Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa abnormal maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini sanggup dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa abnormal atau bahasa daerah. Kaidah kebahasaan merupakan aturan-aturan atau patokan yang berlaku dalam suatu bahasa. Kaidah kebahasaan teks siklus hidrologi sanggup diartikan hukum atau patokan bahasa yang harus dipenuhi dalam penulisan teks eksplanasi siklus hidrologi.
Teks ini mempunyai ciri bahasa yang bisa membedakan dengan teks yang lain. Untuk sanggup memahami teks eksplanasi, terlebih dahulu mengetahui ciri kebahasaan teks eksplanasi tersebut. Beberapa ciri teks bahasa eksplanasi antara lain, pertama teks eksplanasi memfokuskan pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia, contohnya gempa bumi, banjir, hujan, dan udara. Kedua, teks eksplanasi dimungkinkan memakai unsur serapan.
Ketiga teks eksplanasi memakai konjungsi eksternal dan konjungsi internal. Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Sedangkan konjungsi internal yaitu konjungsi yang menghubungkan argumen atau pandangan gres yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa. Terakhir, pada teks eksplanasi hubangan sebab-akibat sanggup dinyatakan dengan banyak cara, baik dengan konjungsi, kata kerja, maupun kata benda.. Untuk lebih memahami teks tersebut berikut ini yaitu struktur teks "Siklus Hidrologi".
Semua makhluk hidup di bumi membutuhkan air. Manusia, tumbuhan, dan binatang membutuhkan air semoga bisa hidup. Tanaman akan tumbuh subur bila mendapat cukup air. Air merupakan sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Sumber utama air yang berupa hujan akan selalu tiba sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun.
Semua makhluk hidup di bumi membutuhkan air. Manusia, tumbuhan, dan binatang membutuhkan air semoga bisa hidup. Tanaman akan tumbuh subur bila mendapat cukup air. Air merupakan sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Sumber utama air yang berupa hujan akan selalu tiba sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun.
No. | Struktur Teks | Peristiwa |
1. | Pernyataan Umum | Jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu pedoman yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus hidrologi yaitu sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. |
2. | Urutan Sebab- Akibat | Akibat panas matahari, air di permukaan bumi berubah wujud menjadi gas/uap dalam proses evaporasi. Evaporasi bisa terjadi melalui air (sungai, embung, reservoir, waduk, dan air laut) dan tanaman. Tanaman menyerap air melalui akar. Energi panas matahari mengakibatkan air di dalam tumbuhan keluar dengan wujud uap. Proses pengambilan air oleh akar tumbuhan dan penguapan dari dalam tumbuhan disebut transpirasi |
3. | Urutan Sebab-Akibat | Karena perbedaan temperatur di atmosfer, uap bermetamorfosis air. Temperatur yang berada di bawah titik beku (freezing point) menimbulkan kristal-kristal es terbentuk. Butir-butir air terjadi lantaran tetesan air kecil (tiny droplet) yang timbul akhir kondensasi berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh gerakan udara. Adanya gravitasi mengakibatkan butir-butir air itu turun ke bumi dan disebut dengan hujan atau presipitasi. Bila temperatur udara turun hingga di bawah 0º Celcius, butiran air akan bermetamorfosis salju |
4. | Urutan Sebab-Akibat | Ketika hingga ke bumi, air hujan mengalir dan bergerak dari kawasan yang tinggi ke kawasan yang rendah. Aliran air ini disebut pedoman permukaan tanah lantaran bergerak di atas muka tanah. Aliran ini akan memasuki kawasan tangkapan atau kawasan pedoman menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau, atau waduk. Dalam sistem sungai pedoman mengalir mulai dari sistem sungai kecil ke sistem sungai yang besar dan akhirnya menuju lisan sungai atau sering disebut estuary, yaitu tempat bertemunya sungai dengan laut. |
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa kawasan maupun bahasa asing. Salah satunya yaitu unsur serapan yang merupakan kata atau unsur bahasa abnormal yang cara pengucapan dan penulisannya sudah mengalami penyesuaian atau perubahan (pemaknaan) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia sanggup dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur abnormal yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, menyerupai titik beku. Unsur serapan tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur abnormal yang penulisan dan pengucapannya diadaptasi dengan kaidah bahasa Indonesia, menyerupai hidrologi. Beberapa rujukan kata serapan yang terdapat dalam teks siklus hidrologi antara lain sebagai berikut.
No. | Istilah | Makna |
1. | hidrologi | Ilmu perihal air di bawah tanah, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya, persifatan kimia dan fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup. |
2. | presipitasi | Proses pengendapan, baik dari dalam larutan maupun dari udara permukaan ke permukaan bumi. |
3. | evaporasi | Proses yang terjadi apabila jumlah molekul yang keluar dari permukaan lebih besar dari pada jumlah yang kembali ke permukaan air. |
4. | transpirasi | Pelenyapan uap air dari permukaan daun flora melalui proses biokimia dan nonkimia. |
5. | kondensasi | Perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. |
6. | gravitasi | Kekuatan (gaya) tarik bumi; proses gaya tarik bumi; gaya berat suatu benda. |
7. | retensi | Penyimpanan; penahanan; Penahanan terus menerus zat dalam tubuh yang secara normal seharusnya di keluarkan. |
8. | temperatur | Panas dinginnya tubuh atau hawa; suhu. |
9. | energi | Kemampuan untuk melaksanakan kerja (misalnya untuk energi listrik dan mekanika); daya (kekuatan) yang sanggup digunakan untuk melaksanakan banyak sekali proses kegiatan, contohnya sanggup merupakan potongan suatu materi atau tidak terikat pada materi (sepert siniar matahari). |
Istilah yang terdapat di atas merupakan istilah bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa asing. Istilah tersebut diserap dengan mengubah beberapa abjad di simpulan kata. Coba temukan lagi istilah abnormal yang terdapat pada teks “Siklus Hidrologi” yang diserap pribadi sesuai dengan bahasa aslinya!
No. | Istilah | Makna |
1. | Freezing Point | Titik beku |
2. | Tini Droplet | Air kecil |
3. | Estuary | Tempat bertemunya sungai dengan laut |
Konjungsi
Perhatikan paragraf kedua kalimat ketiga “Ketika temperatur berada di bawah titik beku (freezing point) Kristal es terbentuk.” Kata ketika dalam kalimat tersebut mengandung konjungsi sebab-akibat. Setiap bahasa mempunyai bentuk konjungsi yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya menurut kiprah dan fungsi konjungsi, setiap bahasa mempunyai dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi eksternal dan konjungsi internal.
Konjungsi Eksternal
Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau pandangan gres yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau), perbandingan (contoh: tetapi, sementara), waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun).
Konjungsi Internal
Konjungsi internal yaitu konjungsi yang menghubungkan argumen atau pandangan gres yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.. Konjungsi internal juga sanggup dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua ...., kemudian, lalu, berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).
Di dalam teks penggunaan konjungsi eksternal dan internal sering berafiliasi dengan genre (jenis teks) yang digunakan. Konjungsi internal paling sering digunakan di dalam genre eskposisi, diskusi, atau eksplorasi. Hal ini terjadi lantaran ketiga genre tersebut secara utuh merupakan ekspresi pengungkapan gagasan dengan argumentasi. Di pihak lain, konjungsi eksternal banyak digunakan pada genre laporan, deskripsi, eksplanasi, rekon, dan prosedur. Hal ini terjadi lantaran kelima genre itu merupakan pengungkapan deksripsi insiden dan kualitas.
Setelah memahami klarifikasi perihal konjungsi, kiprah kalian yaitu mencari rujukan lain konjungsi dalam teks. Isilah kolom ini sehabis kalian menemukan rujukan konjungsi yang digunakan dalam teks “Siklus Hidrologi” tersebut. Beri tanda silang (X) bila konjungsi eksternal yang dimaksud tidak terdapat dalam teks.
No. | Konjungsi Eksternal | Contoh |
1. | penambahan |
|
2. | perbandingan | Bencana banjir sanggup diketahui prediksi awal terjadinya dan kapan berakhirnya sementara peristiwa kekeringan tidak bisa diketahui secara niscaya awal dan kapan peristiwa ini berakhir.(X) |
3. | waktu | Ketika hingga ke bumi, air hujan mengalir dan bergerak dari kawasan yang tinggi ke kawasan yang rendah. |
4. | sebab-akibat |
|
No. | Konjungsi Internal | Contoh |
1. | penambahan | Presiden mengumumkan harga BBM akan kembali turun lebih lanjut dia juga memastikan tarif angkutan umum akan kembali pada tarif normal.(X) |
2. | perbandingan | Saat harga BBM turun sebaliknya harga materi pokok masih melambung tinggi.(X) |
3. | waktu | Pertama tanah di sekitar tebing itu retak kemudian amblas sedalam 1 meter.(X) |
4. | sebab-akibat | Setelah berjuang mengevakuasi korban longsor hasilnya tim SAR menemukan 3 korban yang tertimbun.(X) |
Hubungan lantaran akhir sanggup dinyatakan dengan banyak cara, baik dengan konjungsi, kata kerja, maupun kata benda. Perhatikan rujukan berikut.
Hubungsan Sebab-Akibat | Contoh | ||
(a) dengan konjungsi | Butir-butir air turun ke bumi | karena | gravitasi. |
(b) dengan kata kerja | Butir-butir air turun ke bumi | disebabkan oleh | gravitasi. |
Gravitasi | menyebabkan | butir-butir air turun ke bumi. | |
(c) dengan kata benda | Penyebab | butir-butir air turun ke bumi | adalah gravitasi |
“Akibat panas matahari, air di permukaan bumi berubah wujud menjadi gas/uap dalam proses evaporasi.”
Hubungsan Sebab-Akibat | Contoh | ||
(a) dengan konjungsi | Air dipermukaan bumi berubah wujud | karena | evaporasi. |
(b) dengan kata kerja | Air dipermukaan bumi berubah wujud | disebabkan oleh | evaporasi. |
Evaporasi | menyebabkan | Air dipermukaan bumi berubah wujud | |
(c) dengan kata benda | Penyebab | Air dipermukaan bumi berubah wujud | adalah evaporasi. |
“Akibat panas matahari, air di permukaan bumi berubah wujud menjadi gas/ uap.”
Hubungsan Sebab-Akibat | Contoh | ||
(a) dengan konjungsi | Air dipermukaan bumi berubah wujud | karena | panas matahari. |
(b) dengan kata kerja | Air dipermukaan bumi berubah wujud | disebabkan oleh | panas matahari. |
Panas matahari | menyebabkan | Air dipermukaan bumi berubah wujud | |
(c) dengan kata benda | Penyebab | Air dipermukaan bumi berubah wujud | adalah panas matahari. |
“Karena perbedaan temperatur di atmosfer, uap bermetamorfosis air.”
Hubungsan Sebab-Akibat | Contoh | ||
(a) dengan konjungsi | Uap bermetamorfosis air | karena | perbedaan temperatur. |
(b) dengan kata kerja | Uap bermetamorfosis air | disebabkan oleh | perbedaan temperatur. |
Perbedaan temperatur | menyebabkan | uap bermetamorfosis air. | |
(c) dengan kata benda | Penyebab | uap bermetamorfosis air | adalah perbedaan temperatur. |
No comments:
Post a Comment