Para ilmuwan di Imperial College London telah menemukan fakta bahwa kekurangan zat besi sanggup meningkatkan risiko stroke alasannya menciptakan darah lebih lengket. Temuan yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE ini diharapkan sanggup membantu pencegahan stroke.
Setiap tahun, 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Hampir enam juta mati dan lima juta lainnya mengalami lumpuh secara permanen. Jenis stroke iskemik merupakan yang paling umum terjadi. Stroke iskemik terjadi alasannya suplai darah ke otak terganggu oleh gumpalan kecil.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa studi telah menyampaikan bahwa kekurangan zat besi yang mempengaruhi sekitar dua miliar orang di seluruh dunia, sanggup menjadi faktor risiko stroke iskemik pada orang remaja dan anak-anak. Pengaruh kekurangan zat besi sehingga sanggup meningkatkan risiko stroke telah menjadi teka-teki bagi para peneliti.
Sel darah (ilustrasi). Credit: © abhijith3747 / Fotolia. |
Tim Imperial menemukan fakta bahwa kekurangan zat besi sanggup meningkatkan kekakuan/kelengketan sel darah kecil, atau yang biasa disebut platelet. Patelet memulai proses pembekuan darah pada ketika patelet saling terikat. Meskipun korelasi antara kekurangan zat besi dan platelet yang lengket ini pertama kali ditemukan hampir 40 tahun yang lalu, namun kiprahnya telah diabaikan hingga ketika ini.
Para peneliti mempelajari sekelompok pasien dengan penyakit langka yang disebut hereditary haemorrhagic telangiectasia (HHT). Penyakit ini sering mengakibatkan pembesaran pembuluh darah di paru-paru, seakan-akan dengan varises. Biasanya, pembuluh darah paru-paru bertindak sebagai filter untuk menghilangkan gumpalan kecil sebelum darah masuk ke arteri. Pada pasien dengan pembuluh paru-paru yang abnormal, gumpalan kecil bisa melewati filter, sehingga gumpalan tersebut sanggup hingga ke otak.
Para pasien dalam penelitian ini yang menderita kekurangan zat besi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami stroke. Selain itu, para peneliti mengamati trombosit di laboratorium dan menemukan bahwa ketika trombosit tersebut diberi perlakuan dengan zat yang memicu pembekuan, ternyata trombosit dari orang-orang dengan kadar zat besi yang rendah, mengelompok bahu-membahu lebih cepat.
Dr. Claire Shovlin, dari National Heart dan Lung Institute di Imperial College London, mengatakan: "Platelet dalam darah mengalami peningkatan penempelan secara bersamaan kalau Anda kekurangan zat besi. Kami menduga kalau hal ini mungkin sanggup menjelaskan mengapa kekurangan zat besi sanggup mengakibatkan stroke, meskipun banyak penelitian lebih lanjut akan diharapkan untuk mengambarkan korelasi ini.
"Langkah berikutnya yaitu untuk menguji apakah kita sanggup mengurangi terjadinya stroke pada pasien dengan mengobati kekurangan zat besi yang mereka alami. Dengan pengujian ini, kita akan sanggup melihat apakah trombosit (platelet) mereka menjadi berkurang kelengketannya. Ada banyak faktor-faktor lain penyebab stroke, dari penyumbatan pembuluh darah hingga bermetamorfosis stroke, sehingga masih belum terang tugas penting kelengketan trombosit (platelet) pada proses keseluruhan. Kami niscaya akan mendorong lebih banyak studi untuk memeriksa korelasi ini. "
Para peneliti mempelajari data pada 497 pasien dengan pembuluh darah asing pada paru-paru, yang dikenal sebagai pulmonary arteriovenous malformations, yang dirawat di klinik seorang andal HHT di Hammersmith Hospital. Studi ini menemukan bahwa bahkan kadar zat besi pada pasien-pasien tersebut cukup rendah, sekitar 6 mikromol per liter. Kadar ini diperkirakan sanggup meningkatkan risiko menderita stroke menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan kadar pada kisaran normal sebesar 7-27 mikromol per liter.
Selain kelompok pasien ini, banyak orang lainnya mempunyai kondisi yang sanggup memungkinkan gumpalan darah untuk melewati filter di paru-paru. Satu dari empat orang mempunyai lubang di jantung disebut foramen ovale paten. Lubang-lubang di jantung juga memungkinkan darah untuk melewati filter paru-paru dari waktu ke waktu, meskipun tidak sesering pada pasien yang menderita kelainan paru-paru.
Referensi Jurnal :
Claire L. Shovlin, Basel Chamali, Vatshalan Santhirapala, John A. Livesey, Gillian Angus, Richard Manning, Michael A. Laffan, John Meek, Hannah C. Tighe, James E. Jackson. Ischaemic Strokes in Patients with Pulmonary Arteriovenous Malformations and Hereditary Hemorrhagic Telangiectasia: Associations with Iron Deficiency and Platelets. PLoS ONE, 2014; 9 (2): e88812 DOI: 10.1371/journal.pone.0088812.
Artikel ini merupakan materi yang disediakan oleh Imperial College London via Science Daily (19 Februari 2014). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment