Mengemukakan pendapat merupakan hak setiap individu, kemerdekaan beropini akan mendorong seseorang untuk menghargai perbedaan pendapat. Kemerdekaan beropini juga akan membuat masyarakat yang demokratis. Budaya demokrasi akan tumbuh bila rakyat bebas mengemukakan pendapatnya. Kebebasan beropini harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Di Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan mulut dan tulis dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Teks opini merupakan salah satu media atau wadah mengemukakan pendapat atau mengeluarkan pikiran tersebut. Ketika mengungkapkan pendapat atau pikirantentunya harus dilengkapi dengan fakta penunjang dan alasan yang masuk nalar semoga teks opini yang dibangun bisa diterima oleh pembaca atau pendengar. Ada dua macam teks opini, yaitu opini analitis dan opini hortatoris. Opini analitis berkenaan dengan konsep atau teori wacana sesuatu, sedangkan opini hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau ajuan tersebut oleh pihak lain bergantung kepada besar lengan berkuasa atau tidaknya argumentasi yang diajukan.
Teks eksposisi yang telah dipelajari di kelas X menjadi dasar pembangunan teks opini/editorial tersebut. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam mengungkapkan pendapatnya wacana banyak sekali kejadian yang ada. Berbagai pendapat seputar permasalahan atau fenomena sosial itu bisa ditulis dalam sebuah teks opini/editorial.
Struktur Teks Opini
Struktur teks itu merupakan citra cara teks itu dibangun. Kalian sanggup mengamati bahwa teks opini disusun dengan struktur pernyataan pendapat, diikuti oleh argumentasi, dan ditutup oleh pernyataan ulang pendapat. Struktur teks ini sanggup dituliskan menyerupai berikut: pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat (thesis statement^arguments^ reiteration).
Teks opini/editorial pada umumnya bersifat faktual yang berisi analisis subjektif berdasarkan fakta dan data. Dengan serentetan argumentasi yang disajikan, penulis berusaha memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Teks opini/editorial ini juga kerap mengungkapkan evaluasi atau saran terhadap sesuatu, atau kebijakan subjek dalam menetapkan sesuatu. Perhatikan pola berikut.
Menjual Sembari Menjaga Nirwana
- Pernyataan pendapat (thesis statement). Pernyataan pendapat berisikan topik wacana sebuah permasalahan yang akan dibahas.
- Argumentasi merupakan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta wacana topik yang diangkat sehingga memberi nilai objektivitas pada goresan pena daripada sekadar opini belaka. Pada pecahan ini penulis berusaha meyakinkan pembaca bahwa apa yang dikemukakan itu benar.
- Pernyataan ulang pendapat (reiteration) merupakan bagaian simpulan teks opini yang berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan semoga pembaca atau pendengar semakin yakin dengan pandangan kalian tersebut.
Teks opini/editorial pada umumnya bersifat faktual yang berisi analisis subjektif berdasarkan fakta dan data. Dengan serentetan argumentasi yang disajikan, penulis berusaha memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Teks opini/editorial ini juga kerap mengungkapkan evaluasi atau saran terhadap sesuatu, atau kebijakan subjek dalam menetapkan sesuatu. Perhatikan pola berikut.
Menjual Sembari Menjaga Nirwana
No. | Struktur | Kalimat |
1. | Pernyataan Pendapat | Indonesia ialah surga sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. |
2. | Argumentasi | Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, tempat bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu mempunyai pantai-pantai indah, maritim yang bening dan tenang, serta ikan berwarnawarni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan maritim jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka tiba hanya pada ketika kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengebom terumbu karang. Keinginan pemerintah sentra menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini mempunyai ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang mempunyai barrel-ombak berbentuk terowongan-yang sanggup ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah tempat seperti tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi donasi mereka kepada ekonomi tempat amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah tempat yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan absurd yang tiba ke negeri ini. Tahun lalu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan absurd yang tiba berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang bisa mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan absurd ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang berdasarkan United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan absurd terbanyak. Problem utama dari tidak berkembangnyapariwisata di Indonesia ialah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah sentra ataupun tempat masih lebih bahagia mendapat uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan-terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik tambang. Kesadaran menjaga alam dan berbagi potensi wisata justru tiba dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara terjadwal semoga mereka tidak memburu ikan dengan bom. Ia berupaya menyadarkan masyarakat wacana arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua watak besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama forum menyerupai WWF, masyarakat di sana berbagi wisata sungai dan rimba. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini semoga lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu bisa membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang bisa menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke Indonesia. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia. |
3. | Pernyataan Ulang Pendapat | Indonesia memang surga sekaligus dongeng nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya. |
Teks opini/editorial diawali oleh pernyataan utama argumen. Hal utama dari argumen tersebut mengikuti pernyataan tesis meliputi ringkasan dari informasi utama yang akan dipakai sebagai pendukung. Setiap paragraf yang dipakai mempunyai kalimat topik yang jelas, berfungsi memperpanjang argumen utama. Kalimat yang dipakai dalam setiap paragraf diuraikan untuk memperluas gagasan utama. Untuk itu diharapkan rincian dan bukti dalam setiap paragraf semoga sanggup mendukung ilham yang disajikan. Dalam penyajian ini, sanggup memasukkan kalimat antisipasi sudut pandang lawan yang berkemungkinan muncul. Di simpulan teks opini ini, paragraf ditutup dengan merangkum ilham yang telah dipaparkan sebelumnya. Bagian ini berfungsi untuk menegaskan kembali sudut pandang kalian terhadap problem yang diutarakan.
Pada tahap pernyataan pendapat teks opini/editorial tersebut dikemukakan bahwa Indonesia mempunyai banyak tempat indah yang bisa dijadikan objek wisata. Akan tetapi, tempat-tempat itu tersembunyi dan belum digarap sama sekali oleh pemerintah sebagai tujuan wisata.
Pernyataan Pendapat
Indonesia ialah surga sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu.
Argumentasi
- Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah
- Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.
- Di Mentawai, Sumatera Barat, Resor tumbuh menjamur, tetapi donasi mereka kepada ekonomi tempat amat minimal.
- Seharusnya pemerintah bisa menaikkan jumlah wisatawan absurd yang tiba ke negeri ini.
- Problem utama dari pariwisata di Indonesia ialah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
- Kesadaran menjaga alam dan berbagi potensi wisata tiba dari operator wisata.
- Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini semoga lebih menarik.
- Selama ini pemerintah hanya menjual Bali, Yogyakarta dan Danau Toba.
Indonesia memang surga sekaligus dongeng nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.
No comments:
Post a Comment