Teks editorial juga disebut tajuk rencana merupakan teks yang berisi kupasan masalah kasatmata atau yang gres saja terjadi dan masih menjadi topipembicaraan di masyarakat. Oleh alasannya permasalahan yang dibahas merupakan masalah paling aktual, tajuk rencana menjadi salah satu target utama pembaca. Penulis editorial atau tajuk rencana harus benar-benar bisa mengemukakan permasalahan secara baik dan ilmiah.. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah kasatmata yang biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dengan tujuan mempengaruhi pendapat dan menerjemahkan informasi yang menonjol biar sanggup pembaca menjadi menyimak beberapa penting informasi tersebut.
Di dalam editorial atau tajuk rencana terdapat fakta dan opini. Fakta yaitu hal faktual yang diambil dari kejadian atau tanda-tanda tertentu di masyarakat. Adapun opini yaitu argumen atau tanggapan redaksi terhadap kejadian atau tanda-tanda yang dijadikan pokok pembicaraan dalam editorial. Jika dilihat dari pengertiannya, fakta yaitu sebuah kejadian atu keadaan yang benar-benar terjadi sesuai dengan kenyataannya sedangkan opini yaitu anggapan, pikiran atau ilham seseorang yang belum tentu benar kepastiannya alasannya belum ada pembuktian secara ilmiah.
Kalimat fakta sanggup dibuktikan kebenaranya dan didukung oleh data yang akurat, sedangkan opini kebenarannya bersifat subyektif dan tidak mempunyai data pendukung yang akurat. Pada teks eksposisi biasanya akan sering menemukan kata-kata yang menyatakan persepsi. Kata-kata tersebut dipakai untuk memengaruhi atau mengubah persepsi pembaca biar mengikuti atau mendapatkan pendapat penulis teks.
Kalimat fakta sanggup dibuktikan kebenaranya dan didukung oleh data yang akurat, sedangkan opini kebenarannya bersifat subyektif dan tidak mempunyai data pendukung yang akurat. Pada teks eksposisi biasanya akan sering menemukan kata-kata yang menyatakan persepsi. Kata-kata tersebut dipakai untuk memengaruhi atau mengubah persepsi pembaca biar mengikuti atau mendapatkan pendapat penulis teks.
Efisiensi Dulu, Nasionalisme Kemudian
Struktur | Kalimat |
Pernyataan pendapat (tesis) | Kontrak Blok Mahakam bakal berakhir. Pemerintah tak boleh tertipu pengusaha modal cekak bertopeng nasionalisme. |
Argumentasi 1 | Tenggat masih empat tahun lagi, tapi perebutan kontrak pengelolaan Blok Mahakam sudah terdengar riuh rendah. Ladang minyak di kalimantan Timur itu memang belibis bertelur emas. Maka pemerintah mesti berhitung cermat sebelum memutuskan nasib kontrak pengelolaan yang kini dipegang Total E&P Indonesie itu. |
Argumentasi 2 | Aliran rezeki dari Delta Mahakam itu sangat deras. Cadangan yang telah dieksploitasi selama ini bernilai US$ 100 miliar dan mendatangkan keuntungan tak sedikit buat Total. Blok tambun ini ditaksir masih punya cadangan gas dan minyak bernilai US$ 187 miliar atau Rp1.700 triliun. |
Argumentasi 3 | Saat ini, Blok Mahakam menghasilkan gas 2.200 juta kaki kubik saban hari atau sepertiga produksi nasional. Selain itu, 93 ribu barel minyak tiap hari dipompa dari sana dan jumlah itu lebih dari sepuluh persen produksi nasional. Sampai dua dasawarsa ke depan, minyak Mahakam diperkirakan menyumbang pendapatan negara Rp84 triliun. |
Argumentasi 4 | Di tengah mulai keringnya sumur di tempat lain, Blok Mahakam yang subur tentu menggiurkan. Tak asing kalau akan berakhirnya kontrak Total E&P Indonesie, perusahaan Prancis yang memegang kontrak karya semenjak 1967, mengundang selera banyak kalangan. |
Argumentasi 5 | Sejak 2007, Total sudah mengajukan perpanjangan kontrak, tapi belum beroleh balasan resmi. Banyak yang ingin menggantikan Total, termasuk pemerintah kawasan Kalimantan Timur. Serikat Pekerja Pertamina juga menuntut pemerintah menunjuk Pertamina sebagai operator Blok Mahakam berikutnya. |
Argumentasi 6 | Sekadar memutus kontrak mungkin urusan gampang, tapi menentukan pengelola gres bukan masalah enteng. Ada pertaruhan besar di sana. Pemerintah tak perlu emosional mengambil keputusan. |
Argumentasi 7 | Mengelola ladang sekelas Blok Mahakam tak mungkin dengan modal cekak. Boleh saja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menargetkan penguasaan 40 persen saham Blok Mahakam oleh perusahaan nasional. Bila Pertamina atau swasta nasional yang dimaksud Jero Wacik, perlu dipikirkan sumber dana besar untuk membeli 40 persen saham bernilai triliunan rupiah itu. |
Argumentasi 8 | Ongkos operasional juga perlu dikalkulasi. Tahun lalu, Total E&P Indonesie menghabiskan Rp 25 triliun untuk investasi dan biaya operasional, termasuk pemipaan dan eksplorasi 106 sumur baru. Pengelola yang sama sekali gres niscaya butuh dana jauh lebih besar untuk melaksanakan acara itu.. |
Argumentasi 9 | Andaikan Pertamina yang akan menjadi pengelola baru, itu sebuah tantangan besar. Perusahaan minyak negara ini perlu memperlihatkan performa lebih baik dibanding saat mengambil Blok Madura Barat. Di blok berkapasitas 14-15 ribu barel minyak per hari itu, produksi terus berfluktuasi semenjak dikelola Pertamina Hulu Energi pada 2011. Awal tahun ini, misalnya, produksi Blok Madura Barat menyentuh titik terendah, yakni 6.000 barel per hari. |
Argumentasi 10 | Pemerintah pun mesti mengingat pengalaman jelek masa lalu. Dalam divestasi Kaltim Prima Coal pada 2004 dan PT Newmont Nusa Tenggara pada 2009, pembelian saham oleh pemerintah kawasan ternyata ditunggangi swasta. Di balik layar, pemerintah kawasan bermain mata dan menjual sahamnya kepada anak perusahaan Grup Bakrie |
Penegasan ulang pendapat | Keputusan pemerintah hendaknya berpijak pada efisiensi pengelolaan blok. Asing atau lokal tak jadi masalah selama mereka bisa menawarkan setoran tertinggi kepada kas negara. Pemerintah tak boleh tertipu kepentingan jangka pendek pengusaha, terutama yang berbungkus nasionalisme. Bumi dan yang terkandung di dalamnya wajib dikelola untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. |
Setelah membaca teks tersebut, sanggup dinemukan fakta dan opini dalam editorial tersebut. Kalimat berikut yaitu fakta yang terangkum dalam teks editorial tersebut. Dari ontoh fakta tersebut sanggup dilihat bahwa kalimat tersebut tidak disisipi tanggapan atau opini dari redaksi dan ditulis apa adanya. Berikut ini beberapa kalimat fakta dalam teks Efisiensi Dulu, Nasionalisme Kemudian.
- Cadangan yang telah dieksploitasi selama ini bernilai US$ 100 miliar dan mendatangkan keuntungan tak sedikit buat Total.
- Blok tambun ini ditaksir masih punya cadangan gas dan minyak bernilai US$ 187 miliar atau Rp1.700 triliun.
- Saat ini, Blok Mahakam menghasilkan gas 2.200 juta kaki kubik saban hari atau sepertiga produksi nasional.
- Selain itu, 93 ribu barel minyak tiap hari dipompa dari sana dan jumlah itu lebih dari sepuluh persen produksi nasional.
- Sampai dua dasawarsa ke depan, minyak Mahakam diperkirakan menyumbang pendapatan negara Rp84 triliun.
- Sejak 2007, Total sudah mengajukan perpanjangan kontrak, tapi belum beroleh balasan resmi.
- Banyak yang ingin menggantikan Total, termasuk pemerintah kawasan Kalimantan Timur.
- Serikat Pekerja Pertamina juga menuntut pemerintah menunjuk Pertamina sebagai operator Blok Mahakam berikutnya.
- Boleh saja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menargetkan penguasaan 40 persen saham Blok Mahakam oleh perusahaan nasional.
- Tahun lalu, Total E&P Indonesie menghabiskan Rp 25 triliun untuk investasi dan biaya operasional, termasuk pemipaan dan eksplorasi 106 sumur baru.
- Di blok berkapasitas 14-15 ribu barel minyak per hari itu, produksi terus berfluktuasi semenjak dikelola Pertamina Hulu Energi pada 2011.
- Awal tahun ini, misalnya, produksi Blok Madura Barat menyentuh titik terendah, yakni 6.000 barel per hari.
- Dalam divestasi Kaltim Prima Coal pada 2004 dan PT Newmont Nusa Tenggara pada 2009, pembelian saham oleh pemerintah kawasan ternyata ditunggangi swasta.
- Bumi dan yang terkandung di dalamnya wajib dikelola untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Selain fakta dalam teks opini atau editorial juga terdapat opini. Kalimat opini merupakan tanggapan dari redaksi terhadap beberapa fakta yang dimunculkan dalam editorial. Dalam kutipan opini tersebut dikemukakan juga harapan-harapan yang bertujuan untuk menawarkan solusi terhadap permasalahan. Beberapa teladan kalimat opini dalam teks Efisiensi Dulu, Nasionalisme Kemudian antara lain sebagai berikut.
- Pemerintah tak boleh tertipu pengusaha modal cekak bertopeng nasionalisme.
- Tenggat masih empat tahun lagi, tapi perebutan kontrak pengelolaan Blok Mahakam sudah terdengar riuh rendah.
- Ladang minyak di kalimantan Timur itu memang belibis bertelur emas.
- Maka pemerintah mesti berhitung cermat sebelum memutuskan nasib kontrak pengelolaan yang kini dipegang Total E&P Indonesie itu.
- Di tengah mulai keringnya sumur di tempat lain, Blok Mahakam yang subur tentu menggiurkan.
- Tak asing kalau akan berakhirnya kontrak Total E&P Indonesie, perusahaan Prancis yang memegang kontrak karya semenjak 1967, mengundang selera banyak kalangan.
- Sekadar memutus kontrak mungkin urusan gampang, tapi menentukan pengelola gres bukan masalah enteng. Ada pertaruhan besar di sana.
- Bila Pertamina atau swasta nasional yang dimaksud Jero Wacik, perlu dipikirkan sumber dana besar untuk membeli 40 persen saham bernilai triliunan rupiah itu.
- Pemerintah tak perlu emosional mengambil keputusan.
- Mengelola ladang sekelas Blok Mahakam tak mungkin dengan modal cekak.
- Andaikan Pertamina yang akan menjadi pengelola baru, itu sebuah tantangan besar.
- Perusahaan minyak negara ini perlu memperlihatkan performa lebih baik dibanding saat mengambil Blok Madura Barat
- Pemerintah pun mesti mengingat pengalaman jelek masa lalu.
- Di balik layar, pemerintah kawasan bermain mata dan menjual sahamnya kepada anak perusahaan Grup Bakrie
- Keputusan pemerintah hendaknya berpijak pada efisiensi pengelolaan blok. Asing atau lokal tak jadi masalah selama mereka bisa menawarkan setoran tertinggi kepada kas negara.
- Pemerintah tak boleh tertipu kepentingan jangka pendek pengusaha, terutama yang berbungkus nasionalisme
No comments:
Post a Comment