Teks opini yaitu teks yang berisi perkiraan, pikiran, pendapat, atau anggapan perihal suatu hal. Pendapat atau piiran setiap orang mengenai suatu hal berbeda-beda. Perbedaan pendapat bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki. Pendapat sanggup berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan. Diterima atau tidaknya gagasan atau tawaran tersebut oleh pihak lain bergantung kepada berpengaruh atau tidaknya argumentasi yang diajukan. Seseorang bebas menuangkan pandangannya terhadap sebuah duduk kasus melalui teks opini ini. Dalam mengungkapkan pendapat atau pikiran harus dilengkapi dengan fakta penunjang dan alasan yang masuk logika supaya teks opini yang dibangun bisa diterima oleh pembaca atau pendengar. Jangan hingga teks yang tercipta itu hanya berisi pendapat kosong yang cenderung ibarat khayalan belaka.
Pada goresan pena ini akan dibahas mengenai kaidah kebahasaan teks Opini. Kaidah kebahasaan yaitu aturan-aturan fundamental yang menjadi standar untuk digunakan dalam pemahaman bahasa teks opini. Ciri yang paling menonjol yaitu penggunaan teks opini antara lain yang bekerjasama dengan adverbia, konjungsi, verba (material, relasional, dan mental) dan kosa kata. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini yaitu konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, konjungsi yang menyatakan korelasi lantaran akibat, dan konjungsi yang menyatakan harapan, ibarat agar, supaya, dan sebagainya. Untuk lebih memahami kaidah kebahasaan teks opini berikut ini pola teks yang sanggup anda amati.
Menjual Sembari Menjaga Nirwana
No. | Struktur | Kalimat |
1. | Pernyataan Pendapat | Indonesia yaitu surga sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. |
2. | Argumentasi | Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, kawasan bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu mempunyai pantai-pantai indah, bahari yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan bahari jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka tiba hanya pada ketika kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. Keinginan pemerintah sentra menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini mempunyai ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang mempunyai barrel-ombak berbentuk terowongan-yang sanggup ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah kawasan seakan-akan tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi bantuan mereka kepada ekonomi kawasan amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah kawasan yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan gila yang tiba ke negeri ini. Tahun lalu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan gila yang tiba berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang bisa mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan gila ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang berdasarkan United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan gila terbanyak. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia yaitu ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah sentra ataupun kawasan masih lebih bahagia mendapat uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan-terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik tambang. Kesadaran menjaga alam dan berbagi potensi wisata justru tiba dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara terjadwal supaya mereka tidak memburu ikan dengan b*m. Ia berupaya menyadarkan masyarakat perihal arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua moral besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama forum ibarat WWF, masyarakat di sana berbagi wisata sungai dan rimba. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu bisa membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang bisa menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke Indonesia. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia. |
3. | Pernyataan Ulang Pendapat | Indonesia memang surga sekaligus dongeng nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya. |
Berdasarkan isi teks opini/editorial di atas, terdapat beberapa argumentasi penulis. Tentukanlah apakah sepakat atau tidak pada pendapat tersebut dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom (S) jikalau sepakat dan pada kolom (TS) jikalau tidak setuju.
No. | Argumentasi | S | TS |
---|---|---|---|
1. | Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. | √ | - |
2. | Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan gila yang tiba ke negeri ini. | √ | - |
3. | Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia yaitu ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. | √ | - |
4. | Selain membangun infrastruktur-seperti susukan ke tempat itu-dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik. | √ | - |
5. | Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. | - | √ |
Kemukakanlah pendapat kalian perihal beberapa pernyataan berikut ini.
Dengan pariwisata, kawasan bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Maksudnya yaitu dengan pariwisata kawasan sanggup memperoleh penghasilan dari pengunjung obyek wisata yang ada sekaligus juga memelihara kelestarian sumber daya alam yang menjadi obyek wisata tersebut.
Setujukah dengan pernyataan: Resor tumbuh menjamur, tetapi bantuan mereka kepada ekonomi kawasan amat minimal. Saya sepakat lantaran pertumbuhan resort seharusnya sanggup menambah pendapatan daerah. Dengan meningkatnya pendapatan kawasan menyebabkan ekonomi kawasan juga meningkat.
Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah kawasan yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Apa yang dimaksudkan pengarang dengan kata “protes” pada pernyataan ini? Protes di sini yaitu pernyataan tidak sepakat terhadap kebijakan pemerintah yang tidak membangun prasarana wisata.
Judul teks tersebut yaitu “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”. Apa yang hendak dijual di sini? Yang dimaksud dijual di sini yaitu memperlihatkan keindahan obyek wisata kepada para wisatawan. Dengan datangnya wisatawan mendatangkan pendapatan darah.
Indonesia yaitu surga sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak miring yang merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Beberapa kalimat utama masing-masing paragraf yaitu sebagai berikut.
- Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
- Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
- Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi.
- Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan gila yang tiba ke negeri ini.
- Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia yaitu ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
- Kesadaran menjaga alam dan berbagi potensi wisata justru tiba dari operator wisata.
- Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik.
- Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.
Sebuah teks opini biasanya mengupas tuntas suatu kasus kasatmata tertentu dengan tujuan memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, atau bisa juga sekadar menghibur pembacanya. Oleh lantaran itu, bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan opini tersebut harus mengungkapan tujuan. Dalam menyatakan sebuah informasi, kata-kata dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan perilaku dan sudut pandang penulis. Cara penulis teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial yaitu dengan cara sebagai berikut.
- Penulis menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Penulis pertanda bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan gres akan menghipnotis kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
- Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu insiden penting, penulis teks opini menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
- Suatu teks opini kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas aneka macam insiden kini dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
- Para penulis editorial mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya perihal sesuatu yang benar dan salah.
Adverbia
Dalam sebuah teks opini/editorial biasanya digunakan bahasa yang sanggup mengekspresikan perilaku eksposisi. Agar sanggup meyakinkan pembaca, dibutuhkan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, ibarat selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya. Adverbia frekuentatif yang ada dalam teks di atas yaitu sebagai berikut.
Dalam sebuah teks opini/editorial biasanya digunakan bahasa yang sanggup mengekspresikan perilaku eksposisi. Agar sanggup meyakinkan pembaca, dibutuhkan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, ibarat selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya. Adverbia frekuentatif yang ada dalam teks di atas yaitu sebagai berikut.
No. | Kalimat | Adverbia Frekunesi |
---|---|---|
1. | Jangankan membuat kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah | kerap |
2. | Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. | kerap |
Konjungsi
Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini yaitu konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, ibarat pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya; atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, ibarat bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru dan lain-lain; atau konjungsi yang menyatakan korelasi lantaran akibat, ibarat sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, ibarat agar, supaya, dan sebagainya.
No. | Kalimat | Konjungsi | Fungsi Konjungsi |
---|---|---|---|
1. | Kesadaran menjaga alam dan berbagi potensi wisata justru tiba dari operator wisata. | Justru | Untuk memperkuat argumentasi |
2. | Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.. | Agar | Untuk menyatakan harapan |
3. | Keinginan pemerintah sentra menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah. | Justru | Untuk memperkuat argumentasi |
4. | Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. | Bahkan | Untuk memperkuat argumentasi |
5. | Mereka tiba hanya pada ketika kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. | Bahkan | Untuk memperkuat argumentasi |
5. | Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. | Juga | Untuk memperkuat argumentasi |
6. | Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu bisa membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang bisa menarik 15 juta wisatawan asing. | Misalnya | Untuk memperkuat argumentasi |
7. | Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia. | Misalnya | Untuk memperkuat argumentasi |
8. | Padahal, dengan pariwisata, kawasan bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. | Padahal | Untuk memperkuat argumentasi |
9. | Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. | Padahal | Untuk memperkuat argumentasi |
10. | Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara terjadwal agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m. | Agar | Untuk menyatakan harapan |
Verba
Teks opini meliputi penggunaan kata kerja material, relasional, dan mental sekaligus. Verba (kata kerja) material merupakan verba yang memperlihatkan perbuatan fisik atau peristiwa, contohnya mengunyah, membaca, menulis, dan sebagainya.
Verba relasional yaitu verba yang memperlihatkan korelasi intensitas (yang mengandung pengertian A yaitu B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik (yang mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Misal: Ayah (token) yaitu (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Misal: Ayah (penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) kendaraan beroda empat gres (sandangan).
Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini pertanda persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa: Saya mempercayai bahwa..., Menurut saya..., Saya berpendapat.... Contoh lain dalam kalimat: Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).
No. | Kalimat | Verba | Jenis Verba |
---|---|---|---|
1. | Indonesia adalah surga sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. | Adalah | Verba Relasional Identifikatif |
2. | Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik.. | Membangun, Membungkus | Verba Material |
3. | Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu mempunyai pantai-pantai indah, bahari yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah | Menyelinap | Verba Material |
4. | Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. | Adalah | Verba Relasional Identifikatif |
5. | Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah kawasan yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. | Merupakan | Verba relasional atributif |
5. | Mereka tiba hanya pada ketika kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. | Mempersilahkan | Verba Material |
6. | Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit | Membabat, Mengeduk | Verba Material |
7. | Jangankan membuat kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. | Membuat, Membangun | Verba Material |
8. | Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia. | Terdapat | Verba Relasional atributif |
9. | Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik. | Memikirkan | Verba Mental |
10. | Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. | Berpandangan | Verba Mental |
Kosakata
Dalam membuat teks opini, seorang penulis harus kaya akan kosakata supaya teks yang dibangun memperlihatkan seorang penulis yang berwawasan luas. Di dalam teks tersebut, terlihat beberapa kosakata yang jarang digunakan dalam keseharian. Beberapa kosa kata gres yang ada dalam teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” yaitu sebagai berikut.
No. | Kosakata | Arti Kosakata |
---|---|---|
1. | terumbu | Dangkalan di bahari (yang tidak terlalu luas), terjadi dari gundukan batuan, ibarat gamping atau koral, sering kelihatan apabila air surut |
2. | cetek | Tidak mendalam (tentang pengetahuan dan sebagainya) |
3. | nirwana | Tempat kebebasan (kesempurnaan); surga |
4. | mengeduk | Mengeruk; mengorek; menggali; |
5. | membabat | Menebas; merambah (pohon-pohon, semak belukar, rerumputan, dan sebagainya); |
6. | resor | Daerah kecil; kawasan kuasa: |
7. | artifisial | Tidak alami, buatan |
8. | kreatif | Memiliki daya cipta; mempunyai kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: |
9. | eksploitasi | Pengusahaan; pendayagunaan: |
10. | kontribusi | Uang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan |
11. | statistik | Catatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga sanggup memberi informasi yang berarti mengenai suatu kasus atau gejala |
12. | wisata | Bepergian tolong-menolong (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya); bertamasya; |
13. | wisatawan | Orang yang berwisata; pelancong; turis: |
14. | pelancong | Bepergian untuk bersenang-senang; bertamasya; pesiar: |
15. | potensi | Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya; |
16. | infrastruktur | Prasarana |
17. | akses | Jalan masuk |
18. | atraksi | Sesuatu yang menarik perhatian; daya tarik; |
19. | selancar | Olahraga yang dilakukan di atas air dengan cara berdiri di atas sebilah papan, meluncur sambil melenggok-lenggok seirama dan lajunya ombak; |
20. | pemangku | Pengelola; penyelenggara (pemerintahan dan sebagainya) |
No comments:
Post a Comment