Thursday, March 26, 2020

Memproduksi Teks Dongeng Fiksi Dalam Novel

Ketika tetapkan untuk menulis teks kisah fiksi, ilham akan mengalir bersama pikiran yang berbaur dengan fakta secara bersamaan. Cobalah menulis bebas. Tuangkan semua ilham yang muncul, tanpa mengoreksi sepatah kata pun. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaring suasana hati semoga tidak merasa terbebani. Namun, tetap fokus pada jalan cerita.Tuliskan wacana karakter, peristiwa, tempat, atau apapun yang berkaitan dengan kisah yang dibangun.

1. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Tema disaring dari motif – motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya insiden – peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema pada kisah dalam goresan pena ini ialah Persahabatan.

Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran dan absensi peristiwa, konflik, situasi tertentu, termasuk aneka macam unsur intrinsik yang lain, sebab hal – hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun  bersifat menjiwai selurh belahan kisah itu.  Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2. Alur / Plot
Alur / Plot merupakan rangkaian insiden dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) belahan yaitu pertama alur maju (progesif) yaitu apabila insiden bergerak secara sedikit demi sedikit berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan insiden yang sedang berlangsung.Plot/alur menampilkan insiden – insiden yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca. Alur yang digunakan dalam kisah ini ialah alur maju/progresif

3. Penokohan
Penokohan ialah pelukisan citra yang terang wacana seseorang yang diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan meliputi duduk perkara siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah kisah sehingga sanggup memperlihatkan citra  yang terang kepada pembaca. Berdasarkan perbedaan sulit pandang dan tinjauan, seorang tokoh sanggup dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Tokoh Utama
Tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Beberapa tokoh Utama dalam kisah ini antara lain sebagai berikut.
  1. Andhika sifatnya memang pemalu dan juga introvert.
  2. Gondo cendekia dalam berolahraga, wajahnya memperlihatkan wataknya yang keras dan berjiwa pemimpin. Ia sangat lemah dalam urusan pelajaran sekolah.
  3. Yoga tubuhnya sangat kurus, rambutnya hitam keriting, matanya sayu. Untuk urusan pelajaran, ia selalu lebih cendekia dari Gondo. Ia juga cendekia berolahraga menyerupai bulu tangkis dan sepak bola. Sayangnya, ia terbelakang mengekspresikan dirinya. 
  4. Fandy bertubuh kecil dan sangat lincah. Ia ialah anak yang periang dan suka bercanda.

b. Tokoh Tambahan
Tokoh Tambahan. Tokoh lain dalam kisah selain tokoh utama. Tokoh suplemen antara lain :
  1. Pak Tri tampan beralis tebal dan menjadi idaman murid-murid perempuan. Pak Tri tekstur wajahnya yang hampir menyerupai dengan pemain film India. Pelajaran yang beliau beri menjadi momok yang mengerikan selama dua jam pelajaran bagi para murid, murid pria tentunya.
  2. Bu Heni Guru BP sudah agak bau tanah dengan rambutnya yang memutih.
No.StrukturKalimat
1.AbstrakDi sebuah Sekolah Menengan Atas yang terletak di sebuah kota kecil yang indah dan tenang ada tiga orang sahabat yang populer kebandelannya. Kebandelan mereka sering merugikan sobat yang lainnya. Namun mujur tak sanggup diraih malang tak sanggup ditolak, akhir ulah mereka sendiri mereka terkena batunya. Persahaban memang sangat dibutuhkan dalam pergaulan, namun tentunya persahabatan dalam artian yang positif.
2.OrientasiCahaya mentari pagi menyinari sebuah kota kecil yang indah dan damai. Kota ini hanya mempunyai satu sekolah besar yang terdiri dari empat lantai. Sekolah tersebut bila dilihat dari atas berbentuk karakter U kotak yang menghadap ke utara. Di belahan tengah terdapat lapangan rumput besar yang sekaligus digunakan sebagai lapangan untuk upacara setiap hari senin.

Di kelas XI IPA sekolah tersebut ada tiga orang sahabat yang populer bandel, meraka ialah Gondo, Fandy dan Yoga. Sejak masih SD, Gondo sudah dikenal oleh guru dan teman-temannya sebagai murid paling nakal di sekolah. Ia memang cendekia dalam berolahraga, terlihat dari tubuhnya yang tegap dan tinggi serta warna kulitnya yang sawo matang sebab sering terbakar matahari. Rambutnya selalu ia potong cepak. Wajahnya memperlihatkan wataknya yang keras dan berjiwa pemimpin. Ia sangat lemah dalam urusan pelajaran sekolah. Dia mempunyai dua orang sahabat berjulukan Yoga dan Fandy.

Yoga sama tingginya dengan Gondo, tapi tubuhnya sangat kurus. Rambutnya hitam keriting, matanya sayu dan di wajahnya terlihat terang lekuk pipinya yang kurus. Untuk urusan pelajaran, ia berkebalikan dengan Gondo. Nilai-nilainya selalu memuaskan dan Gondo selalu menyalin PRya ataupun menconteknya ketika tes. Ia juga cendekia berolahraga menyerupai bulu tangkis dan sepak bola. Sayangnya, ia terbelakang mengekspresikan dirinya.

Sahabat yang satu lagi, Fandy, bertubuh kecil dan sangat lincah. Ia selalu menjadi andalan Gondo ketika bermain sepak bola, melewati pemain demi pemain di depannya dengan sangat mudah. Ia ialah anak yang periang dan suka bercanda. Tapi seringkali candaannya menciptakan Gondo marah. Melihat Gondo marah, Fandy tetap dingin saja, sebab ia berpikir suatu ketika kemarahannya niscaya akan berlalu dan mereka akan berbaikan kembali.

Kemudian saat-saat yang tidak dinantikan telah tiba. Bel sekolah berbunyi dengan sangat nyaring, mengambarkan dimulainya pelajaran. Tak usang kemudian, seorang guru tampan beralis tebal dan menjadi idaman murid-murid wanita di sekolah masuk ke kelas XI – IPA . Pak Tri namanya. Tidak heran ia menjadi idaman sebab tekstur wajahnya yang hampir menyerupai dengan pemain film India. Pelajaran yang beliau beri menjadi momok yang mengerikan selama dua jam pelajaran bagi para murid, murid pria tentunya.

Kurang lebih lima belas menit kemudian, terdengar ketukan di pintu kelas. Terlihat seorang guru BP yang sudah agak bau tanah dengan rambutnya yang memutih berdiri di sana. Ibu Heni namanya. Di sampingnya berdiri seorang anak pria 13 tahun. Rambutnya hitam lurus dan wajahnya bersih. Tubuhnya sedikit kurus dengan seragam Sekolah Menengah Pertama putih biru yang gres dan rapi. Tas hitam selempang yang ia gunakan tampak sudah usang sekali dipakai. Ia terlihat sangat tegang layaknya anak yang gres saja pertama kali masuk ke kelas. Pak Tri mempersilakan anak tersebut masuk.

“Nah, anak-anak, kita kedatangan sobat baru, namanya Andhika Wibowo. Ia dari luar kota dan gres saja pindah ke sekolah ini. Semoga kalian sanggup cepat berkenalan dengan dia.”

Andhika sesekali menunduk ke bawah menghindari tatapan belum dewasa di dalam kelas. Sifatnya memang pemalu dan juga introvert.

“Silakan pilih kawasan duduk. Ada beberapa yang kosong.”
3.KomplikasiAndhika menentukan kawasan duduk kosong di paling belakang. Saat berjalan menuju ke belakang, banyak anak yang bisik-bisik mengomentarinya. Salah satunya ialah Gondo.

“Hei Fan, menurutmu anak itu berasal dari mana ya? Kenapa sanggup pindah di tengah-tengah catur wulan begini?”, bisik Gondo kepada Fandy yang duduk di sebelahnya.

“Mana saya tahu. Coba tanya saja pribadi ke dia. Tapi sepertinya beliau pendiam sekali.”, kata Fandy sambil menoleh ke arah Andhika.

“Mungkin di sekolahnya yang usang beliau nakal sekali, jadi ia dieksekusi kemudian dikeluarkan dan pindah ke sini.”, Gondo pribadi mengambil kesimpulan.

“Ooo… mungkin juga. Seperti kau yang sering dihukum.”, mendengar kata-kata Fandy, Gondo pribadi menjitak kepalanya, “Ngawur kamu!”. Fandy mengusap-usap kepalanya meringis kesakitan. Walaupun pukulan Gondo ringan, tapi tenaganya cukup berpengaruh baginya.

“Eh, biasanya anak gres harus selalu mengikuti ospek kan?”, kata Gondo disertai senyum licik. Fandy juga tersenyum dan pribadi mengerti maksudnya.

“Jadi, apa rencanamu Gon?”.

Namun dialog mereka terhenti ketika Pak Tri memulai pelajarannya, semua siswa mengikuti pelajaran dengan serius. Tanpa terasa delapan jam pelajaran telah berlalu dan belum dewasa diperbolehkan pulang. Namun, Gondo, Yoga dan Fandy tidak segera pulang sebab mereka merencanakan sesuatu untuk si siswa gres berjulukan Andhika.

Sementara itu, Andhika tidak pribadi pulang, melainkan menuju ke ruang BP, dimana Ibu Heni telah menunggunya. Ia harus menuntaskan urusan manajemen perpindahan sekolah dari sekolah usang ke sekolah baru.
4.EvaluasiSetelah selesai menuntaskan duduk perkara administrasi, Andhika terlebih dahulu menuju toilet untuk buang air kecil. Saat menuju ke toilet dan melewati kelas XI-IPA, ia berhenti sebentar dan melihat tiga orang anak pria yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya, berkemas-kemas untuk pulang. Merasa dilihat oleh seseorang, salah satu dari ketiga anak tersebut menoleh ke arah Andhika. Andhika dengan cepat membuang muka dan bergegas menuju ke toilet.

Karena lampu rusak, toilet menjadi gelap dan hanya terdapat cahaya remang-remang yang berasal dari pintu masuk. Karena sudah di ujung tanduk, Andhika pun memberanikan diri untuk masuk dan pribadi menuju ke salah satu kamar kecil, walaupun jantungnya berdegup kencang sebab takut kegelapan. Ia sengaja tidak menutup pintu kamar kecil tersebut supaya tidak gelap total.

Saat sedang buang air kecil, tiba-tiba pintu kamar kecil terbanting dan menutup dengan sendirinya! Andhika kaget dan secara impulsif berbalik berusaha membuka pintu, tapi pintu tersebut tertahan dari luar. Pintu kamar kecil tersebut hanya sanggup dibuka ke arah dalam, sedangkan dari luar kamar kecil, terdapat sapu yang gagangnya dikaitkan di pegangan pintu dan menciptakan pintu tertahan. Ia sempat mendengar tawa anak lelaki dan beberapa langkah sepatu berlari keluar dari toilet.

“HEI! Siapa di sana?! Buka pintunya!!”, Andhika berteriak murka sambil mendobrak-dobrak pintu. Suara langkah sepatu tersebut perlahan-lahan menghilang. Andhika masih tetap mendobrak-dobrak pintu, berusaha untuk keluar.

“Buka pintunya!! Kurang ajar!!”

Andhika terus mendobrak dan kesudahannya kelelahan. Ia hanya sanggup duduk dan menangis pelan. Pintu tertutup sehingga tidak ada seberkas cahaya pun masuk ke dalam kamar kecil. Andhika mulai takut dengan kegelapan total di dalam sana.

Andhika tiba-tiba mendengar bunyi sapu yang terjatuh di lantai. Pintu kemudian sedikit terbuka dengan bunyi pintu yang sudah berkarat. Andhika merasa heran sebab tidak ada bunyi langkah sepatu sama sekali ketika sapu terjatuh. Ia segera berdiri dan membuka pintu perlahan-lahan, mengintip dari balik pintu.

Ia lihat ke kanan dan ke kiri, di dalam kegelapan dengan cahaya yang samar, sama sekali tidak ada gejala orang masuk ke toilet. Andhika pribadi merinding, bulu kuduknya berdiri. Ia pribadi mengambil langkah seribu keluar dari toilet.
5.ResolusiSetelah keluar dari sekolah, ia segera pulang dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan pulang, ia melewati sebuah warung di depan sekolah yang di dalamnya terdapat Gondo, Yoga, dan Fandy sedang makan siang. Mereka duduk menghadap arah dalam warung sehingga tidak menyadari bahwa Andhika sudah lewat di belakang mereka.

“Eh, Gon. Menurutmu tidak apakah meninggalkan Andhika sendirian? Di dalam toilet kan gelap sekali.”, tanya Fandy khawatir memikirkan Andhika.

“Ah biarkan saja beliau di sana. Sebagai latihan supaya beliau terbiasa di sekolah ini. Terutama anyir toiletnya. Hihihi…”, kata Gondo sambil terkekeh-kekeh. Yoga hanya membisu saja.

“Tapi sudah tidak ada orang lagi di sana. Bagaimana jikalau tidak ada yang masuk lagi ke sekolah dan menemukan dia? Nanti malah beliau harus tinggal di sana hingga besok pagi.”
Ketika tetapkan untuk menulis teks kisah fiksi Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel
“Hmmm… iya juga ya. Ternyata otakmu sanggup jalan juga ya Fan.”

“Tentu saja otaknya jalan, kan beliau juga terkadang memberimu contekan ketika tes”, sahut Yoga dengan bunyi datarnya. Mendengar kata-kata Yoga, Gondo pribadi menjitak kepalanya. “Huh, membisu kamu!”, Yoga hanya sanggup meringis kesakitan.

“Ya udah, selesai makan kita pribadi ke toilet membebaskan dia. Nanti sesudah saya buka pintunya, kita harus pribadi kabur ya, supaya tidak tertangkap berair jikalau kitalah yang menahan pintu dengan sapu.”, kata Gondo memperingatkan Yoga dan Fandy.

Setelah makan siang, Gondo dan Fandy segera menuju ke toilet, sedangkan Yoga pulang terlebih dulu sebab ia harus mengikuti les matematika di rumah.
6.KodaLangkah mereka terhenti ketika mereka berada di depan pintu toilet. Mereka melihat pintu yang seharusnya tertahan malah terbuka dengan sapu yang terjatuh di depannya. Gondo dan Fandy terpaku sesaat, kemudian saling berpandangan. Suasana toilet yang gelap dan angker kemudian memberi mereka perkiraan bahwa yang membuka pintu tersebut adalah… HANTU!! Mereka pribadi lari terbirit-birit meninggalkan sekolah.
Sumber : /search?q=novel-remaja dengan perubahan.

No comments:

Post a Comment