Thursday, October 17, 2019

Pintar Pelajaran Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif Dan Disosiatif, Bentuk-Bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-Macam, Dinamika, Teori, Sosiologi

Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif, Bentuk-bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-macam, Dinamika, Teori, Sosiologi - Pernahkah Anda membayangkan kalau harus hidup tanpa ada orang lain? Mungkin Anda tidak akan sanggup hidup ibarat kini ini. Suatu penelitian pernah dilakukan terhadap seorang anak yang diisolasi dari insan lain. Anak tersebut disekap dalam suatu ruangan tanpa dikenalkan dengan dunia luar, dan hanya diberi makan minum. Ternyata dalam waktu yang cukup lama, si anak tersebut tidak tahu cara untuk makan, berbicara, dan menyapa. Akibatnya anak tersebut tidak berperilaku ibarat manusia. Lama kelamaan lantaran anak tersebut tidak bisa mengikuti keadaan dalam mempertahankan hidupnya, anak tersebut kemudian meninggal.

Pada belahan ini Anda akan mempelajari interaksi kehidupan insan yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya. Hal ini menerangkan hakikatnya sebagai makhluk sosial yang selalu berafiliasi dengan insan lain. Hubungan yang berlangsung tersebut menghasilkan keteraturan dan dinamika sosial.

A. Interaksi Sosial


Manusia mempunyai harapan untuk bergaul, dan dalam pergaulannya terdapat suatu kekerabatan saling mempengaruhi sehingga cenderung menimbulkan sikap saling membutuhkan. Terdapat beberapa sikap yang berafiliasi dengan interaksi sosial sebagai jalan untuk mencapai tujuan insan sebagai makhluk sosial. Sebelum membahas ihwal interaksi sosial, terlebih dahulu Anda harus mengenal tindakan sosial yang berasal dari tindakan setiap individu. Hal ini sanggup menawarkan corak terhadap tindakan sosial itu sendiri ataupun interaksi sosial yang terjadi.

Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang mempunyai arti bagi dirinya yang diarahkan pada tindakan orang lain. Tindakan sosial yang dimulai dari tindakan individu-individu mempunyai keunikan atau ciri tersendiri. Namun, sebagai makhluk sosial, tindakan insan seunik apapun tidak terlepas dari imbas lingkungan sosialnya. Tindakan apapun yang kita lakukan bisa jadi mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di sekitar kita.

Mengacu pada panduan Max Weber (1864–1920), tindakan sosial dibedakan menjadi empat tipe tindakan, yaitu sebagai berikut.

1). Rasionalitas Instrumental

Tindakan ini merupakan tindakan sosial murni, yang memperlihatkan bahwa tindakan dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang dipakai dan tujuan yang akan dicapai (bersifat rasional). Contohnya, seorang siswa menetapkan untuk membeli komputer daripada sepeda motor. Alasannya, komputer lebih menunjang kegiatan belajarnya. Kemudian, ia menentukan jenis dan spesifikasi komputer yang harganya terjangkau, sesuai dengan uang yang dimilikinya. Contoh lain, seorang penyanyi yang beraksi di hadapan penggemarnya. Dengan banyak sekali aksinya tersebut diharapkan penonton sanggup puas melihatnya.

2). Rasionalitas Berorientasi Nilai

Tindakan ini dilakukan dengan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang dicapai tidak terlalu dipertimbangkan, yang penting tindakan tersebut baik dan benar berdasarkan evaluasi masyarakat. Contohnya, Anda menolong sahabat yang sedang kesusahan, dan tujuan menolong terperinci bukan untuk Anda, tetapi keuntungannya sanggup dirasakan kalau Anda sedang mencicipi kesusahan dan mendapatkan pertolongan orang lain. Tolong-menolong merupakan nilai yang baik dalam masyarakat. Contoh lainnya, orang yang sedang beribadah hanya akan memikirkan tujuan, yaitu biar ibadahnya sanggup diterima oleh Tuhan Yang Mahakuasa.

3). Tindakan Afektif

Tindakan ini dilakukan dengan dibuat-buat dan didasari oleh perasaan atau emosi dan kepura-puraan seseorang. Tindakan ini tidak sanggup dipahami atau irrasional. Contohnya, seseorang mendapat tawaran untuk melaksanakan pekerjaan, lantaran orang tersebut ingin mendapat perhatian (pujian) orang lain, ia menyanggupi pekerjaan tersebut yang bergotong-royong ia tidak sanggup melakukannya. Contoh lain, seorang siswa berteriak sambil melompat-lompat dengan tangan ke atas dikala diketahui dirinya lulus masuk sekolah tinggi tinggi yang diinginkannya.

4). Tindakan Tradisional

Tindakan ini didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang-orang terdahulu, tanpa per hitungan secara matang, dan sama sekali tidak rasional. Contohnya, seorang pedagang untuk menjaga uang hasil dagangannya disimpan bahu-membahu dengan bawang putih, bawang merah, kemenyan, dan lainnya dengan maksud biar uangnya tidak hilang lantaran diambil makhluk halus. Contoh lain, contohnya upacara tradisional seringkali tidak sanggup diterima secara logika, tetapi masyarakat tetap melakukannya. Tindakan sosial pada diri seseorang gres terjadi apabila tindakan tersebut dihubungkan dengan orang lain. Tindakan seseorang kadangkala tidak digolongkan ke dalam tindakan sosial. Misalnya, seseorang yang sedang termangu dengan membayangkan dirinya sebagai seorang artis. Ia tersenyum lantaran dalam bayangannya banyak sekali hal yang ia lakukan. Walaupun demikian, tindakan orang tersebut bukan merupakan tindakan sosial.

Ilmu pengetahuan telah mengubah pola pikir seseorang menjadi rasional. Berpikir berdasarkan rasio dan pertimbangan-pertimbangan rasional. Hal ini bisa disebut sebagai rasionalitas instrumental masyarakat modern.

1.1. Pengertian Interaksi Sosial


Dalam kehidupan sehari-hari, insan selalu berafiliasi antara yang satu dan yang lainnya, semenjak bangun pagi hingga tidur malam. Hubungan antar insan sebagai makhluk sosial sanggup dicirikan dengan adanya tindakan untuk berhubungan. Tindakannya tersebut sanggup memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki sikap individu lain, atau sebaliknya. Tindakan ibarat ini dinamakan interaksi sosial. Interaksi sosial akan menimbulkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks.

Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial sanggup terwujud dalam banyak sekali bentuk pergaulan. Melakukan bersalaman, menyapa, berbicara dengan orang lain, hingga perdebatan yang terjadi di sekolah merupakan tumpuan interaksi sosial. Pada tanda-tanda ibarat itulah, kita menyaksikan salah satu bentuk kehidupan sosial.

Sejak kapan insan melaksanakan interaksi sosial? Sejak insan lahir ke dunia, proses interaksi sudah mulai dilakukan walaupun terbatas pada kekerabatan yang dilakukan seorang bayi terhadap ibunya. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri insan untuk selalu hidup bersama dengan orang lain dan ingin bersatu dengan
lingkungan sosialnya. Naluri ini dinamakan gregariousness. Interaksi sanggup terjadi apabila salah seorang (individu) melaksanakan agresi terhadap orang lain dan kemudian mendapatkan jawaban sebagai reaksinya. Jika salah satu pihak melaksanakan agresi dan pihak yang lain tidak melaksanakan reaksi, interaksi tidak akan terjadi. Misalnya, seseorang berbicara dengan patung atau gambar maka tidak akan menimbulkan reaksi apapun. Oleh lantaran itu, interaksi sosial sanggup terjadi apabila dua belah pihak saling berafiliasi dan melaksanakan tindakan timbal balik (aksi-reaksi).

Dari pengertian tersebut, sanggup digarisbawahi bahwa interaksi sosial mempunyai dua syarat utama, yaitu:
  1. adanya kontak sosial, aksi-reaksi yang mencakup kontak primer melalui berhadapan eksklusif (face to face) dan kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang dilakukan melalui perantara, ibarat melalui telepon, orang lain, dan surat kabar;
  2. adanya komunikasi sosial, baik eksklusif (tanpa perantara) maupun tidak langsung, yaitu melalui media komunikasi. Tidak selamanya kontak diikuti oleh komunikasi. Contohnya ketika akan bicara maka seseorang akan bertemu dengan lawan bicaranya. Berarti untuk berkomunikasi, seseorang harus melaksanakan kontak terlebih dulu.

1.2. Faktor-Faktor Interaksi Sosial


Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang juga sedang menatap Anda, tetapi kemudian berlalu begitu saja? Tentu pernah. Pada insiden tersebut terjadi insiden kontak (saling memandang), tetapi tidak terjadi komunikasi. Adapun yang mendorong ter jadinya interaksi sosial dipengaruhi (digerakkan) oleh faktor-faktor dari luar individu. 

Terdapat empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial, yaitu sebagai berikut.

a. Imitasi

Berarti menggandakan sikap dan tindakan orang lain. Sebagai suatu proses, imitasi sanggup berarti positif apabila yang ditiru tersebut ialah sikap individu yang baik sesuai nilai dan norma masyarakat. Akan tetapi, imitasi bisa juga berarti negatif apabila sosok individu yang ditiru ialah sikap yang tidak baik atau menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya sebagai berikut.
  1. Seorang siswa menggandakan penampilan selebritis yang ada di televisi, ibarat rambut gondrong (panjang), menggunakan anting, menggunakan gelang dan kalung secara berlebihan. Tindakan ibarat itu sanggup mengundang reaksi dari masyarakat yang menilai penampilan itu sebagai urakan ataupun tidak sopan.
  2. Seorang balita mulai mengucapkan kata-kata yang diajari ayah atau ibunya.
Terdapat beberapa syarat bagi seseorang sebelum melaksanakan imitasi, yaitu:
  1. adanya minat dan perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan ditiru;
  2. adanya sikap mengagumi hal-hal yang diimitasi;
  3. hal yang akan ditiru cenderung mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
b. Sugesti

Sugesti merupakan suatu proses yang menjadikan seorang individu mendapatkan suatu cara atau tingkah laris dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Misalnya, seorang siswa absen sekolah lantaran diajak temannya bermain. Tanpa diamati manfaat nya, undangan tersebut diterima dan dilaksanakannya.

Sugesti biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berwibawa atau mempunyai imbas besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti sanggup pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas) ataupun orang berakal balig cukup akal terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat bergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang. Misalnya, seorang abang akan lebih gampang mengan jurkan adiknya untuk rajin mencar ilmu biar menjadi anak yang pintar, daripada sebaliknya.

Sugesti sanggup dibedakan atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
  1. Sugesti kerumunan (crowd suggestion) ialah penerimaan yang bukan didasarkan pada penalaran, melainkan lantaran keanggotaan atau kerumunan. Contohnya, adanya tawuran antar pelajar. Siswa-siswa yang terlibat dalam tawuran pada umumnya dilakukan atas dasar rasa setia kawan.
  2. Sugesti negatif (negative suggestion) ialah sugesti yang ditujukan untuk menghasilkan tekanan-tekanan atau pembatasan tertentu. Contohnya, seorang perjaka akan mengancam kekasihnya apabila cintanya berpaling kepada perjaka lain sehingga kekasih perjaka tersebut akan menurut.
  3. Sugesti prestise (prestige suggestion) ialah sugesti yang muncul sebagai akhir adanya prestise orang lain. Contohnya, tokoh masyarakat menganjurkan biar semua warganya melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan maka anjuran tersebut akan dilaksanakan tanpa didahului dengan proses berpikir.
c. Identifikasi

Identifikasi ialah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya cukup kuat. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Contohnya seorang remaja mengidentifikasikan dirinya dengan seorang penyanyi populer yang ia kagumi. Kemudian, ia akan berusaha mengubah penampilan dirinya biar sama dengan penyanyi idolanya, mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara, bahkan hingga makanan kesukaan.

Sikap, perilaku, keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan menjiwai para pelaku identifikasi sehingga sangat besar lengan berkuasa terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.

d. Simpati

Simpati merupakan faktor yang sangat penting dalam proses interaksi sosial, yang menentukan proses selanjutnya. Simpati merupakan proses yang menjadikan seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Rasa tertarik ini didasari oleh harapan untuk memahami pihak lain dan memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.

Dengan demikian, simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan evaluasi perasaan semata-mata, ibarat pada proses identifikasi. Contohnya, ucapan turut sedih dan rasa bela sungkawa kepada sahabat yang tertimpa musibah; mengucapkan selamat dan turut bergembira kepada orang lain yang mendapatkan kebahagiaan. Dibandingkan ketiga faktor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang relatif lambat, namun imbas simpati lebih mendalam dan tahan lama. Agar simpati sanggup berlangsung, diharapkan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Adapun pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya, simpati sanggup menjadi dasar terjalinnya kekerabatan persahabatan.

1.3. Pola Interaksi Sosial


Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang berdasarkan pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud kekerabatan sosial yang relatif mapan.

Pola interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Berdasarkan kedudukan sosial (status) dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang berafiliasi dengan muridnya harus mencerminkan sikap seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.
  2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya interaksi, seseorang melaksanakan penyesuaian, pembauran, terjalin kerja sama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.
  3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat banyak sekali keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat sanggup membuat keteraturan sosial.
  4. Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial sanggup terjadi kapan dan di manapun, dan sanggup berakibat positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang populer mempunyai disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi terkotori lantaran ada siswanya yang melaksanakan tindakan amoral.
Klasifikasi interaksi sosial. Berdasarkan bentuknya, interaksi sosial sanggup diklasifikasikan menjadi tiga pola, yaitu sebagai berikut.

a. Pola Interaksi Individu dengan Individu

Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang menimbulkan munculnya beberapa fenomena, ibarat jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi. Jarak sosial sangat dipengaruhi oleh status dan peranan sosial. Artinya, semakin besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, dan sebaliknya. Anda mungkin pernah menyaksikan “si kaya” (bersifat superior) yang suka menjaga jarak dengan “si miskin” (bersifat inferior) dalam pergaulan sehari-hari lantaran adanya perbedaan status sosial di antara mereka. Apabila jarak sosial relatif besar, pola interaksi yang terjadi cenderung bersifat vertikal, sebaliknya apabila jarak sosialnya kecil (tidak tampak), kekerabatan sosialnya akan berlangsung secara horizontal.

Simpati seseorang didasari oleh adanya kesamaan perasaan dalam banyak sekali aspek kehidupan. Sikap ini sanggup pula diartikan sebagai perasaan kagum atau senang terhadap orang lain ketika salah satu pihak melaksanakan sebuah tindakan ataupun terjadi interaksi di antara keduanya. Adapun antipati muncul lantaran adanya perbedaan penafsiran terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan yang berbeda dengan pihak lain.

Dua orang saudara bisa saja tidak saling mengenal akhir intensitas dan frekuensi interaksi di antara keduanya tidak ada atau jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dua orang yang gres berkenalan bisa saja menjadi sahabat bahkan saudara lantaran intensitas dan frekuensi interaksinya yang sering.

Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspek-aspek individual, yang setiap sikap didasarkan pada harapan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akhir dari kekerabatan menjadi tanggung jawabnya. Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua insan sedang berkasih-kasihan; orang-orang bertemu di jalan dan saling menyapa. Untuk mengukur keakraban seseorang, umumnya dipakai sosiometri ibarat pada skema berikut ini.
 Pernahkah Anda membayangkan kalau harus hidup tanpa ada orang lain Pintar Pelajaran Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif, Bentuk-bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-macam, Dinamika, Teori, Sosiologi
Gambar 1. Sosiometri.
Dari sosiometri tersebut sanggup diketahui beberapa hal berikut.
  1. Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit atau jarang bergaul ia akan terasing atau terisolasi.
  2. Keintiman seseorang sangat bergantung pada frekuensi dan intensitas nya melaksanakan pergaulan.
  3. Dalam pergaulan, seseorang akan menentukan atau menolak siapa yang akan dijadikan temannya.
b. Pola Interaksi Individu dengan Kelompok

Pola ini merupakan bentuk kekerabatan antara individu dan individu sebagai anggota suatu kelompok yang menggambarkan prosedur kegiatan kelompoknya. Dalam hal ini, setiap sikap didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tata cara yang ditentukan kelompoknya, dan segala akhir dari kekerabatan merupakan tanggung jawab bersama. Contohnya, kekerabatan antara ketua dengan anggotanya pada karang taruna tidak dikatakan sebagai kekerabatan antar individu, tetapi kekerabatan antar individu dengan kelompok alasannya ialah menggambarkan prosedur kelompoknya.

Pola interaksi individu dengan kelompok mempunyai beberapa bentuk ideal yang merupakan deskripsi atau citra dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Harold Leavitt, menggambarkan terdapat empat pola interaksi ideal, yaitu pola lingkaran, pola abjad X, pola abjad Y, dan pola garis lurus.
 Pernahkah Anda membayangkan kalau harus hidup tanpa ada orang lain Pintar Pelajaran Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif, Bentuk-bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-macam, Dinamika, Teori, Sosiologi
Gambar 2. Bentuk-Bentuk Pola Interaksi.
Pola bulat merupakan pola interaksi yang memperlihatkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk berafiliasi dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi, pola ini sulit dalam menentukan keputusan lantaran harus ditetapkan bersama. Pola abjad X dan Y ditandai dengan terbatasnya kekerabatan antar anggota kelompok alasannya ialah kekerabatan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku, tetapi prosedur kelompok gampang terkendali lantaran adanya pemimpin yang sanggup menguasai dan mengatur anggotanya walaupun dipaksakan.

Pola garis lurus hampir sama dengan pola abjad X dan Y, yang di dalamnya kekerabatan antaranggota tidak dilakukan secara eksklusif atau melalui titik sentral. Akan tetapi, pihak yang akan menjadi perantara dalam kekerabatan tersebut, bergantung pada individu-individu yang akan berafiliasi ibarat pada pola lingkaran. Terbatasnya kekerabatan antar anggota pada pola ini bukan lantaran otoritas pemimpin, melainkan keterbatasan wawasan setiap anggota dalam berafiliasi lantaran adat istiadat dalam masya rakat. Oleh lantaran itu, pola garis lurus biasanya menyangkut aspek-aspek kehidupan yang khusus.

c. Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok

Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antarkelompok sanggup terjadi lantaran aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras; rapat antar fraksi di dewan perwakilan rakyat yang membahas ihwal RUU.

Di antara banyak sekali pendekatan yang dipakai untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead.

1.3. Tahapan dalam Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan suatu proses sosial. Dalam hal ini, terdapat tahapan yang bisa mendekatkan dan tahapan yang bisa merenggangkan orang-orang yang saling berinteraksi. Tahap yang mendekatkan diawali dari tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding). Contohnya, pada dikala Anda memulai masuk sekolah, kemudian menjajaki kekerabatan dengan orang lain melalui tegur sapa, saling berkenalan, dan bercerita. Hasil penjajakan ini sanggup menjadi dasar untuk menetapkan apakah kekerabatan Anda akan ditingkatkan atau tidak dilanjutkan. Jika kekerabatan sudah semakin meningkat, biasanya muncul perasaan yang sama atau menyatu untuk kemudian menjalin tali persahabatan.

Pada tahap yang meregangkan, dimulai tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), menahan (stagnating), menghindari (avoiding), dan menetapkan (terminating). Contohnya, di antara dua orang yang dahulunya selalu bersama. Kemudian, mulai melaksanakan kegiatan sendiri-sendiri. Oleh lantaran sering tidak bersama lagi, pembicaraan di antara mereka pun mulai dibatasi.

Dalam hal ini, antarindividu mulai saling menahan sehingga tidak terjadi lagi komunikasi. Hubungan lebih mengarah pada terjadinya konflik sehingga walaupun ada komunikasi hanya dilakukan secara terpaksa.

B. Interaksi Sosial dan Keteraturan


2.1. Proses Asosiatif


Keteraturan sosial merupakan keadaan yang menggambarkan suatu kehidupan masyarakat yang tertib, serasi, penuh persatuan, dan terjaga dari adanya penyimpangan nilai-nilai atau norma yang ada dalam masyarakat. Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua jenis proses sosial yang muncul akhir adanya interaksi sosial, yaitu proses yang mengarah pada terwujudnya persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif). Di antara kedua proses sosial tersebut, asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya keteraturan sosial.

Bentuk-bentuk asosiatif ialah sebagai berikut.

a. Kerja Sama

Kerja sama atau kooperasi (cooperation) ialah jaringan interaksi antara orang perorangan atau kelompok yang berusaha bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi dan kesadaran dari setiap anggota masyarakat. 

Beberapa bentuk kolaborasi yang umum sanggup kita temukan di masyarakat sebagai berikut.

1) Berdasarkan Sifatnya
  1. Kerja sama eksklusif (directed cooperation), ialah kolaborasi sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
  2. Kerja sama impulsif (spontaneus cooperation), adalah kerja sama yang terjadi secara serta-merta.
  3. Kerja sama kontrak (contractual cooperation), adalah kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang disepakati bersama.
  4. Kerja sama tradisional (traditional cooperation), adalah kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.
2) Berdasarkan Pelaksanaannya
  1. Kerukunan atau gotong royong.
  2. Bargaining, adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
  3. Kooptasi, adalah proses penerimaan unsur-unsur gres dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari konflik yang bisa mengguncang organisasi. Contohnya, amandemen terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
  4. Koalisi, adalah kerja sama antara dua organisasi atau lebih yang keduanya mempunyai tujuan yang sama. Akan tetapi, pada koalisi sanggup menghasilkan keadaan yang tidak stabil lantaran mereka mempunyai strukturnya masing-masing. Contohnya, koalisi antara dua partai politik.
  5. Joint-venture, adalah kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu. Contohnya, pengeboran minyak di Natuna antara Indonesia dan Amerika Serikat dan dalam pembuatan Jalan Layang Pasupati di Bandung.
Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang universal pada masyarakat manapun. Walaupun demikian, banyak andal yang beropini bahwa masyarakat yang terlalu mementingkan kolaborasi cenderung kurang inisiatif dan tidak mandiri. Masyarakat ibarat itu terlalu mengandalkan pemberian dan didahului oleh rekannya.

b. Akomodasi

Akomodasi (accomodation) dalam sosiologi mempunyai dua pengertian, yaitu menggambarkan suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu keadaan, berarti adanya keseimbangan interaksi sosial yang berkaitan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai suatu proses menunjuk pada usaha-usaha insan untuk meredakan per saingan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
  1. Koersi (coercion), adalah bentuk kemudahan yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti, terjadi penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas kelompok yang lemah. Contohnya, dalam sistem perbudakan atau penjajahan.
  2. Kompromi (compromise), adalah bentuk kemudahan ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan biar tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi ialah semua pihak bersedia untuk mencicipi dan memahami keadaan pihak lainnya.
  3. Arbitrasi (arbitration), adalah bentuk kemudahan apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga dilakukan melalui pihak ketiga. Pihak ketiga di sini sanggup ditunjuk oleh dua belah pihak atau oleh suatu tubuh yang dianggap berwenang. Contohnya, kontradiksi antara karyawan dan pengusaha diselesaikan melalui serikat buruh serta Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak ketiga.
  4. Mediasi (mediation), adalah suatu bentuk kemudahan yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap netral dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak. Contohnya mediasi pemerintah RI untuk mendamaikan faksi-faksi yang berselisih di Kamboja. RI hanya menjadi fasilitator, sedangkan keputusan mau berdamai atau tidak bergantung niat baik tiap-tiap faksi yang bertikai.
  5. Konsiliasi (conciliation), adalah bentuk kemudahan untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian duduk kasus ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan perwakilan karyawan untuk menuntaskan pemogokan.
  6. Toleransi (toleration), adalah bentuk kemudahan yang terjadi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan lantaran adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak. Contohnya, umat yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, tidak makan di sembarang tempat.
  7. Stalemate, adalah bentuk kemudahan ketika kelompok yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang. Lalu, keduanya sadar bahwa mustahil lagi untuk maju atau mundur sehingga kontradiksi atau ketegangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya. Contohnya, persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur Eropa berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah ataupun menang.
  8. Ajudikasi (adjudication), adalah penyelesaian duduk kasus atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum. Contohnya, persengketaan tanah warisan yang diselesaikan di pengadilan.
  9. Displacement, adalah bentuk kemudahan yang merupakan cara untuk mengakhiri suatu kontradiksi dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama. Contohnya adanya persengketaan Indonesia–Australia ihwal batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) berakhir sehabis dilakukan pembagian eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di Celah Timor. Persengketaan yang terjadi lantaran keberadaan sumberdaya alam, bukan ZEE.
  10. Konversi (Convertion), adalah bentuk kemudahan dalam menuntaskan konflik yang menjadikan salah satu pihak bersedia menyerah dan mau mendapatkan pendirian pihak lain. Contohnya, dua keluarga besar bermusuhan lantaran perbedaan prinsip. Akan tetapi, lantaran anak mereka saling menjalin cinta yang mustahil dipisahkan, sikap permusuhan pun luluh dan bersedia saling mendapatkan ijab kabul anak-anaknya.
c. Asimilasi

Asimilasi (assimilation) adalah proses adaptasi sifat-sifat orisinil yang dimiliki dengan sifat-sifat lingkungan sekitar. Gillin dan Gillin menjelaskan bahwa suatu proses sosial dikategorikan pada asimilasi apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Berkurangnya perbedaan lantaran adanya usaha-usaha untuk mengurangi dan menghilangkan perbedaan antar individu atau kelompok.
  2. Mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
  3. Setiap individu sebagai kelompok melaksanakan interaksi secara eksklusif dan intensif secara terus-menerus.
  4. Setiap individu melaksanakan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dan kelompok lain, sehingga perbedaan-perbedaan yang ada akan hilang atau melebur menjadi satu.
Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut atau tahap penyempurnaan. Artinya, asimilasi terjadi sehabis melalui tahap kolaborasi dan akomodasi. Asimilasi sanggup terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut.
  1. Terdapat sejumlah kelompok yang mempunyai kebudayaan berbeda.
  2. Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dalam waktu yang relatif lama.
  3. Kebudayaan setiap kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.
Proses asimilasi sanggup diilustrasikan ibarat pada skema berikut. 
 Pernahkah Anda membayangkan kalau harus hidup tanpa ada orang lain Pintar Pelajaran Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif, Bentuk-bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-macam, Dinamika, Teori, Sosiologi
Gambar 3. Proses Asimilasi.
Selain persyaratan tersebut, proses asimilasi akan berjalan lancar apabila ditunjang oleh faktor-faktor berikut.
  1. Sikap toleransi
  2. Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
  3. Sikap menghormati dan menghargai orang ajaib dan kebudayaannya.
  4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
  5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.
  6. Perkawinan adonan antarkelompok yang berbeda budaya.
  7. Adanya musuh bersama dari luar.
Sebaliknya, ada pula faktor-faktor yang menjadi penghambat terjadinya asimilasi sebagai berikut.
  1. Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat, atau sikap menutup diri (isolasi). Contohnya kehidupan suku pedalaman Baduy.
  2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi. Contohnya, dengan menggunakan komputer sanggup memudahkan pekerjaan daripada dengan menggunakan mesin ketik. Akan tetapi, lantaran tidak bisa menggunakannya, pekerjaan akan menjadi lebih usang daripada mesin ketik.
  3. Adanya prasangka negatif atau adanya perasaan takut terhadap imbas kebudayaan gres yang dihadapi. Contohnya, kerja keras sanggup menjadikan sikap orang menjadi serakah. Padahal, kerja keras sangat diharapkan dalam mayarakat modern.
  4. Adanya perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompoknya sehingga kelompok tersebut memisahkan diri dan menjadikan jarak yang semakin jauh.
  5. Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, ibarat tinggi badan, warna kulit atau rambut. Contohnya, etnosentrime, rasialisme, dan apartheid.
  6. Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.
  7. Adanya gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contohnya, adanya gangguan terhadap golongan minoritas Jepang yang tinggal di Amerika sehabis penyerangan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour oleh tentara Jepang pada 1942.
d. Akulturasi

Akulturasi (acculturation) ialah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan gres tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli. Lamanya proses akulturasi sangat bergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya ajaib yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang relatif usang apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contohnya, Candi Borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik keroncong.

Apabila diilustrasikan, proses akulturasi ialah ibarat pada skema sebagai berikut.
 Pernahkah Anda membayangkan kalau harus hidup tanpa ada orang lain Pintar Pelajaran Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif, Bentuk-bentuk, Contoh, Pola, Faktor, Keteraturan, Proses, Macam-macam, Dinamika, Teori, Sosiologi
Gambar 4. Proses Akulturasi.

2.2. Proses Disosiatif


Dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat, untuk mencapai tujuan bersama, wujudnya sanggup berupa kolaborasi ataupun kontradiksi atau pertikaian. Kerja sama tidak serta merta selalu baik, tanpa adanya keteraturan sosial di masyarakat, kolaborasi pun akan mengalami penyimpangan-penyimpangan atau menjadi tidak sehat dan bukan mustahil sanggup menimbulkan permusuhan. Contohnya, kalau Anda bekerja sama dalam kiprah kelompok dari guru, kemudian sahabat yang Anda pilih selalu teman-teman berprestasi di kelas, tanpa memperhatikan sahabat atau kesempatan kelompok lainnya, bukan mustahil sahabat atau kelompok lainnya akan mencicipi ketidakadilan dan antipati atau memusuhi Anda atau kelompok Anda. Demikian pula dengan pertentangan, tidak selalu kontradiksi itu buruk, kalau terjadi dan selalu merujuk pada keteraturan sosial serta tanpa kekerasan dan ancaman, bukan mustahil sebuah kontradiksi akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Dari uraian tersebut, kiranya perlu untuk Anda ketahui juga mengenai bentuk-bentuk interaksi disosiatif. Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial, bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu, ada juga keuntungannya demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif sanggup dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai berikut.

a. Persaingan

Persaingan (competition) ialah suatu proses sosial ketika banyak sekali pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contohnya persaingan 12 besar para penyanyi dalam jadwal Akademi Fantasi Indonesia (AFI) yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta.

Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui bersama. Kecil kemungkinan persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau sportif. Misalnya, dalam sepakbola dikenal istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala cuek oleh banyak sekali pihak yang bersaing, tanpa ada rasa dendam, lantaran semenjak awal, tiap pihak telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Oleh lantaran itu, persaingan sangat baik bagi Anda untuk meningkatkan prestasi, contohnya untuk menjadi juara kelas.

Persaingan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
  1. Menyalurkan harapan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
  2. Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama yang menimbulkan konflik.
  3. Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan kiprah yang sesuai dengan kemampuannya.
b. Kontravensi

Kontravensi (contravention) ialah proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravensi ialah sikap menentang secara tersembunyi biar tidak hingga terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dan pendirian masyarakat, tumpuan jenis ini ialah perang dingin. Perang cuek merupakan kontravensi lantaran tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, tetapi secara psikologis. Melawan secara psikologis merupakan hal yang tersembunyi (tidak terbuka).

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi, yaitu sebagai berikut.
  1. Kontravensi umum, contohnya penolakan, perlawanan, protes, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
  2. Kontravensi sederhana, contohnya menyangkal pernyataan orang di depan umum, dan memaki melalui surat selebaran atau mencerca.
  3. Kontravensi intensif, contohnya penghasutan, penyebaran desasdesus, dan memfitnah.
  4. Kontravensi rahasia, contohnya pembocoran rahasia, khianat, dan subversi.
  5. Kontravensi taktis, contohnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
Akibat positif dari adanya kontravensi yang mengarah pada terjadinya keteraturan sosial, yaitu sebagai berikut.
  1. Dalam diskusi ilmiah, dan seminar-seminar ihwal permasalahan tertentu, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat kelemahan-kelemahan suatu pendapat sehingga sanggup ditemukan pendapat atau pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar suatu pemecahan duduk kasus yang diseminarkan tersebut.
  2. Menambah rasa mempunyai atau kesatuan yang kuat (solidaritas) dalam kelompok. Misalnya, dengan adanya kontradiksi antara suatu kelompok dan kelompok lainnya, persatuan kelompok akan lebih kuat dari setiap anggotanya, bahkan mereka merasa lebih erat dan siap berkorban demi kelompoknya untuk menghadapi bahaya yang tiba dari luar.
  3. Mendorong adanya perubahan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga mempunyai sesuatu yang lebih benar dan baik lagi.
c. Pertikaian

Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi lantaran semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan menimbulkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Pertikaian terperinci sekali mengarah pada disintegrasi antar individu ataupun kelompok.

d. Konflik

Pertentangan atau konflik (conflict) ialah suatu usaha individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai bahaya dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana ialah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud kontradiksi fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, yang di dalamnya pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang sulit didamaikan. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan. Konflik merupakan situasi masuk akal dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil, contohnya konflik dalam keluarga. Adapun konflik dalam cakupan besar, contohnya konflik antar golongan atau antar kampung.

Beberapa faktor yang menimbulkan terjadinya konflik ialah sebagai berikut.
  1. Perbedaan individu yang mencakup perbedaan pendirian dan perasaan.
  2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula.
  3. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, di antaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
  4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik mempunyai bentuk-bentuk khusus, di antaranya:
  1. konflik pribadi,
  2. konflik rasial,
  3. konflik antar kelas sosial,
  4. konflik politik dan konflik internasional.
Konflik kadang-kadang diharapkan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial. Adanya kontradiksi dalam suatu kelompok atau organisasi sosial merupakan hal biasa. Apabila dari kontradiksi tersebut sanggup dihasilkan kesepakatan, akan terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya. Konflik juga akan membawa akhir positif asalkan duduk kasus yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik. 

Contohnya, konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya gosip dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring gosip secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya forum sensor lantaran khawatir adanya gosip yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-masa menginginkan masyarakat yang semakin berkualitas.

C. Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial


Perubahan sosial merupakan momentum dari adanya era Renaissance (abad ke-16), Revolusi Prancis (abad ke-17), Revolusi Industri (abad-18).

Interaksi sosial akan menimbulkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok sangat bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu yang membentuk suatu kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merupakan suatu populasi yang membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks. Dalam organisasi sosial terdapat nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial, serta peraturan-peraturan untuk bertingkah laris dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.

Meskipun norma, nilai, pranata, dan peraturan dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat dengan tingkat peradaban berbeda, tidak menjamin setiap anggota masyarakat mengetahui sekaligus menyetujuinya. Kenyataan ini cenderung menimbulkan ketidakaturan atau konflik di tengah-tengah masyarakat. Hakikat insan sebagai individu dan makhluk sosial dalam banyak hal akan selaras dan seimbang apabila diatur dan diarahkan sebagaimana mestinya.

3.1. Perubahan Sosial


Setiap masyarakat akan mengalami perubahan dan dinamika sosial budaya, baik di desa maupun di kota. Perubahan dan dinamika itu merupakan akhir dari adanya interaksi antar insan dan antar kelompok yang menimbulkan perubahan dan dinamika sosial. Ini berarti perubahan sosial tidak bisa dielakkan. Apalagi di zaman yang terbuka ini, kemajuan teknologi yang amat pesat telah membawa banyak sekali macam pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar. Semua imbas itu begitu gampang hadir di tengah-tengah kehidupan seseorang. Lambat laun tanpa disadari orang telah mengadopsi nilai-nilai gres tersebut. Perubahan dan dinamika yang terjadi di masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di masyarakat, pola-pola sikap individu dan organisasi, susunan forum kemasyarakatan, lapisan-lapisan ataupun kelas-kelas dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial, dan masih banyak lagi. 

Dengan kata lain, perubahan sosial bisa mencakup perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat. William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik material maupun yang immaterial. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Mac Iver mengartikan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam kekerabatan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) kekerabatan sosial. 

Adapun GilIin & Gillin mengartikan perubahan sosial ialah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik lantaran perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun lantaran adanya difusi ataupun penemuan-penemuan gres dalam masyarakat

Dari banyak sekali definisi tersebut, disimpulkan bahwa perubahan sosial ialah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola sikap di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan-perubahan dan dinamika sosial tidak selalu berarti kemajuan, tetapi sanggup pula berarti kemunduran dalam bidang-bidang kehidupan tertentu. Meskipun demikian, perubahan sosial merupakan topik yang menarik. Alasannya, perubahan sosial menyangkut segala macam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap, dan pola sikap di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

3.2. Teori-Teori Perubahan dan Dinamika Sosial


Adanya perubahan sosial merupakan suatu hal yang masuk akal dan akan terus berlangsung sepanjang insan saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi lantaran adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat, baik yang bersifat materiil maupun immaterial, sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan per kembangan zaman yang dinamis. Misalnya, unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan.

Para sosiolog beropini ihwal perubahan sosial bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menimbulkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud, antara lain kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, ataupun biologis. Kondisi ini menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Beberapa teori yang menjelaskan sebab-sebab mengapa terjadi perubahan sosial antara lain sebagai berikut.

a. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)

Teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang besar lengan berkuasa pada teori ini ialah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim beropini bahwa perubahan lantaran evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berafiliasi dengan kerja. Adapun Tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai kekerabatan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang mempunyai kekerabatan yang terspesialisasi dan impersonal.

Tonnies tidak yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut selalu membawa kemajuan. Bahkan, ia melihat adanya fragmentasi sosial (perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi terasing, dan lemahnya ikatan sosial sebagai akhir eksklusif dari perubahan sosial budaya ke arah individualisasi dan pencarian kekuasaan. Gejala itu tampak terperinci pada masyarakat perkotaan.

Teori ini masih belum memuaskan banyak pihak lantaran tidak bisa menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat berubah. Teori ini hanya menjelaskan bagaimana proses perubahan terjadi.

b. Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut teori ini, konflik berasal dari kontradiksi kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan besar lengan berkuasa dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf beropini bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. la yakin bahwa konflik dan kontradiksi selalu ada dalam setiap belahan masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik yaitu konflik sosial dan perubahan sosial selalu menempel dalam struktur masyarakat.

c. Teori Fungsional (Functional Theory)

Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial hingga ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat. Konsep kejutan budaya berdasarkan William Ogburn berusaha menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka fungsionalis ini.

Menurutnya, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berafiliasi satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur lainnya tidak secepat itu sehingga “tertinggal di belakang.” Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan sosial dan budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menimbulkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat.

Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya nonmaterial ibarat kepercayaan, norma, dan nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh lantaran itu, ia beropini bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola sikap yang gres meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional. Contohnya, Ketika alat-alat kontrasepsi pertama kali diluncurkan untuk mengendalikan jumlah penduduk dalam jadwal keluarga berencana (KB), banyak pihak menentang jadwal itu lantaran bertentangan dengan nilai-nilai agama serta norma yang berlaku di masyarakat pada waktu itu. Namun, lambat laun masyarakat mulai mendapatkan dan menerapkan kehadiran teknologi gres tersebut lantaran bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

d. Teori Siklus (Cyclical Theory)

Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan sosial lantaran beranggapan bahwa perubahan sosial tidak sanggup dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang-orang andal sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak sanggup dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.

Oswald Spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap masyarakat berkembang melalui empat tahap perkembangan ibarat pertumbuhan manusia, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. la merasa bahwa masyarakat barat telah mencapai masa kejayaannya pada masa dewasa, yaitu selama zaman pencerahan (renaissance) era ke-18. Sejak dikala itu, tidak terelakkan lagi peradaban barat mulai mengalami kemunduran menuju ke masa tua. Tidak ada yang sanggup menghentikan proses ini, ibarat yang terjadi pada peradaban Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi yang terus mengalami kemunduran hingga balasannya runtuh.

Ralf Dahrendolf menyebutkan bahwa perubahan sosial tidak hanya tiba dari dalam, tetapi sanggup juga dari luar masyarakat. Perubahan dari dalam masyarakat tidak selalu disebabkan konflik sosial dan bahwa selain
konflik kelas terdapat pula konflik sosial yang berbentuk lain.

3.3. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Ada beberapa faktor yang menimbulkan perubahan sosial dalam dua golongan besar yaitu sebagai berikut.

a. Faktor Internal

1) Bertambahnya atau Berkurangnya Penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat sanggup menimbulkan perubahan dalam struktur masyarakat ibarat munculnya kelas sosial yang gres dan profesi yang baru.

2) Adanya Penemuan Baru

Pada setiap masyarakat selalu ada sejumlah individu yang sadar akan kekurangan kebudayaan masyarakatnya. Mereka terdorong untuk memperbaiki dan menyempurnakannya melalui inovasi baru.

3) Pertentangan (Konflik) Masyarakat

Pada masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-pertentangan mungkin saja terjadi antara individu dan kelompok-kelompok tertentu.

4) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Perubahan yang terjadi secara cepat dan fundamental yang dilakukan oleh individu atau kelompok akan besar lengan berkuasa besar pada struktur masyarakat.

5) Ideologi

Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan norma yang saling berafiliasi yang sanggup mengarahkan pada tujuan tertentu.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia

Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam fisik kadang-kadang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Misalnya,terjadinya peristiwa alam, ibarat banjir, longsor, atau gempa bumi.

2) Peperangan

Peperangan antara satu negara dan negara lain bisa menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan, baik pada forum kemasyarakatan maupun struktur masyarakatnya.

3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Di zaman yang semakin terbuka, tidak ada negara atau masyarakat yang menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan imbas timbal balik.

Rangkuman :

a. Interaksi sosial mempunyai dua syarat, yakni adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
b Faktor-faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah:
  1. Imitasi, yaitu menggandakan sikap dan tindakan orang lain.
  2. Sugesti, yaitu suatu proses yang menjadikan seorang individu mendapatkan suatu cara atau tingkah laris dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
  3. Identifikasi, yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
  4. Simpati, yaitu proses yang menjadikan seseorang merasa tertarik kepada orang lain.
c. Pola interaksi sosial, yaitu:
  1. individu dengan individu,
  2. individu dengan kelompok,
  3. kelompok dengan kelompok.
d. Interaksi sosial mempunyai dua bentuk yakni asosiatif dan disosiatif.

Anda kini sudah mengetahui Interaksi Sosial. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Waluya, B. 2009. Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 138.

No comments:

Post a Comment