Sistem Kurs Tetap, Mengambang Bebas, dan Terkendali - Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa salah satu faktor yang sanggup mensugesti perubahan kurs yakni sistem kurs yang dianut negara yang bersangkutan. Ada tiga macam sistem kurs yang sanggup dipilih untuk dianut suatu negara, yaitu sistem kurs tetap, sistem kurs mengambang bebas dan sistem kurs mengambang terkendali. Berikut ini kita akan membahas satu per satu sistem-sistem tersebut. Untuk mempermudah pemahaman maka kurs yang digunakan untuk menjelaskan grafik diasumsikan sebagai kurs tengah, yakni nilai tengah atau rata-rata dari kurs jual dan kurs beli.
a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Pada sistem ini, kurs ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya, pemerintah memutuskan bahwa US $ 1 = Rp 8.000,- dan 1 yen = Rp 5.000,-. Akan tetapi, pada kenyataannya walaupun kurs sudah ditetapkan pemerintah, kurs masih mengalami perubahan. Perubahan kurs tersebut terjadi alasannya yakni adanya perubahan kekuatan undangan dan penawaran. Kadang terjadi kelebihan undangan dan kadang terjadi kelebihan penawaran. Agar kurs berada di tingkat yang sudah ditetapkan, pemerintah harus meredam pengaruh dari kelebihan undangan atau penawaran tersebut.
Jika terjadi kelebihan permintaan, pemerintah akan menjual persediaan mata uang untuk memenuhi kelebihan undangan tersebut. Dan, jika terjadi kelebihan penawaran, pemerintah akan membeli kelebihan penawaran tersebut. Perhatikan grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Sistem Kurs Tetap. |
Pada awalnya, pemerintah memutuskan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika yakni US $ 1 = Rp 8.000,-. Karena impor barang dari Amerika meningkat maka undangan terhadap dolar Amerika juga meningkat, dari Q0 menjadi Q1 yang kesudahannya menciptakan kurva undangan bergeser dari D0 ke D1. Apabila pemerintah tidak campur tangan maka akan terbentuk tingkat kurs yang gres sebesar E1. Oleh karena itu, biar tingkat kurs tetap pada US $ 1 = Rp 8.000,- maka pemerintah (melalui Bank Sentral) akan menjual cadangan dolar Amerika sehingga kurva penawaran dolar Amerika akan bergeser ke kanan dari E1. dan terbentuklah tingkat kurs yang besarnya sama dengan tingkat semula yakni US $ 1 = Rp 8.000,-.
b. Sistem Kurs Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate System)
Pada sistem ini, kurs bebas bergerak naik turun tanpa adanya campur tangan pemerintah. Kurs bergerak naik turun sesuai dengan kekuatan tarik menarik antara undangan dan penawaran. Sistem kurs bebas disebut juga dengan istilah “Sistem Kurs Mengambang”. Selanjutnya, perhatikan grafik berikut.
Gambar 2. Grafik Sistem Kurs Mengambang Bebas. |
Pada awalnya, tingkat kurs yang terjadi yakni di titik E0 sebagai titik keseimbangan. Bila impor terhadap barang-barang Amerika meningkat, maka undangan terhadap dolar Amerika untuk membayar impor juga meningkat, sehingga kurva undangan dari D0 akan bergeser ke D1. Hal itu mengakibatkan kurs keseimbangan bergeser ke E1. Pada titik E1, nilai tukar rupiah yakni Rp 7.000,- per dolar AS atau US $ 1 = Rp 7.000,-. Maka, dikatakan bahwa nilai dolar Amerika telah mengalami peningkatan (apresiasi) terhadap rupiah, alasannya yakni sebelumnya 1 dolar Amerika hanya senilai Rp 6.000,- (titik E0).
Sebaliknya, jika impor terhadap barang-barang Amerika menurun maka undangan terhadap dolar Amerika juga menurun yang pada kesudahannya akan menggeser kurva undangan dari D0 menjadi D2. Akibatnya, tingkat kurs keseimbangan bergeser ke titik E2 yaitu US $ 1 = Rp 5.000,-. Ini berarti nilai dolar Amerika mengalami penurunan (depresiasi) terhadap rupiah. Yang perlu diingat dalam sistem kurs bebas yakni bahwa berapa pun harga keseimbangan (baik pada E0, E1, atau E2), maka jumlah devisa yang diperjualbelikan merupakan jumlah keseimbangan, yakni jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan.
- Kebaikan dari sistem mengambang kurs bebas adalah:
- Pemerintah tidak perlu menyediakan cadangan devisa untuk mengendalikan kurs.
- Tidak ada pasar gelap yang memanfaatkan perbedaan tingkat kurs.
- Tidak ada defisit atau surplus neraca pembayaran alasannya yakni prosedur pasar akan segera menyeimbangkan defisit dan surplus menjadi neraca pembayaran yang seimbang.
Adapun keburukan dari sistem kurs bebas yakni kurs gampang sekali berubah-ubah, sehingga menimbulkan ketidakpastian transaksi ekspor, impor dan transaksi-transaksi lain yang berkaitan dengan mata uang asing.
c. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System)
Pada sistem ini, tinggi rendahnya kurs ditentukan oleh prosedur pasar. Yakni, ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara undangan dan penawaran. Akan tetapi, dalam sistem ini pemerintah masih sanggup mengendalikan tingkat kurs jika kurs bergerak naik atau turun melampaui batas yang telah ditetapkan. Contohnya, ditetapkan bahwa kurs boleh naik atau turun dengan batas 1% di atas atau 1% di bawah kurs yang telah ditentukan. Apabila ternyata kurs naik melebihi 1% maka pemerintah akan menjual cadangan devisa. Dan, jika ternyata kurs turun melampaui 1%, pemerintah akan membeli kelebihan devisa. Semua itu dilakukan pemerintah dengan tujuan biar kurs kembali ke tingkat yang telah ditentukan. Agar jelas, perhatikan grafik berikut!
Gambar 3. Sistem Kurs Mengambang terkendali. |
Pada awalnya, tingkat kurs ditentukan sebesar US $ 1 = Rp 8.000,-. Kurs diperbolehkan naik atau turun dengan batas 1% di atas atau 1% di bawah tingkat tersebut. Itu berarti, kurs boleh naik hingga US $ 1 = Rp 8.080,- {Rp 8.000,- + (1% x Rp 8.000,-)}, dan kurs boleh turun hingga US $ 1 = Rp 7.920,- {Rp 8.000,- – (1% x Rp 8.000)}. Apabila undangan terhadap barang impor Amerika sangat tinggi yang berakibat undangan terhadap dolar Amerika mengalami peningkatan, dan kurs berkembang menjadi US $ 1 = Rp 8.100,- maka pemerintah akan menjual cadangan dolar Amerika yang dimiliki untuk memenuhi kelebihan undangan tersebut, sehingga kurs kembali pada rentang antara Rp 7.920,- hingga dengan Rp 8.080,- per dolar Amerika.
Sebaliknya, jika kurs turun menjadi US $ 1 = Rp 7.900,- akan terjadi kelebihan penawaran terhadap dolar Amerika. Dan, pemerintah akan membeli kelebihan penawaran tersebut biar kurs tetap berada pada rentang Rp 7.920,- hingga dengan Rp 8.080,- per dolar Amerika.
Campur tangan pemerintah dalam mengendalikan kurs sanggup dilakukan secara eksklusif dan tidak langsung. Contoh campur tangan pemerintah secara eksklusif yakni dengan membeli atau menjual valuta asing. Campur tangan secara eksklusif disebut dirty floating. Adapun pola campur tangan pemerintah secara tidak eksklusif yakni dengan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga. Campur tangan secara tidak eksklusif disebut clean floating.
d. Info : Apa perbedaan pokok sistem kurs tetap dengan sistem kurs mengambang terkendali?
Jika dibaca secara mendalam dan seksama, bukankah sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang terkendali hampir sama? Bukankah sesungguhnya keduanya sama-sama memerlukan campur tangan pemerintah untuk mengendalikan kurs ke tingkat yang telah ditentukan?
Lalu, apa bahu-membahu perbedaan pokok dari kedua sistem tersebut? Pada sistem kurs tetap, pemerintah harus mengendalikan ke tingkat yang sudah ditetapkan, yang menunjuk hanya pada satu nilai tertentu, misal US $ 1 = Rp 5.000,-. Nilai ini harus dipertahankan terus menerus oleh pemerintah. Sedangkan pada sistem kurs mengambang terkendali, pemerintah masih memberi kelonggaran pada kurs untuk bergerak naik turun dengan batas-batas tertentu (misalnya 1%) dari nilai yang sudah ditentukan. Apabila batas itu dilampaui, gres pemerintah ikut campur mengendalikannya.
Anda kini sudah mengetahui Sistem Kurs Tetap, Sistem Kurs Mengambang Bebas, dan Sistem Kurs Mengambang Terkendali. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Sa’diyah, C. dan D. A. Purnomo. 2009. Ekonomi 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 351.
No comments:
Post a Comment