar terdiri atas nomina umum dan nomina khusus. Beberapa nomina dasar (khusus dan umum) serta nomina turunan yang terdapat di dalam teks tersebut yaitu sebagai berikut.
NoNomina UmumNomina Khusus
1.filmSanggar
2.rumahHollywood
3.impianAldo
4.keluargaRara
5.majalahsi Mbok
6.bukuKomunitas
7.jendelaMobil
8.negaraKrayon
9.polisiKolam renang
10.vilaKamera
11.jakartaBioskop

Selain nomina dasar, di dalam model teks ulasan tersebut juga terdapat banyak nomina turunan. Pada umumnya nomina turunan dibuat dengan menambahkan prefix, sufiks, atau konfiks pada kata dasar. Beberapa contoh nomina turunan pada tek ulasan yaitu sebagai berikut.
Nomina Turunan
pe-+Npeng+N+-anN+-anper-+-anke-+N+-an
PenandaPenghidupanImpianPermukimanKecenderungan
PerusakPenggambaranRangkaianPertemuanKebutuhan
PembuatPemenuhanKalanganPersahabatanKetenangan
PembantuPenyederhanaanHiburanPermasalahanKemewahan
PenontonPemaknaanPaparanPerbedaanKetakutan
-PenawaranKhayalan-Kemiskinan

Antonim yaitu suatu kata yang artinya berlawanan satu dengan lainnya. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Selain mencari sinonim dari verba mengulas,di dalam teks juga terdapat beberapa antonim atau lawan kata berikut. Beberapa antonim untuk dalam teks ulasan “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” antara lain sebagai berikut.
NoKataAntonimNoKataAntonim
1.keterbatasankelebihan8.kemewahankesederhanaan
2.ketidakadilankeadilan9.perbedaanpersamaan
3.pertemananpermusuhan10.perusakperbaikan
4.ketakutankeberanian11.pemenuhanpengosongan
5.penolakanpenerimaan12.si kayasi miskin
6.pertemuanperpisahan13.penyederhanaanpenjabaran
7.ketenangankegaduhan14.kenyamanankegelisahan

4. Pronomina
Pronomina yaitu kata yang digunakan untuk mengacu nomina yang lain. Teks ulasan film atau drama pada umumnya didominasi oleh pronomina orang ketiga, menyerupai ia dan nya. Selain itu, ada pula sebutan untuk nama tokoh. Beberapa contoh pronomina dalam “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” antara lain sebagai berikut.
  1. Sebuah keinginan yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
  2. Namun, permasalahan dari film musikal belum dewasa yaitu bahwa ia memperlihatkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film semoga bisa dipahami oleh anak-anak.
  3. Oleh alasannya yaitu itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini yaitu iayang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
  4. Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan saat ia“dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar.
  5. Sang pangeran yaitu tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya(anggota keluarga).
  6. Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
  7. Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
  8. Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
  9. Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi miliknya, yaitu kemewahan berupa rumah berjendela.
  10. Logika pemaknaan tersebut bekerja saat Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun abang Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
  11. Keinginan Rara untuk mempunyai sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
  12. Oleh lantaran itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka sanggup ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
  13. Permasalahan yang dimiliki belum dewasa ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya.
  14. Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
  15. Dengan si miskin berlapang dada mendapatkan kondisinya dan si kaya berguru bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang tepat dan serasi akan tercipta.
  16. Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, semoga mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis remaja yang diperlukan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
  17. Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang hiperaktif yaitu energi dan semangat kanak-kanak.

5. Adjektiva
Adjektiva (kata sifat atau kata keadaan) yaitu kata yang digunakan untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang. Beberapa contoh adjektiva dalam Teks "Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis" yaitu sebagai berikut.
NoAdjektivaFrasa Adjektiva
1.kumuhpermukiman kumuh
2.keringjiwanya kering
3.dramatispenekanan dramatis
4.cilikgadis cilik
5.dramatispenekanan dramatis
6.utuhkeluarga yang utuh
7.berlebihanfisiknya berlebihan
8.baikkeadaanya baik
9.dilemanamengakibatkan dilema personal

6. Konjungsi
Konjungsi yaitu kata hubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif, subordinatif, korelatif, antarkalimat, dan antarparagraf. Lihatlah beberapa contoh kalimat yang menggunakan keempat konjungsi itu.
NoKonjungsiKalimat
1.Koordinatif:
• dan
• atau
• tetapi
  1. Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
  2. Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu daerah permukiman kumuh.
  3. Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
  4. Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
  5. Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya.
  6. Persahabatan Aldo dan Rara tidak berjalan mulus.
  7. Ibu dan abang perempuan Aldo menganggap teman-teman gres Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
  8. Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh narasi sosialekonomi Aldo dan Rara.
  9. Aldo, si kaya, mempunyai aneka macam privilege (mobil mewah, rumah mewah, supir, pembantu, dan sekolah khusus).
  10. Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
  11. Oleh alasannya yaitu itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini yaitu ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
  12. Aldo memungkinkan Rara mengakses ini dan bahkan yang lebih lagi: kolam renang, mobil, buku, dan krayon.
  13. Logika pemaknaan tersebut bekerja saat Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun abang Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
  14. Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya menyerupai Rara.
  15. Oleh lantaran itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka sanggup ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
  16. Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan Aldo dan Rara.
  17. Dengan si miskin berlapang dada mendapatkan kondisinya dan si kaya berguru bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang tepat dan serasi akan tercipta.
  18. Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, semoga mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis remaja yang diperlukan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan risikonya tidak perlu dipertanyakan.
  19. Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
  20. Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini, kecuali aksentuasi dramatis belaka.
  21. Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang hiperaktif yaitu energi dan semangat kanak-kanak.
  22. Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik kekerabatan interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
  23. Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun sikap destruktif yang merupakan penggalan dari kehidupan masyarakat miskin di belahan dunia manapun.
  24. Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen.
  25. Dengan begitu, mereka melaksanakan kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan membuatkan kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
  26. Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, belum dewasa menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
  27. Jendela dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
  28. Jendela yaitu rasa syukur atau konsep penerimaan atas suatu kondisi.
  29. Film ini memperlihatkan model utopia dalam merespons kondisi masyarakat Indonesia yang terfragmentasi dalam kelas-kelas sosial-ekonomi, yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang dibayangkan oleh kelas menengah atas.
  30. Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
2.Subordinatif:
• sesudah
• sebelum
• sementara
• jika
• agar
• supaya
• meskipun
• alih-alih
• sebagai
• sebab
• karena
• maka
  1. Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya menyerupai Rara.
  2. Jendela memungkinkan orang melihat, bukan terlibat jika dibandingkan dengan pintu yang menyediakan susukan untuk masuk/ keluar.
  3. Namun, permasalahan dari film musikal anakanak yaitu bahwa ia memperlihatkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami oleh anak-anak.
  4. Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis remaja yang diperlukan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan risikonya tidak perlu dipertanyakan.
  5. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
  6. Ibu dan abang perempuan Aldo menganggap teman-teman gres Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
  7. Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan saat ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar.
  8. Keinginan Rara untuk mempunyai sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
  9. Permasalahan yang dimiliki belum dewasa ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya.
  10. Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu belum dewasa kelas menengah atas yang bisa mengakses bioskop sebagai penggalan dari leisure activity.
  11. Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, semoga mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis remaja yang diperlukan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan risikonya tidak perlu dipertanyakan.
  12. Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini, kecuali aksentuasi dramatis belaka.
  13. Dalam hal ini, film musikal mengamini konsep “film yang menghibur” sebagai utopia itu sendiri. Namun, pertanyaannya yaitu utopia berdasarkan siapa?
  14. Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
3.Korelatif:
• Baik …
maupun …,
•tidakhanya…, tetapi….
• demikian…
sehingga …
• entah…entah
• jangankan… pun …
  1. Layaknya dongeng belum dewasa dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa Jendela” memberikan fatwa tabiat pada belum dewasa untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
  2. Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik kekerabatan interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
4.Antarkalimat:
• sungguhpun demikian
• sekalipun demikian
• meskipun demikian
• selanjutnya
• sehabis itu
• setelah itu
• di samping itu
• sebaliknya
• akan tetapi
  1. Dengan begitu, mereka melaksanakan kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan membuatkan kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
  2. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
  3. Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan obsesi untuk mempunyai rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
  4. Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
  5. Oleh alasannya yaitu itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini yaitu ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
  6. Oleh lantaran itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka sanggup ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
7. Kata Depan
Preposisi atau kata depan yaitu kata kiprah yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Dalam bahasa Indonesia preposisi ditempatkan di penggalan awal frasa dan diikuti oleh nomina, adjektiva, atau verba. Beberapa preposisi yang terdapat di dalam bahasa Indonesia, menyerupai di, ke, pada, dari, secara, dan bagi.
  1. Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
  2. Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu daerah permukiman kumuh.
  3. Ibu dan abang perempuan Aldo menganggap teman-teman gres Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
  4. Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan obsesi untuk mempunyai rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
  5. Oleh lantaran itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka sanggup ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
  6. Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, belum dewasa menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
  7. Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
  8. Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun sikap destruktif yang merupakan penggalan dari kehidupan masyarakat miskin di belahan dunia manapun.
  9. Film tersebut disesuaikan dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
  10. Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng tabiat berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain.
  11. Sang pangeran yaitu tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga).
  12. Namun, permasalahan dari film musikal anakanak yaitu bahwa ia memperlihatkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film semoga bisa dipahami oleh anak-anak.
  13. Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, belum dewasa menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
  14. Kekurangan pada diri Aldo yang mewakili aspek natural takdir disandingkan dengan kemiskinan Rara sehingga menciptakan kemiskinan ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama, alih-alih hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini menggambarkan kemiskinan sebagai penggalan dari takdir manusia.
  15. Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
  16. Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu belum dewasa kelas menengah atas yang bisa mengakses bioskop sebagai penggalan dari leisure activity.
  17. Dari paparan tadi, sanggup disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela” memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi lewat model film musikal klasik ala Hollywood
  18. Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya menyerupai Rara.
  19. Dengan begitu, mereka melaksanakan kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan membuatkan kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
  20. Layaknya dongeng belum dewasa dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa Jendela” memberikan fatwa tabiat pada belum dewasa untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
  21. Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
  22. Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen.
  23. Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya.
  24. Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik kekerabatan interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
  25. Lagipula, menggunakan perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal yaitu sia-sia, mengingat film musikal sendiri memperlihatkan utopia dalam bentuk hiburan dengan mengacu pada diri sendiri (self-reference)
8. Artikel
Artikel yaitu kata kiprah yang membatasi makna jumlah nomina. Artikel yang terdapat di dalam model teks ulasan yaitu sang dan si. Artikel sang merupakan salah satu artikel yang mengacu ke makna tunggal, selain sri, hang, dan dang.
  1. Sang pangeran yaitu tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga).
  2. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
  3. Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya
  4. Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh narasi sosial-ekonomi Aldo dan Rara
  5. Oleh alasannya yaitu itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini yaitu ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya
  6. Logika pemaknaan tersebut bekerja saat Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun abang Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
  7. Oleh lantaran itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka sanggup ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
  8. Dengan si miskin berlapang dada mendapatkan kondisinya dan si kaya berguru bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang tepat dan serasi akan tercipta
  9. Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.

9. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat simpleks merupakan kalimat yang mempunyai satu verba utama, sedangkan kalimat kompleks yaitu kalimat dengan dua verba utama atau lebih.

Contoh kalimat simpleks
  1. Rumah itu ditempati Rara bersama neneknya (Si Mbok) dan ayahnya.
  2. Sebuah keinginan yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
Contoh kalimat komplek
  1. Logika pemaknaan tersebut bekerja saat Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun abang Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
  2. Keinginan Rara untuk mempunyai sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.

No comments:

Post a Comment