Thursday, October 17, 2019

Pintar Pelajaran Teori Sikap Konsumen Berdasarkan Para Ahli, Engel, Keynes, Gossen, Teladan Soal, Ekonomi

Teori Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli, Engel, Keynes, Gossen, Contoh Soal, Ekonomi - Bila kita perhatikan di kehidupan kasatmata konsumen dalam membeli barang dan jasa, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor. Contohnya, bila harga barang dan jasa sedang naik, konsumen cenderung mengurangi pembelian. Dan bila harga barang dan jasa turun, konsumen cenderung menambah pembelian. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena untuk membeli barang dan jasa tersebut, konsumen sangat bergantung pada pendapatan yang dimiliki. Bila pendapatan tetap, kemudian terjadi kenaikan harga, umumnya konsumen akan mengurangi pembelian terutama pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak pokok. Sebaliknya bila harga turun, konsumen akan cenderung menambah pembeliannya.

Lalu, bagaimana sikap konsumen bila pendapatannya semakin bertambah? Apakah konsumen akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk berkonsumsi? Apakah tidak terpikirkan oleh konsumen untuk menabung? Dan bagaimana pula bila terjadi penurunan pendapatan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut teori-teori ekonomi yang membahas serba-serbi sikap konsumen.


A. Teori Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli


1. Teori Perilaku Konsumen Menurut Engel


Engel, seorang sarjana ekonomi Jerman menyatakan: “Semakin kecil pendapatan, semakin besar belahan pendapatan itu ditujukan untuk konsumsi. Dan sebaliknya, semakin besar pendapatan, semakin besar belahan pendapatan itu ditujukan untuk tabungan.” Oleh lantaran itu, tidak heran bila orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin menjadi semakin miskin. Karena orang kaya semakin besar tabungannya, sedangkan orang miskin tidak punya kesempatan menabung, bahkan mereka harus berutang untuk memenuhi konsumsinya.

Selain itu, berdasarkan pengalaman di sejumlah negara maju, jumlah tabungan orang kaya selalu bertambah tidak hanya dalam bentuk jumlah uang, tapi juga bertambah dalam bentuk persentase dari total pendapatan. Untuk lebih jelasnya, korelasi antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan akan dijelaskan dengan tabel berikut.

Tabel 1. Hubungan pendapatan, konsumsi, dan tabungan (dalam ribuan rupiah)

No.
Pendapatan
(Y)
Konsumsi
(C)
Tabungan
(S)
Bagian
Konsumsi
C/Y
Bagian
Tabungan
S/Y
1.
300
300
0
100%
0%
2.
350
350
0
100%
0%
3.
400
370
30
93%
7%
4.
450
400
50
89%
11%
5.
500
425
75
85%
15%
6.
550
455
95
83%
17%
7.
600
485
115
81%
19%
8.
1050
520
530
50%
50%
9.
1200
580
620
48%
52%
10.
1450
600
850
41%
59%
11.
2600
750
1850
29%
71%
12.
4850
1050
3800
22%
78%

Dari tabel di atas diketahui suatu keluarga dengan pendapatan Rp 300.000 akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 350.000, keluarga tersebut juga menghabiskannya untuk konsumsi. Saat pendapatan menjadi Rp 400.000 barulah keluarga tersebut bisa menabung sebesar Rp 30.000. Demikian seterusnya, semakin bertambah pendapatan, belahan pendapatan yang dipakai untuk konsumsi akan semakin berkurang. Adapun belahan pendapatan yang dipakai untuk tabungan menjadi semakin bertambah.

Dan bila kalian perhatikan secara teliti, tampak bahwa belahan pendapatan yang dipakai untuk tabungan tidak hanya bertambah dalam bentuk kuantitas atau jumlah (dari Rp 0,- hingga dengan Rp 3.800.000,-) tapi juga bertambah dalam bentuk persentase (dari 0% hingga dengan 78%).

2. Teori Perilaku Konsumen Menurut Keynes


Bila dikatakan dengan pendapatan, konsumsi ialah belahan pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Adapun tabungan ialah belahan pendapatan yang disimpan atau tidak dibelanjakan. Oleh lantaran itu, besar pendapatan sama dengan besar konsumsi ditambah besar tabungan.

Bisa ditulis Y = C + S

Keterangan :

Y = pendapatan
C = konsumsi
S = tabungan

Keynes spesialis ekonomi, mengemukakan bahwa “Setiap pertambahan pendapatan akan menjadikan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan”.

Bisa ditulis :

Y = C + S

Keterangan :

Y = pertambahan pendapatan
C = pertambahan konsumsi
S = pertambahan tabungan

Untuk memahami rumus tersebut, perhatikan teladan berikut.

Contoh Soal 1 :

Andini mempunyai pendapatan Rp1.000.000,- Dibelanjakan untuk konsumsi Rp700.000,- Berapakah tabungan Andini?

Pembahasan :

Tabungan Andini = S
=> Y = C + S
Rp 1.000.000,- = Rp 700.000,- + S
S = Rp 1.000.000,- – Rp 700.000,-
S = Rp 300.000,-

Jadi, tabungan Andini ialah Rp300.000,-

Contoh Soal 2 :

Ketika pendapatan Dani Rp 600.000,-, jumlah konsumsinya Rp 400.000,- dan tabungannya Rp 200.000,-. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 1.000.000,-, jumlah konsumsinya Rp 700.000,- dan tabungan Rp 300.000,-.

a. Berapakah pertambahan pendapatan (Y)?
b. Berapakah pertambahan konsumsi (C)?
c. Berapakah pertambahan tabungan ( S)?

d. Buktikanlah bahwa DY = DC + DS

Pembahasan :

a. Y = Rp 1.000.000,- – Rp 600.000,- = Rp 400.000,-
b. C = Rp 700.000,- – Rp 400.000,- = Rp 300.000,-
c. S = Rp 300.000,- – Rp 200.000,- = Rp 100.000,-
d. Y = C + DS 
 Rp400.000,- = Rp300.000,- + Rp100.000,-
Jadi, terbukti bahwa DY = DC + DS

3. Teori Perilaku Konsumen Menurut Gossen


Umumnya konsumen akan berusaha memenuhi atau memuaskan semua kebutuhannya sebaik mungkin, baik secara vertikal maupun horizontal. Pemuasan kebutuhan secara vertikal ialah pemuasan kebutuhan terhadap satu jenis barang, sedangkan pemuasan horizontal ialah pemuasan kebutuhan pada banyak sekali jenis barang.

Sikap insan dalam mengonsumsi barang diterangkan oleh Herman Heinrich Gossen, spesialis ekonomi Jerman dengan hukumnya sebagai berikut.

Jumlah gelas yang diminum
Guna Total (Total utility)
Guna Marginal (Marginal utility)
0
0
0
1
30
30
2
50
20
3
65
15
4
65
0
5
55
–10
6
55
–20

Hukum Gossen I yang disebut Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun: “Bila jumlah barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi nol, bahkan di bawah nol.”

Hukum tersebut bisa dijelaskan dengan tabel dan keterangan berikut.

Keterangan:

a. Guna total (total utility) ialah seluruh guna yang diperoleh ketika mengonsumsi sejumlah barang
b. Guna marginal (marginal utility) ialah aksesori guna yang disebabkan adanya aksesori barang yang dikonsumsi.
c. Utility di sini diartikan sebagai guna.

Berdasar tabel di atas, diceritakan seseorang sedang menikmati es jus pada siang yang panas. Saat minum jus gelas pertama orang tersebut mencicipi guna yang amat besar. Karena merasa nikmat, beliau minum jus gelas kedua, ketiga, dan seterusnya.

a. Minum jus gelas pertama memperlihatkan guna total 30 dan guna marginal 30 (30-0).
b. Minum jus gelas kedua memperlihatkan guna total 50 dan guna marginal 20 (50-30).
c. Minum jus gelas ketiga memperlihatkan guna total 65 dan guna marginal 15 (65-50).
d. Minum jus gelas keempat memperlihatkan guna total 65 dan guna marginal 0 (65–65).
e. Minum jus gelas kelima memperlihatkan guna total 55 dan guna marginal – 10 (55–65).
f. Minum jus gelas keenam memperlihatkan guna total 35 dan guna marginal –20 (35–55).

Jadi, memang betul bila kebutuhan pada barang dipuaskan secara terus-menerus, awalnya akan memperlihatkan guna total yang semakin bertambah (mulai 30, naik menjadi 50, naik lagi menjadi 65), tetapi guna marginal yang didapat akan semakin menurun (dari 30 turun menjadi 20, turun lagi menjadi 15).

Kemudian mulai titik tertentu, guna total yang didapat juga mulai berkurang (yaitu mulai titik 65) sehingga guna marginal yang diperoleh juga semakin berkurang (menjadi 0, kemudian turun lagi menjadi –10, dan seterusnya). Apabila tabel itu dilukiskan dalam bentuk kurva, akan tampak sebagai berikut:
Bila kita perhatikan di kehidupan kasatmata konsumen dalam membeli barang dan jasa Pintar Pelajaran Teori Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli, Engel, Keynes, Gossen, Contoh Soal, Ekonomi
Gambar 1. Kurva guna total dan guna marginal.
Dari kurva guna total terlihat bahwa guna total akan naik terus hingga pada titik tertentu, kemudian menurun. Dari kurva guna marginal tampak bahwa guna marginal semakin usang menurun hingga titik nol dan bahkan di bawah nol.

Hukum Gossen I disebut pula Hukum Guna Vertikal lantaran hanya membahas pemuasan terhadap satu barang saja. Setelah membahas aturan Gossen I, berikut kita bahas Hukum Gossen II yang berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi majemuk kebutuhannya hingga pada tingkat intensitas yang sama.”

Contohnya: bila kita mempunyai sejumlah uang, kita cenderung memakai uang tersebut untuk membeli majemuk barang dan jasa, sehingga semua kebutuhan kita sanggup terpenuhi secara seimbang. Hukum Gossen II disebut pula Hukum Guna Horizontal lantaran membahas pemuasan terhadap majemuk barang.

B. Menerapkan Pola Hidup Efisien dalam Berkonsumsi


Pernahkah kalian perhatikan bagaimana cara orang renta kalian membelanjakan pendapatannya? Cukupkah pendapatan mereka untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga? Apakah setiap bulan mereka sanggup menabung? Atau sebaliknya, mereka sering berutang lantaran pendapatan kurang?

Sebenarnya berapa pun besar pendapatan, kita harus membelanjakannya seefisien/sehemat mungkin. Jangan hingga terjadi “besar pasak daripada tiang” (lebih besar pengeluaran dibanding pendapatan). Lalu, bagaimana caranya semoga kita bisa menerapkan pola hidup efisien dalam berkonsumsi? Yaitu dengan cara menciptakan anggaran rumah tangga setiap bulan.

Untuk menciptakan anggaran rumah tangga, kita bisa mengikuti langkahlangkah berikut.
  1. Hitunglah semua pendapatan yang bisa kita peroleh dalam satu bulan.
  2. Hitunglah semua pengeluaran yang harus didanai dalam bulan tersebut. Jangan lupa urutkan pengeluaran berdasarkan skala prioritas (dari yang paling penting ke pengeluaran yang tidak penting).
  3. Bila sesudah dihitung ternyata total pengeluaran lebih besar dari total pendapatan maka kita harus memperbaiki daftar pengeluaran dengan cara mengurangi atau bahkan menunda beberapa pengeluaran yang kurang penting.
  4. Usahakan ada belahan pendapatan untuk ditabung. Kita sangat perlu untuk menabung dengan banyak sekali alasan, menyerupai mengantisipasi kebutuhan yang mendadak, cadangan pendidikan, cadangan hari tua, dan lain-lain.
  5. Bila anggaran rumah tangga yang kita susun sudah bagus, patuhilah anggaran tersebut dan jangan sekali-kali berbelanja yang tidak sesuai dengan rencana anggaran.
Oleh lantaran itu, buatlah daftar belanjaan sebelum ke pasar/berbelanja.

Berikut ini disajikan salah satu teladan anggaran rumah tangga dari satu keluarga.

Tabel 3. Contoh Anggaran rumah tangga bulan Mei 2003

No.
Pendapatan
Jumlah
Pengeluaran
Jumlah
1.
Gaji tetap
Rp 950.000,-
1. Dapur/ pangan
Rp 50.000,-
2.
Menyewakan toko
Rp 250.000,-
2. Keperluan sekolah 3 anak
Rp 75.000,-
3.
Lain-lain
Rp 100.000,-
3. Transpor
Rp 100.000,-



4. Asuransi
Rp 50.000,-



5. Kesehatan
Rp 75.000,-



6. Rekreasi
Rp 100.000,-



7. Tabungan
Rp 50.000,-

Total
Rp 1.300.000,-
Total
Rp 1.300.000,-

Referensi :

Sa’dyah, C. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 434.

No comments:

Post a Comment