Thursday, October 17, 2019

Pintar Pelajaran Pengertian Kegunaan Manfaat Dan Nilai Barang, Macam-Macam, Contoh, Ekonomi

Pengertian Kegunaan Manfaat dan Nilai Barang, Macam-macam, Contoh, Ekonomi - Konsumsi yaitu acara mengunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan. Dengan kata lain, suatu barang akan dikonsumsi oleh insan jikalau barang tersebut mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau memuaskan keinginan.

1. Pengertian Kegunaan dan Macam-Macam Kegunaan Suatu Barang


Dalam kehidupan sehari-hari insan mengonsumsi majemuk benda/barang dan jasa. Benda yang dikonsumsi insan di antaranya beras, kedelai, meja, kursi, payung, mobil, dan lain-lain. Benda-benda tersebut dikonsumsi dan diharapkan insan sebab benda-benda tersebut mempunyai kegunaan (utilitas). Beras diharapkan insan sebab beras sanggup ditanak menjadi nasi untuk dimakan. Kedelai diharapkan insan sebab sanggup diubah menjadi tempe atau menjadi susu untuk dikonsumsi manusia. Jadi, yang dimaksud dengan kegunaan yaitu kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. [1]

Ada beberapa bentuk kegunaan dari suatu barang yang Anda gunakan ketika ini, di antaranya:

1.1. Kegunaan Bentuk (Form Utility)


Suatu barang akan lebih mempunyai kegunaan jikalau diubah dari bentuk asalnya. Misalnya kayu menjadi perabotan rumah tangga atau benang menjadi kain.

Contoh lain : [1]
  1. Kayu diubah menjadi kursi.
  2. Kain diubah menjadi baju.
  3. Kulit sapi diubah menjadi sepatu.

1.2. Kegunaan Tempat (Place Utility)


Suatu barang akan lebih mempunyai kegunaan jikalau berada pada kawasan yang tepat. Misalnya pakaian tebal digunakan di kawasan yang berhawa dingin.

Contoh lain : [1]
  1. Batu di gunung diangkut ke kota sebagai materi bangunan.
  2. Pasir di desa diangkut ke kota sebagai materi bangunan.
  3. Sayur di kebun diangkut ke pasar untuk dijual.

1.3. Kegunaan Kepemilikan (Ownership Utility)


Suatu barang akan lebih mempunyai kegunaan jikalau telah dimiliki atau disewa oleh orang yang membutuhkan. Misalnya, buku pelajaran di toko buku tidak mempunyai nilai guna, tetapi jikalau dimiliki oleh pelajar akan mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kepandaian dan pengetahuan. Komputer yang masih berada di toko elektronik tidak mempunyai nilai guna sebelum komputer tersebut dibeli dan dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan insan menyerupai mengetik naskah atau mendesain gambar.

Contoh lain : [1]
  1. Ikan di bahari menjadi mempunyai kegunaan sehabis ditangkap (dimiliki).
  2. Buku di toko menjadi mempunyai kegunaan sehabis dibeli (dimiliki)

1.4. Kegunaan Waktu (Time Utility)


Suatu barang akan bermanfaat jikalau digunakan pada waktu yang tepat. Misalnya, jas hujan digunakan pada ketika hujan.

Contoh lain : [1]
  1. Payung  menjadi mempunyai kegunaan pada ketika turun hujan.
  2. Obat menjadi mempunyai kegunaan pada ketika jatuh sakit.
  3. Baju hangat menjadi mempunyai kegunaan pada ketika ekspresi dominan dingin.

5) Kegunaan Pelayanan (Service Utility)


Suatu barang akan lebih mempunyai kegunaan jikalau sanggup memperlihatkan jasa. Misalnya televisi atau radio akan mempunyai kegunaan jikalau ada siarannya dan angkutan umum menjadi mempunyai kegunaan bila dijalankan.

6) Kegunaan Dasar (Elementary Utility)


Suatu barang akan mengalami peningkatan sehabis diolah dari materi dasar atau materi baku menjadi barang jadi. Misalnya, kapas sebagai materi dasar pembuatan benang dan benang sebagai materi dasar kain.

Contoh lain : [1]
  1. Tebu sebagai materi pembuat gula.
  2. Kedelai sebagai materi pembuat tahu dan tempe.

2. Pengertian Nilai dan Macam-Macam Nilai Barang


Setelah mempelajari kegunaan (utilitas), berikut kita akan membahas apa yang dimaksud dengan nilai. Bila kegunaan mempunyai arti kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan insan maka yang dimaksud dengan nilai yaitu arti yang diberikan insan terhadap benda sebab benda tersebut sanggup digunakan untuk memenuhi kebutuhan insan atau sanggup ditukarkan dengan benda lain. Dari pengertian tersebut, diketahui ada dua macam nilai, yaitu nilai pakai dan nilai tukar.

Pemahaman terhadap nilai pakai dan nilai tukar sudah dikenal semenjak zaman Aristoteles, spesialis filsafat Yunani. Aristoteles memberi contoh, bahwa sepasang sepatu mempunyai nilai pakai dan nilai tukar. Sepatu mempunyai nilai pakai, sebab sepatu sanggup digunakan untuk melindungi kaki. Sepatu pun mempunyai nilai tukar sebab sepatu sanggup ditukar dengan sejumlah gandum.

Jadi, yang dimaksud dengan nilai pakai yaitu nilai yang diberikan kepada suatu benda sebab benda tersebut sanggup digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Adapun yang dimaksud dengan nilai tukar yaitu nilai yang diberikan kepada suatu benda sebab benda tersebut sanggup ditukar dengan benda lain. [1]

Nilai suatu barang dan jasa sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu:

2.1. Nilai Pakai


a) Nilai Pakai Objektif

Nilai pakai objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda sebab benda tersebut sanggup memenuhi kebutuhan insan secara umum. (Catatan: nilai pakai objektif = kegunaan/utilitas). [1] Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai objektif jikalau barang dan jasa tersebut sanggup digunakan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan insan pada umumnya. Contoh nilai pakai objektif yaitu masakan dan minuman mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Buku pelajaran bermutu mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

Contoh lain : [1]
  1. Payung sanggup digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan.
  2. Lemari sanggup digunakan untuk menyimpan baju.
b) Nilai Pakai Subjektif

Nilai pakai subjektif yaitu arti yang diberikan kepada benda sebab benda tersebut sanggup digunakan untuk memenuhi kebutuhannya secara khusus. [1] Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai subjektif apabila seseorang memperlihatkan evaluasi terhadap barang yang digunakannya. Hal ini mengakibatkan nilai pakai subjektif setiap orang berbeda-beda, tergantung kemampuan barang tersebut memperlihatkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan. Misalnya, bagi seorang petani, cangkul sangat dibutuhkan dalam acara pertanian sehingga mempunyai nilai pakai yang tinggi. Bagaimana dengan seorang dokter? Apakah cangkul juga termasuk barang yang sangat dibutuhkannya? Bagi seorang dokter, cangkul tidak dibutuhkan, sehingga mempunyai nilai pakai yang rendah.

Contoh lain : [1]
  1. Raket mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi pemain bulutangkis daripada bagi petani.
  2. Jala mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi nelayan daripada bagi dokter.

2.2. Nilai Tukar


a) Nilai Tukar Objektif

Nilai tukar objektif yaitu kemampuan suatu barang untuk sanggup ditukarkan dengan barang jenis lain. Misalnya, jasa pemetikan kelapa ditukar dengan imbalan berupa sepertiga kepingan kelapa hasil petikannya. Artinya, jasa pemetik kelapa mempunyai nilai tukar objektif.

Contoh lain : [1]
  1. Beras sanggup ditukar dengan sejumlah jagung.
  2. Uang sanggup ditukar dengan gula atau dengan barang lain.
b) Nilai Tukar Subjektif

Nilai tukar subjektif yaitu nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang dan jasa, sebab bisa ditukar dengan barang dan jasa lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya berdasarkan penarik becak, jasa mengantar penumpang dari stasiun menuju pasar Rp 5.000,00, tetapi berdasarkan calon penumpang hanya senilai Rp 3.000,00. Dengan demikian, nilai tukar atas jasa mengayuh becak yaitu nilai tukar subjektif, berdasarkan evaluasi masing-masing kebutuhan.

Contoh lain : [1]
  1. Menurut pemain badminton raket sanggup ditukarkan dengan Rp400.000,- Tapi berdasarkan petani, raket hanya sanggup ditukar dengan uang Rp20.000,-.
  2. Menurut kolektor barang antik, sebuah meja kuno Belanda sanggup ditukar dengan uang Rp10.000.000,-, tapi berdasarkan seorang nelayan meja tersebut hanya sanggup ditukar dengan uang Rp100.000,-.
Perlu kau ketahui, bahwa dalam teori nilai objektif lebih menitikberatkan pada kaum produsen, sedangkan konsumen lebih cenderung menilai barang dari segi subjeknya, atau siapa yang menilai. Oleh sebab itu, teori sikap konsumen merupakan teori nilai subjektif. [2]

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas mengenai teori nilai objektif beserta tokoh-tokohnya.

a. Teori Nilai Pasar

Menurut Humme dan Locke, nilai suatu barang sangat tergantung pada usul dan penawaran barang di pasar.

b. Teori Nilai Biaya Produksi

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Menurutnya, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen untuk menciptakan barang tersebut. Menurutnya, semakin tinggi nilai pakai suatu barang, nilai tukarnya pun juga akan semakin tinggi.

c. Teori Nilai Tenaga Kerja

Menurut David Ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya tenaga kerja yang diharapkan untuk menghasilkan barang tersebut.

d. Teori Nilai Biaya Reproduksi

Menurut Carey, nilai suatu barang ditentukan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang itu kembali (biaya reproduksi). Oleh sebab untuk memilih nilai suatu barang tidak berpangkal pada biaya produksi yang pertama kali, tetapi pada biaya produksi yang dikeluarkan sekarang.

e. Teori Nilai Kerja Rata-Rata atau Teori Nilai Lebih

Menurut Karl Marx, tenaga kerja mempunyai nilai tukar dan nilai pakai bagi pengusaha. Dalam hal ini pengusaha harus membayar nilai tukarnya untuk mendapat nilai pakainya. Kelebihan nilai pakai atas nilai tukar inilah yang disebut nilai lebih.

Adapun tokoh-tokoh yang mengemukakan teori nilai subjektif di antaranya sebagai berikut.

a. Herman Henrich Gossen (1854)

Dalam teori nilai subjektif, Gossen mempelajari cara pemuasan kebutuhan yang dikemukakan dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.

Hukum Gossen I, yaitu aturan kepuasan yang semakin berkurang (law of diminishing utility), yang berbunyi “Jika suatu kebutuhan dipenuhi terus-menerus, maka kenikmatannya makin usang makin berkurang, sehingga kesudahannya dicapai rasa kepuasan”.

Hukum Gossen II, yaitu aturan perata nilai batas atau law of marginal utility, berbunyi “Manusia akan berusaha untuk memenuhi banyak sekali macam kebutuhannya hingga pada tingkat intensitas yang sama”.

b. Karl Menger

Dalam Teori Nilai Austria, Karl Menger melanjutkan penelitiannya berdasarkan Hukum Gossen dengan menciptakan daftar kebutuhan konsumen, sehingga konsumen membagi pendapatannya untuk memenuhi banyak sekali kebutuhan hingga mencapai tingkat intensitas yang harmonis.

c. Von Bohm Bawerk

Teori Von Bohm Bawerk disebut Teori Nilai Batas. Nilai batas yaitu nilai yang diberikan kepada barang yang dimilikinya paling tamat atau nilai pemuasan yang paling akhir.

Referensi :

Nurcahyaningtyas. 2009. Ekonomi : Untuk Kelas X SMA/MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 322.

Referensi Lainnya :

[1] Sa’dyah, C. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 434.

[2] Ismawanto. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 210.

No comments:

Post a Comment