Kurikulum 2013 menyadari tugas penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu saat, bahasa tidak dituntut sanggup mengekspresikan sesuatu dengan efisien lantaran ingin menyampaikannya dengan indah sehingga bisa menggugah perasaan penerimanya. Pada dikala yang lain, bahasa dituntut efisen dalam memberikan gagasan secara objektif dan logis supaya sanggup dicerna dengan gampang oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri, perasaan dan pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang.
Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan perasaan dan pemikiran dalam bentuk teks yang sesuai sehingga tujuan penyampaiannya tercapai, apakah untuk menggugah perasaan ataukah untuk memperlihatkan pemahaman. Berikut ini beberapa jenis teks yang diajarkan di kelas XI.
Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen yaitu karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib.
Struktur teks dongeng pendek dimulai dengan abstrak, diikuti oleh orientasi, menuju komplikasi, yang kemudian melalui penilaian menemukan solusi. Di cuilan akhir, teks cerpen ditutup oleh koda.
- Bagian ajaib merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks dongeng pendek bersifat opsional. Artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini.
- Tahapan orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar dongeng berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya insiden dalam cerpen. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan dongeng dan meyakinkan pembaca.
- Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap insiden itu hanya dihubungkan secara lantaran akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau mengakibatkan terjadinya insiden yang lain.
- Pada resolusi, pengarang akan mengungkapkan solusi dari banyak sekali konflik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda. Ada juga yang menyebut koda dengan istilah reorientasi.
- Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang sanggup dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat opsional.
b. Kaidah Kebahasaan
1) Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mensugesti penyimak dan pembaca. Terdapat sekitar 60 gaya bahasa. Namun, Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu :
- Gaya bahasa perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, dan sebagainya).
- Gaya bahasa kontradiksi (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks, dan sebagainya).
- Gaya bahasa pertautan (metonimis, sinekdoke, alusi, eufemisme, elipsis, dan sebagainya), dan
- Gaya bahasa perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke, dan sebagainya).
2) Ungkapan/Idiom
Ungkapan merupakan campuran kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom yaitu ungkapan atau ekspresi tetap yang mempunyai makna kiasan, atau adakala literal. Beberapa contoh ungkapan/idiom antara lain sebagai berikut.
- kecil hati = penakut
- perang hirau taacuh = perang tanpa senjata
- uang panas = uang tidak halal
- kambing hitam = orang yang disalahkan
c. Peribahasa
Peribahasa yaitu kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa meliputi ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil. Beberapa contoh peribahasa antara lain sebagai berikut.
- Menang jadi arang, kalah jadi bubuk (Kalah ataupun menang sama-sama menderita)
- Bagaikan bubuk di atas tanggul (Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan gampang jatuh)
- Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikan (Di mana pun berada niscaya akan tersedia rezeki buat kita)
2. Teks Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis sastra ekspresi yang berbentuk puisi. Pantun dikenal di banyak sekali kawasan di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Dalam bahasa Minang, pantun berasal dari kata patuntun ‘petuntun’. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan paparikan.
Di Eropa, mirip Spanyol, teks yang sejenis dengan pantun disebut dengan copla, di Bayern (Jerman) disebut dengan schnadahufle, di Itali dengan nama ritornello, dan di Latvia disebut dengan daina. Selain itu, Tiongkok, Indo Cina, dan Tibet juga mengenal pantun.
a. Struktur Teks pantun
Dilihat dari segi strukturnya, pantun dibangun atas unsur bait, larik (baris), rima, sampiran, dan isi. Selain unsur tersebut, sebuah pantun juga mementingkan irama pada waktu pengucapan atau penyampaiannya.
b. Unsur kebahasaan
1) Diksi
Penempatan diksi yang sempurna menjadi sangat penting. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
diksi diartikan sebagai pilihan kata yang sempurna dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh imbas tertentu mirip yang diharapkan.
2) Kiasan
Bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak pribadi mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam memberikan maksud berpantun.
3) Imaji atau citraan
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Jika melaksanakan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak pribadi oleh pelantun pantun. Oleh lantaran itu, apa yang digambarkan seakan-akan sanggup dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
4) Bunyi
Struktur pembangun teks pantun yang terakhir yaitu bunyi yang biasanya muncul dari diksi, kiasan, serta imaji yang diciptakan dikala menuturkan pantun. Dalam bunyi, kalian akan melihat unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama yaitu turun naiknya bunyi secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga semoga penutur (pelantun) dan pendengar lebih gampang mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.
Pantun merupakan salah satu jenis sastra ekspresi yang berbentuk puisi. Pantun dikenal di banyak sekali kawasan di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Dalam bahasa Minang, pantun berasal dari kata patuntun ‘petuntun’. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan paparikan.
Di Eropa, mirip Spanyol, teks yang sejenis dengan pantun disebut dengan copla, di Bayern (Jerman) disebut dengan schnadahufle, di Itali dengan nama ritornello, dan di Latvia disebut dengan daina. Selain itu, Tiongkok, Indo Cina, dan Tibet juga mengenal pantun.
a. Struktur Teks pantun
Dilihat dari segi strukturnya, pantun dibangun atas unsur bait, larik (baris), rima, sampiran, dan isi. Selain unsur tersebut, sebuah pantun juga mementingkan irama pada waktu pengucapan atau penyampaiannya.
No. | Struktur Teks Pantun | |
---|---|---|
1. | Baris | Empat baris dalam 1 rangkap |
2. | Kata | Terdiri dari 4-8 suku kata |
3. | Rima Akhir | a-b-a-b |
4. | Sampiran | 1) Apa guna orang bertenun 2) Untuk menciptakan pakaian adat |
5. | Isi | 1) Apa guna orang berpantun 2) Untuk memberi petuah amanah |
6. | Ide | Berpantun mempunyai kegunaan untuk memberi petuah dan amanah |
b. Unsur kebahasaan
1) Diksi
Penempatan diksi yang sempurna menjadi sangat penting. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
diksi diartikan sebagai pilihan kata yang sempurna dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh imbas tertentu mirip yang diharapkan.
2) Kiasan
Bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak pribadi mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam memberikan maksud berpantun.
3) Imaji atau citraan
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Jika melaksanakan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak pribadi oleh pelantun pantun. Oleh lantaran itu, apa yang digambarkan seakan-akan sanggup dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
4) Bunyi
Struktur pembangun teks pantun yang terakhir yaitu bunyi yang biasanya muncul dari diksi, kiasan, serta imaji yang diciptakan dikala menuturkan pantun. Dalam bunyi, kalian akan melihat unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama yaitu turun naiknya bunyi secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga semoga penutur (pelantun) dan pendengar lebih gampang mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.
3. Teks Cerita Ulang Biografi
Teks dongeng ulang biografi merupakan penulisan ulang kisah hidup seorang tokoh. Sebagai tokoh terkemuka, karya dan pertolongan pemikiran mereka yang luar biasa tentu sudah menerima legalisasi dari banyak sekali kalangan di dunia internasional.
a. Struktur Teks
b. Unsur Kebahasaan
Sebuah teks dongeng ulang biografi biasanya berisi “siapa” (partisipan) melaksanakan “apa” (peristiwa) di suatu tempat pada waktu lalu. Beberapa unsur kebahasaan teks dongeng ulang biografi antara lain.
1) Partisipan
Pada sebuah dongeng ulang biografi, partisipannya yaitu insan yang terlibat pada insiden lampau.
2) Pronomina
Pronomina atau dikenal juga dengan kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung, contohnya ia, -nya, mereka, kita, dan kami.
3) Verba
Dalam teks dongeng ulang biografi, banyak ditemukan kata kerja (verba) material untuk memperlihatkan kegiatan atau perbuatan konkret yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material memperlihatkan perbuatan fisik atau peristiwa, contohnya membaca, menulis, dan memukul.
4) Konjungsi
Untuk menata urut-urutan insiden yang diceritakan, teks dongeng ulang banyak memanfaatkan konjungsi (kata sambung) temporal, mirip ketika, kemudian, dan setelah. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi konjungsi lainnya untuk dimunculkan pada teks tersebut, mirip dan, tetapi, karena, dan meskipun, dan. Konjungsi digunakan untuk merangkaikan satu klausa dengan klausa yang lain dalam satu kalimat. Konjungsi ini dikenal dengan konjungsi intrakalimat. Selain itu, konjungsi juga digunakan untuk merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya disebut dengan konjungsi antarkalimat, contohnya sementara itu, selanjutnya, dan selain itu.
5) Pengacuan
Dalam teks dongeng ulang biografi terdapat juga pengacuan. Pengacuan merupakan alat kohesi yang baik lantaran sanggup menghindari pengulangan kata yang sama terus-menerus.
4. Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi yaitu teks yang berisi penjelasan-penjelasan perihal proses mengapa dan bagaimana dari suatu topik yang berafiliasi dengan fenomena-fenomena alam maupun sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Semua fenomena tersebut mempunyai kekerabatan lantaran akhir dan mempunyai proses. Semua fenomena tersebut tidak hanya kita rasakan dan nikmati saja, tapi juga harus kita pelajari mengapa dan bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi.
a. Struktur Teks Eksplanasi
Struktur teks itu merupakan gambaran cara teks tersebut dibangun. Teks eksplanasi disusun dengan struktur teks pernyataan umum (pembukaan) diikuti oleh urutan sebab-akibat.
b. Unsur Kebahasaan
1) Unsur Serapan
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia sanggup dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur aneh yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, mirip titik beku. Unsur serapan tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur aneh yang penulisan dan pengucapannya diadaptasi dengan kaidah bahasa Indonesia, mirip hidrologi.
2) Konjungsi
Setiap bahasa mempunyai bentuk konjungsi yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya menurut tugas dan fungsi konjungsi, setiap bahasa mempunyai dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi eksternal dan konjungsi internal.
Konjungsi Eksternal
Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau wangsit yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau), perbandingan (contoh: tetapi, sementara), waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun).
Konjungsi Internal
Konjungsi internal yaitu konjungsi yang menghubungkan argumen atau wangsit yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.. Konjungsi internal juga sanggup dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua ...., kemudian, lalu, berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).
5. Teks Ulasan
Teks ulasan yaitu teks yang isinya mengenai review atau ulasan terhadap suatu karya orang lain, biasanya berupa film atau drama. Pada dasarnya teks ulasan yaitu teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap banyak sekali hal. Teks tersebut memuat tanggapan, tinjauan, dan analisisdalam hal ini film dan drama yang berafiliasi dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan gambar pada film dan drama juga turut diperbincangkan.
a. Struktur Teks
Teks ulasandiawali oleh orientasi (orientation), diikuti tafsiran isi (interpretative recount), kemudian penilaian (evaluation). Di cuilan akhir, teks ditutup dengan rangkuman (evaluative summation). Dengan demikian, struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu yaitu orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman.
b. Unsur kebahasaan
1) Kata Sifat Sikap
Kata sifat perilaku adalah kata yang berfungsi untuk mendeskripsikan pelaku dalam penampilan fisik atau kepribadiannya. Beberapa contoh kata sifat perilaku antara lain :
2) Kata Benda dan Kata Kerja
Kata benda yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata mirip guru, kucing, meja, dan kebangsaan yaitu kata benda. Ciri yang lain yaitu kata benda tidak sanggup diingkarkan dengan kata tidak. Kata guru, kucing, meja, dan kebangsaan, tidak bisa dikatakan dengan tidak guru, tidak kucing, tidak meja, dan tidak kebangsaan.
Kata kerja yaitu kata yang mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Pada umumnya kata kerja tidak sanggup bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Dengan demikian, tidak ada kata sangat pergi, agak belajar.
3) Metafora
Salah satu ciri teks ulasan yaitu adanya kata metafora dalam teks tersebut. Metafora yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang menurut persamaan atau perbandingan, misalnya, tulang punggung dalam kalimat cowok yaitu tulang punggung negara.
4) Kalimat Majemuk
Di dalam teks ulasan ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat beragam setara maupun kalimat beragam bertingkat. Kalimat beragam setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara. Contoh:
Kalimat beragam bertingkat memperlihatkan banyak sekali jenis kekerabatan semantis antara klausa yang membentuknya. Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu hingga larut malam semoga besok pagi sanggup mengumpulkannya.
5) Kata Rujukan
Teks ulasan ditandai dengan adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Kata Rujukan yaitu kata yang merujuk pada kata lain yang telah digunakan sebelum nya.Kata rujukan dibedakan menjadi beberapa :
Teks dongeng ulang biografi merupakan penulisan ulang kisah hidup seorang tokoh. Sebagai tokoh terkemuka, karya dan pertolongan pemikiran mereka yang luar biasa tentu sudah menerima legalisasi dari banyak sekali kalangan di dunia internasional.
a. Struktur Teks
- Teks dongeng ulang diawali oleh orientasi yang memberi pengenalan tokoh secara umum, mirip nama, tempat dan tanggal lahir, latar belakang keluarga, serta riwayat pendidikan tokoh yang diangkat.
- Bagian urutan insiden berisi kehidupan tokoh yang pernah dialami sosok yang digambarkan. Pada cuilan ini terlihat banyak sekali pengalaman sang tokoh, baik insiden yang mengesankan maupun duduk kasus yang dihadapinya.
- Bagian simpulan teks ditutup dengan reorientasi, yang berisikan pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja cuilan ini tidak disajikan oleh penulis teks dongeng ulang biografi.
b. Unsur Kebahasaan
Sebuah teks dongeng ulang biografi biasanya berisi “siapa” (partisipan) melaksanakan “apa” (peristiwa) di suatu tempat pada waktu lalu. Beberapa unsur kebahasaan teks dongeng ulang biografi antara lain.
1) Partisipan
Pada sebuah dongeng ulang biografi, partisipannya yaitu insan yang terlibat pada insiden lampau.
2) Pronomina
Pronomina atau dikenal juga dengan kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung, contohnya ia, -nya, mereka, kita, dan kami.
3) Verba
Dalam teks dongeng ulang biografi, banyak ditemukan kata kerja (verba) material untuk memperlihatkan kegiatan atau perbuatan konkret yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material memperlihatkan perbuatan fisik atau peristiwa, contohnya membaca, menulis, dan memukul.
4) Konjungsi
Untuk menata urut-urutan insiden yang diceritakan, teks dongeng ulang banyak memanfaatkan konjungsi (kata sambung) temporal, mirip ketika, kemudian, dan setelah. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi konjungsi lainnya untuk dimunculkan pada teks tersebut, mirip dan, tetapi, karena, dan meskipun, dan. Konjungsi digunakan untuk merangkaikan satu klausa dengan klausa yang lain dalam satu kalimat. Konjungsi ini dikenal dengan konjungsi intrakalimat. Selain itu, konjungsi juga digunakan untuk merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya disebut dengan konjungsi antarkalimat, contohnya sementara itu, selanjutnya, dan selain itu.
5) Pengacuan
Dalam teks dongeng ulang biografi terdapat juga pengacuan. Pengacuan merupakan alat kohesi yang baik lantaran sanggup menghindari pengulangan kata yang sama terus-menerus.
4. Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi yaitu teks yang berisi penjelasan-penjelasan perihal proses mengapa dan bagaimana dari suatu topik yang berafiliasi dengan fenomena-fenomena alam maupun sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Semua fenomena tersebut mempunyai kekerabatan lantaran akhir dan mempunyai proses. Semua fenomena tersebut tidak hanya kita rasakan dan nikmati saja, tapi juga harus kita pelajari mengapa dan bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi.
a. Struktur Teks Eksplanasi
Struktur teks itu merupakan gambaran cara teks tersebut dibangun. Teks eksplanasi disusun dengan struktur teks pernyataan umum (pembukaan) diikuti oleh urutan sebab-akibat.
- Tahap pernyataan umum merupakan pembuka perihal hal yang akan dijelaskan. Kalimat yang ada di dalam pernyataan bersifat umum.
- Urutan Sebab-Akibat. Hubungan sebab-akibat dalam teks eksplanasi dinyatakan dengan kategori nomina. Selain akibat, kekerabatan sebab-akibat dengan kategori nomina yang lain yaitu akibatnya, sebagai akibat, jadi, dan hasilnya. Hubungan sebab-akibat juga bisa dinyatakan dengan konjungsi, mirip sebab, karena, dan ketika. Hubungan lantaran akhir juga bisa ditunjukkan dengan kata kategori verba, mirip menyebabkan, menimbulkan, mengakibatkan, membuat, menjadikan, dan menyumbang.
b. Unsur Kebahasaan
1) Unsur Serapan
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia sanggup dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur aneh yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, mirip titik beku. Unsur serapan tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur aneh yang penulisan dan pengucapannya diadaptasi dengan kaidah bahasa Indonesia, mirip hidrologi.
2) Konjungsi
Setiap bahasa mempunyai bentuk konjungsi yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya menurut tugas dan fungsi konjungsi, setiap bahasa mempunyai dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi eksternal dan konjungsi internal.
Konjungsi Eksternal
Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau wangsit yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau), perbandingan (contoh: tetapi, sementara), waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun).
Konjungsi Internal
Konjungsi internal yaitu konjungsi yang menghubungkan argumen atau wangsit yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.. Konjungsi internal juga sanggup dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua ...., kemudian, lalu, berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).
5. Teks Ulasan
Teks ulasan yaitu teks yang isinya mengenai review atau ulasan terhadap suatu karya orang lain, biasanya berupa film atau drama. Pada dasarnya teks ulasan yaitu teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap banyak sekali hal. Teks tersebut memuat tanggapan, tinjauan, dan analisisdalam hal ini film dan drama yang berafiliasi dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan gambar pada film dan drama juga turut diperbincangkan.
a. Struktur Teks
Teks ulasandiawali oleh orientasi (orientation), diikuti tafsiran isi (interpretative recount), kemudian penilaian (evaluation). Di cuilan akhir, teks ditutup dengan rangkuman (evaluative summation). Dengan demikian, struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu yaitu orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman.
- Bagian orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan perihal nama, kegunaan, dan sebagainya.
- Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada cuilan ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas.
- Pada cuilan penilaian dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut.
- Pada cuilan rangkuman, penulis memperlihatkan ulasan simpulan beupa simpulan karya tersebut.
b. Unsur kebahasaan
1) Kata Sifat Sikap
Kata sifat perilaku adalah kata yang berfungsi untuk mendeskripsikan pelaku dalam penampilan fisik atau kepribadiannya. Beberapa contoh kata sifat perilaku antara lain :
- Keras kepala= hirau tak acuh
- Berpendirian berpengaruh = mempunyai pendirian yang kuat
- Senang = puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa
- Tomboi = anita yang berlagak mirip pria
2) Kata Benda dan Kata Kerja
Kata benda yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata mirip guru, kucing, meja, dan kebangsaan yaitu kata benda. Ciri yang lain yaitu kata benda tidak sanggup diingkarkan dengan kata tidak. Kata guru, kucing, meja, dan kebangsaan, tidak bisa dikatakan dengan tidak guru, tidak kucing, tidak meja, dan tidak kebangsaan.
Kata kerja yaitu kata yang mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Pada umumnya kata kerja tidak sanggup bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Dengan demikian, tidak ada kata sangat pergi, agak belajar.
3) Metafora
Salah satu ciri teks ulasan yaitu adanya kata metafora dalam teks tersebut. Metafora yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang menurut persamaan atau perbandingan, misalnya, tulang punggung dalam kalimat cowok yaitu tulang punggung negara.
4) Kalimat Majemuk
Di dalam teks ulasan ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat beragam setara maupun kalimat beragam bertingkat. Kalimat beragam setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara. Contoh:
- Saya akan tiba ke rumahmu kini atau nanti malam.
- Dia sangat baik hati dan suka menolong.
Kalimat beragam bertingkat memperlihatkan banyak sekali jenis kekerabatan semantis antara klausa yang membentuknya. Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu hingga larut malam semoga besok pagi sanggup mengumpulkannya.
5) Kata Rujukan
Teks ulasan ditandai dengan adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Kata Rujukan yaitu kata yang merujuk pada kata lain yang telah digunakan sebelum nya.Kata rujukan dibedakan menjadi beberapa :
- Rujukan benda atau hal :Ini, itu, tersebut
- Rujukan Tempat : disini, disitu, disana
- Rujukan Personil atau Orang atau yang diperlakukan mirip orang :dia, ia, mereka, beliau
No comments:
Post a Comment