Tuesday, November 19, 2019

Pintar Pelajaran Jumlah Materi Kimia Penyebab Gangguan Otak Pada Belum Dewasa Semakin Bertambah

Bahan kimia beracun sanggup memicu kenaikan gangguan pada bawah umur berupa perkembangan saraf tidak tepat pada anak-anak, menyerupai autisme, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder yakni gangguan perkembangan dalam peningkatan acara motorik bawah umur sampai menimbulkan acara bawah umur yang tidak lazim dan cenderung berlebihan) dan dialeksia. Hal ini didasarkan pada penelitian gres yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard School of Public Health (HSPH) dan Icahn School of Medicine at Mount Sinai. Para peneliti menyampaikan bahwa taktik pencegahan gres untuk mengontrol penggunaan zat-zat ini secara global sangat dibutuhkan.
 Bahan kimia beracun sanggup memicu kenaikan gangguan pada anak Pintar Pelajaran Jumlah Bahan Kimia Penyebab Gangguan Otak pada Anak-anak Semakin Bertambah
Bahan kimia beracun sanggup memicu kenaikan gangguan pada bawah umur berupa perkembangan saraf tidak tepat pada anak-anak. (Credit: © Roman Gorielov / Fotolia)
Penelitian ini telah dipublikasikan secara online pada 15 Februari 2014 di jurnal Lancet Neurology.

"Perhatian terbesar studi ini yakni adanya sejumlah besar bawah umur yang mengalami gangguan perkembangan otak akhir terkena dampak dari kerusakan akhir materi beracun, dimana kerusakan ini tidak terdeteksi oleh diagnosis secara umum. Mereka menderita penurunan rentang perhatian, delayed development (ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak kalau dibandingkan dengan anak normal seusianya), dan kinerja sekolah yang buruk. “Bahan kimia industri yang kini beredar kemungkinan diduga merupakan penyebab hal tersebut." kata Philippe Grandjean, profesor kesehatan lingkungan di HSPH.

Laporan ini menindaklanjuti review serupa yang dilakukan oleh penulis pada tahun 2006 yang mengidentifikasi lima materi kimia industri sebagai "developmental neurotoxicants," atau materi kimia yang sanggup menimbulkan defisit (pengurangan volume) otak. Studi gres menunjukkan temuan terkini ihwal materi kimia dan menambahkan gosip pada enam orang yang gres dikenal, termasuk mangan, fluorida, klorpirifos dan DDT (pestisida), tetrachlorethylene (pelarut), dan polybrominated diphenyl ethers (flame retardants / penahan panas yaitu materi kimia tahan api yang banyak dipakai sebagai materi pembuat komputer, layar televisi, serta busa yang dipakai untuk sofa).

Penelitian ini menguraikan kemungkinan kaitan antara neurotoksikan gres dan efek negatifnya bagi kesehatan pada anak-anak, termasuk:
  1. Mangan dikaitkan dengan fungsi intelektual yang berkurang dan gangguan keterampilan motorik.
  2. Pelarut terkait dengan hiperaktif dan sikap agresif.
  3. Beberapa jenis pestisida sanggup menimbulkan keterlambatan kognitif.
Grandjean dan rekan penelitinya, Philip Landrigan, Dekan di Global Health at Mount Sinai, juga meramalkan bahwa akan ada lebih banyak lagi materi kimia dibandingkan selusin atau lebih yang telah dikenal dan diidentifikasi sebagai neurotoksikan yang berkontribusi pada " silent pandemic (pandemi tidak terdeksi oleh diagnosis secara umum)" terhadap defisit neurobehavioral yang mengikis kecerdasan, mengganggu sikap dan hubungan sosial. 

Pengendalian pandemi ini sulit alasannya minimnya data untuk memandu pencegahan dan masih diharapkan sejumlah besar bukti untuk menciptakan peraturan pemerintah. "Saat ini, sangat sedikit materi kimia telah diatur penggunaannya sehingga hal ini menimbulkan developmental neurotoxicity atau neurotoksisitas terhadap perkembangan pada anak-anak," tulis mereka.

Para penulis menyampaikan bahwa regulasi sangat penting untuk mengontrol penggunaan materi kimia tersebut dengan tujuan melindungi perkembangan otak bawah umur di seluruh dunia. Mereka mengusulkan tes wajib dari materi kimia industri dan pembentukan Badan Internasional gres untuk mengevaluasi materi kimia industri yang berpotensi menimbulkan developmental neurotoxicity.

"Masalah ini merupakan duduk perkara internasional, dan solusinya harus dicari secara internasional," kata Grandjean. "Kami mempunyai metode khusus untuk menguji materi kimia industri yang menunjukkan efek merugikan pada perkembangan otak anak-anak. Sekarang yakni waktu yang tepat untuk menciptakan tes ini menjadi bersifat wajib."

Referensi Jurnal :

Philippe Grandjean, Philip Landrigan. Neurobehavioural effects of developmental toxicity. Lancet Neurology, February 2014 DOI: 10.1016/S1474-4422(13)70278-3.

Artikel ini merupakan materi yang disediakan oleh Harvard School of Public Health via Science Daily (14 Februari 2014). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment