Pada dasarnya lulusan perguruan tinggi tinggi tidak menjamin mereka akan sukses memperoleh pekerjaan yang elok di sebuah perusahaan namun lebih tepatnya mereka bisa mendapat peluang yang lebih besar untuk mendapat posisi pekerjaan yang tinggi. Karir seseorang di dalam pekerjaanya sebetulnya lebih dipengaruhi dari bagaimana kualitas kerja dari orang tersebut.
Sebenarnya salah satu kunci dari mengapa tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Perusahaan tidak mau melaksanakan perluasan atau perluasan produksi/anak perusahaan sebab pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah, yang menimbulkan minimnya undangan tenaga kerja.
Itulah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita. Sebagai latihan mari kita menghadapi teks genre makro berbentuk isu dengan tema lulusan yang belum mendapat pekerjaan. Bacalah teks tersebut secara saksama, kemudian kerjakan kiprah yang telah disiapkan!
(1) Setelah membaca teks tersebut, dapatkah kalian menceritakan kembali isinya dengan memakai struktur teks kisah ulang?
Banyak Sekolah Banyak Pengangguran
Struktur Teks | Kalimat |
---|---|
Orientasi | Kualitas sarjana asal India sulit bersaing di dunia kerja. Tiap tahun, dari 5 juta sarjana baru, separuh lebih akan menganggur. |
Urutan Peristiwa Kehidupan Tokoh | Kunal Gurab, 24 tahun, yaitu pegawai input data di sebuah perusahaan penyedia tenaga kerja outsourcing. Kunal yaitu satu dari sekian banyak sarjana fresh graduate India yang sekarang makin menjadi korban dari sistem pendidikan mereka sendiri, yakni, sistem pendidikan yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia kerja. Aspiring Minds, sebuah forum perekrut tenaga kerja, merilis survei yang menyebutkan sekitar 47 persen dari sarjana fresh graduate India tidak layak direkrut. Penyebabnya, antara lain, rendahnya kemampuan berbahasa Inggris, rendahnya kemampuan memecahkan masalah, dan kurangnya pengetahuan komputer. Kamar Dagang dan Industri India, misalnya, pernah merilis data sejenis dan prediksi mereka jauh lebih besar. Dari total 480 juta tenaga kerja di India, hanya 5 persen yang mempunyai keterampilan. Pengangguran sarjana di India memang tema yang kian aktual. Sejak 2011. Pasalnya, setiap tahun India meluluskan hingga 5 juta sarjana, namun lebih dari separuhnya menganggur. Pada 2012 lalu, bahkan sempat ada kasus yang jadi olok-olok dunia kerja. Ketika itu, Mohit Candra, seorang petinggi firma akuntansi KPMG di India, dalam surat terbuka di New York Times, menulis perihal betapa rendahnya kualitas sarjana fresh graduate asal India. Mengapa hingga terjadi fenomena itu, banyak balasan diberikan. Namun yang paling utama yaitu menjamurnya sekolah yang sekadar mengejar kuantitas jumlah kelulusan. Kebijakan pemerintah India yang mempertahankan biaya pendidikan murah juga jadi faktor mengapa banyak sarjana gres dihasilkan Sayangnya, kebijakan itu tidak diimbangi dengan peningkatan honor dosen dan kurikulum pendidikan. Akibatnya, banyak sarjana yang tetap masih hijau sesudah meninggalkan kampus. Tidak sekadar masih hijau, bahkan ibarat gres mengenal dunia komputer. Suvei yang dilakukan asosiasi perusahaan komputer India, National Association of Software and Services Companies (NASSC) pada 2011 misalnya, menyebutkan bahwa dari 1,5 juta sarjana komputer yang dihasilkan India tiap tahun, hanya 25 persen yang layak dipekerjakan. Fenomena sarjana pengangguran ini kesudahannya memang melahirkan “sistem pendidikan tambahan”, yakni training intensif kerja yang biasanya diadakan oleh perusahaan perekrut tenaga kerja. Consumer Pvt Ltd, salah satu perusahaan terbesar di India, termasuk yang rutin mengadakan training tersebut bagi sarjana fresh graduate. Meski ditambal dengan training center, toh Consumer Pvt tetap kerepotan melayani kebutuhan. Pemerintah India memang tidak membisu saja dengan fenomena ini. Sebuah aktivitas overhaul pendidikan berbiaya jutaan dolar sekarang terus digodok untuk menjawab tantangan tersebut. Menurut The Strait Times, aktivitas jangka panjang ini gres akan terlihat hasilnya pada 2022 nanti. |
Reorientasi | Bila membandingkan dengan Indonesia, India memang bisa dibilang lebih menghadapi problem dalam soal pengangguran sarjana. Data Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, menyebutkan bahwa per Februari 2013, jumlah lulusan sarjana mencapai 7,17 juta orang. Dari angka itu, hanya 360.000 sarjana (5,04persen) yang menganggur. Ini memang mengatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia lebih bisa menyesuaikan diri dengan dinamika dunia kerja. Meski keunggulan itu juga diimbangi dengan kelemahan lain: kian mahalnya biaya pendidikan. Sumber: Gatra 31 Juli 2013 halaman 72-73 |
(2) Bagaimana pendapat kalian perihal sistem pendidikan di Indonesia?
Menurut saya sistem pendidikan di indonesia masih kurang dalam menghasilkan anak didik yang berkualitas sebab yang diajarkan di indonesia kebanyakan teori, sementara pembelajaran berupa praktik masih kurang. Ketika diadakan olimpiade fisika maupun matematika Indonesia sering meraih juara, namun saat mereka lulus sekolah mereka sulit mendapat pekerjaan.
(3) Coba kalian baca teks tersebut sekali lagi. Pada paragraf ke berapa yang mengatakan pembengkakan jumlah pengangguran di India? Paragraf 5 (Pengangguran sarjana di India memang tema yang kian aktual. Sejak 2011, para pengamat pendidikan di India berteriak-teriak perihal perlunya sebuah overhaul sistem pendidikan negara itu. Pasalnya, setiap tahun India meluluskan hingga 5 juta sarjana, namun lebih dari separuhnya menganggur)
No comments:
Post a Comment