Friday, July 31, 2020

Kerajaan-Kerajaan Islam Di Maluku Utara

Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan di Nusantara. Mengingat keberadaan daerah Maluku ini maka tidak mengherankan bila semenjak periode ke-15 hingga periode ke-19 tempat ini menjadi wilayah perebutan antara bangsa Spanyol, Portugis dan Belanda. Kepulauan Maluku sangat penting peranannya lantaran Maluku ialah penghasil rempah-rempah terbesar pada waktu itu sehingga bayak negara yang berdatangan ke Maluku. Sejak awal diketahui bahwa didaerah ini terdapat dua kerajaan besar bercorak Islam, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore.

Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku sanggup diketahui dari sumber-sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat menyerupai Hikayat Hitu, Hikayat Bacan,dan hikayat-hikayat setempat lainnya. Sudah tentu sumber gosip absurd menyerupai Cina, Portugis, dan lainnya amat menunjang dongeng sejarah daerah Maluku itu.

Kerajaan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi mempunyai tugas penting di tempat timur Nusantara. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh periode ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang meliputi wilayah Maluku, Sulawesi pecahan utara, timur dan tengah, pecahan selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
 Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan di Nusantara Kerajaan-Kerajaan Islam di Maluku Utara
Sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah memakai nama bernuansa Islam namun hanya sanggup dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan periode ke-15. Raja Ternate yang pertama-tama menganut agama Islam ialah Sultan Marhum (1465 - 1486). Sejak itu Ternate menjadi sentra Islam di Maluku. Pada tamat abad-16 agama Islam tersiar hingga Mindanao (Philipina Selatan), lantaran Mindanao menjadi daerah kekuasaan Ternate.

Persaingan Ternate-Tidore
Telah berabad-abad lamanya antara Ternate dan Tidore terjadi persaingan-pertentangan. Baik Ternate maupun Tidore selalu berusaha untuk menguasai sendiri seluruh hasil rempah-rempah. Hal itu menjadikan timbulnya dua komplotan yang memecah persatuan rakyat Maluku. Kerajaan Ternate dikenal sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu komplotan lima bersaudara dengan daerahnya meliputi Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.  Sementara Kerajaan Tidore dikenal sebagai pemimpin Uli Siwa, yakni Persekutuan Sembilan (Persekutuan Sembilan Saudara) dengan daerahnya meliputi pulau-pulau Makyan, Jailolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah tersebut hingga dengan wilayah Papua.

Raja-raja Ternate
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka menyampaikan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi.

Sultan Hairun ialah Raja Ternate yang berkuasa semenjak tahun 1559 M. Sultan Hairun sangat tidak oke dengan kedatangan bangsa Portugis, apalagi dengan keberadaan militer Portugis dan membangun benteng Sao Paolo di Ternate. Mereka diyakini mempunyai niat yang tidak baik terhadap Kerajaan Ternate. Sultan Hairun meninggal pada tahun 1570 M lantaran terbun*h. Dalam catatan sejarah, yang dicurigai sebagai dalang pembunuhan ialah para pejabat Portugis.

Kekuasaan Sultan Hairun digantikan oleh Sultan Baabullah. Pada masa kekuasaannya, Sultan Baabullah berhasil menyingkirkan bangsa Portugis dan meninggalkan bentengnya di Ternate. Mereka pergi ke Selatan kemudian pada tahun 1578 M, Portugis berhasil menundukkan Timor. Bangsa Portugis menduduki Timor hingga pada tahun 1976 M. Selain keberhasilannya mengusir penjajah Portugis, Sultan Baabullah juga membawa kerajaan Ternate memperluas daerah kekuasaan hingga ke Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanao dan Bima. Karena prestasinya yang gemilang tersebut, Sultan Baabullah menyandang julukan Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau.

Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama ialah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada tamat periode ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku sanggup menyatukan Ternate dan Tidore untuk bahu-membahu melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak menerima apa-apa kecuali kekerabatan dagang biasa. Sejak dikala itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku ialah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga ulet menentang Belanda yang

Tidore menjadi salah satu kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap daerahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga tamat periode ke-18.

Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan lantaran diadu domba dengan Kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis yang ingin memonopoli daerah rempah. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba oleh Portugal dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan usang lantaran VOC yang dibuat Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate.

No comments:

Post a Comment