Perbedaan Dan Persamaan Puisi Lama Dan Puisi Baru - Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra tertua. Apa yang menjadi daya tariknya? Puisi berisi perasaan sang penulis dengan bahasa yang sarat makna dan berirama. Untaian kata yang anggun dan makna yang dalam dari setiap penggunaan kata itulah yang menciptakan puisi tak hilang ditelan zaman.
Melirik sejarah perkembangan puisi dunia, secara garis besar puisi sanggup dibagi dua, yaitu puisi usang dan puisi baru. Puisi usang ialah puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan yang ketat. Ciri-ciri puisi usang ialah kesamaan aturannya yang mengikat tiap puisi. Berdasarkan bentuknya, jenis puisi usang sanggup dibedakan menjadi mantra, pantun, gurindam, karmina, syair, seloka, dan talibun. Puisi usang banyak dipakai sebagai kebanggaan atas Tuhan sebagai rasa syukur atau sarana pemberi hikmah di dalam suatu masyarakat.
Persamaan Dan Perbedaan Puisi Lama Dan Puisi Baru - Puisi baru, menurut zamannya, muncul sesudah zaman puisi lama. Dibandingkan dengan puisi lama, puisi gres lebih bebas dan lincah. Tak menyerupai puisi usang yang penggunaannya lebih ditujukan untuk kepentingan agama, budaya, dan masyarakat, puisi gres lebih mementingkan isi atau makna. Puisi dianggap sebagai salah satu seni sastra yang sanggup dipakai untuk menuangkan perasaan seseorang ke dalam bahasa yang indah. Karena itu, jenis puisi gres dibagi menurut isinya, yaitu balada, himne, ode, epigram, romance, elegi, dan satire.
Berikut ialah perbedaan dan persamaan puisi usang dan puisi baru:
1. Perbedaan Puisi Lama Dan Puisi Baru
1.1. Puisi usang lebih akrab asalnya dengan sastra Arab dan hindu, sedangkan puisi gres muncul akhir tersebarnya budaya Eropa.
Berdasarkan asal muasal penyebarannya, puisi usang mulai disebarkan dan tumbuh di belahan bumi timur tengah di mana penduduknya sudah membentuk peradaban. Karena penduduk yang menyukai untaian kata-kata indah untuk memberikan puji-pujian atau sekadar pesan, karya seni inipun menjadi kepingan tak terpisahkan dari sastra Arab. Pada dikala itu, perdagangan yang terjadi bukan hanya sebagai pertukaran barang, tetapi juga pertukaran budaya. Begitulah cara puisi usang tumbuh pula dalam sastra hindu yang kebanyakan lebih dipakai untuk memuji dewa-dewi mereka.
Seiring berjalannya waktu, negara-negara Eropa mulai berkembang. Tak hanya dalam perdagangan dan politik negara, Eropa juga bertahap menumbuhkan budaya, pendidikan, dan kesenian. Dengan sentuhan dari budaya Arab, Eropa mengadaptasi puisi dengan gayanya sendiri.
Contoh :
Puisi Arab (terjemahan):
Barangsiapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barangsiapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, beliau akan dicerca.
Puisi gres (terjemahan):
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang, kenangan padamu
Adalah derita di sisiku
Bayangan yang bikin tinjauan beku
1.2. Puisi usang tumbuh di dalam masyarakat untuk menyebarkan nasihat, sedangkan puisi gres tumbuh untuk mengekspresikan isi hati sang pengarang.
Puisi usang lebih banyak dibuat oleh pengarang dengan tujuan memberi hikmah atau pesan secara pribadi kepada masyarakat sekitar. Dibandingkan dengan puisi baru, puisi usang mempunyai caranya sendiri dalam pengolahan kata sehingga terbentuk rima yang sempurna tanpa mengurangi pesan yang ingin disampaikan. Berbeda dengan puisi gres yang tujuannya tak lebih dari memberikan perasaan pengarang ke dalam bahasa yang indah.
Contoh perbandingan puisi agama, syair dan balada.
Syair (puisi lama):
Cintailah beliau sewajarnya saja
Agar hatimu tak lalai dari-Nya
Cukup kataka bahwa kamu setia
Buktikan dirimu dengan bertakwa
Balada (puisi baru):
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati dosa manusia
Dari pola tersebut, irama dan rima puisi usang dan puisi gres terang terlihat. Begitu pula makna yang didapat dari kedua puisi. Syair di atas menunjukkan bahwa puisi usang lebih banyak memberi hikmah dan dibuat dengan bumbu agama dari Arab, sedangkan balada lebih menceritakan perasaan pengarang akan keagungan tuhannya.
1.3. Puisi usang tidak pernah mencantumkan nama pengarang, sedangkan puisi gres selalu mencantumkan nama pengarang.
Puisi usang tidak mencantumkan nama pengarang sebab fungsi dari puisi itu sendiri pada awalnya ialah untuk memberi hikmah dan pelajaran ke dalam masyarakat. Ketika puisi gres muncul, tujuannya berubah sehingga pengarang mencantumkan namanya di dalam puisinya sehingga tidak disalin oleh orang lain serta membuatnya terkenal.
Contoh puisi usang (anonim):
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
Puisi gres (Chairil Anwar):
Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak, dan berbahagia
Sedang saya mengembara serupa Ahasveros
2.4. Puisi usang disebarkan dari lisan ke mulut, sedangkan puisi gres disebarkan dalam bentuk goresan pena atau buku.
Mengapa puisi usang tersebar dari lisan ke mulut, diceritakan dari satu orang ke orang lain? Puisi usang tumbuh semenjak zaman sebelum masehi di mana belum ada benda yang dipakai untuk menulis. Terlebih lagi, puisi usang tidak ditujukan untuk dicetak dan dinikmati orang banyak, tidak menyerupai puisi gres yang tujuannya sebagai karya seni yang dinikmati pembaca.
Contoh puisi usang (pantun):
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Contoh puisi gres sanggup dibuktikan dengan kumpulan puisi seorang pengarang yang dijadikan sebuah buku menyerupai buku Aku oleh Chairil Anwar atau Sayap-Sayap Patah oleh Kahlil Gibran.
Puisi usang mempunyai hukum yang ketat mengenai rima, jumlah baris dan bait terkait, dan tata bahasa yang harus digunakan, sedangkan puisi gres lebih dinamis dan bebas tanpa terikat aturan.
Contoh Puisi usang (syair):
Hai sekalian kita yang berdagang
Nafsumu itu lawan berperang
Jangan hendak lebih oke kurang
Janganlah sama dengan orang
Contoh puisi gres (ode):
Generasi sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke daerah berjuang
Generasi kini di panjang masa
Dari kedua pola di atas, sanggup dilihat bahwa syair mempunyai sajak yang berima indah, menunjukkan cirri puisi usang yang selalu bersajak sama serta biasanya berpola empat baris per bait. Sangat kontras berbeda jikalau dibandingkan dengan puisi gres yang tidak berima. Bahasa yang indah dan kata-kata yang mengandung kiasanlah yang masih membuatnya dikategorikan sebagai puisi.
2. Persamaan Puisi Lama Dan Puisi Baru
2.1. Puisi usang dan puisi gres merupakan sarana pengarang untuk mengungkapkan perasaan.
Puisi secara umum menjadi sebuah sarana yang dipakai pengarang untuk mengungkapkan perasaan yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu karya seni sastra yang indah. Hanya saja dalam puisi lama, pengarang mempunyai perasaan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik dengan memberi nasihat. Sedangkan dalam puisi baru, pengarang lebih bebas dan memberikan perasaan dari dirinya sendiri untuk diketahui oleh orang lain.
Contoh:
Puisi usang (pantun):
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai tubuh apalah untung
Senantiasa bersusah hati
Pantun ini menggambarkan pengarang yang ingin memberikan perasaannya bahwa apabila kita selalu bersusah hati dan bersedih, badanpun sanggup menjadi sakit.
Puisi gres (romance):
Angin bangun ketika senja
Ngingatkan animo gugur akan tiba
Aku cemas bila kehilangan kau
Aku cemas pada kecemasanku sendiri
Puisi ini menggambarkan seseorang yang mengkhawatirkan orang yang dicintainya, takut kehilangan dan kebingungannya membuatnya mulai menggila.
2.2. Puisi usang dan puisi gres niscaya mengandung makna dan arti yang ingin disampaikan kepada pembaca atau penikmat puisi tersebut.
Baik puisi usang ataupun puisi gres mempunyai pesan yang dirangkum sang pengarang ke dalam suatu seni bahasa penuh irama. Pesan ini biasanya tersirat dan pembaca sanggup saja mengartikannya dalam makna yang berbeda. Namun, puisi yang berisi keambiguan menyerupai ini kadang lebih banyak menarik perhatian orang.
Contoh puisi usang (Talibun):
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi gres (Chairil Anwar ‘kawanku dan Aku’):
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Melirik sejarah perkembangan puisi dunia, secara garis besar puisi sanggup dibagi dua, yaitu puisi usang dan puisi baru. Puisi usang ialah puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan yang ketat. Ciri-ciri puisi usang ialah kesamaan aturannya yang mengikat tiap puisi. Berdasarkan bentuknya, jenis puisi usang sanggup dibedakan menjadi mantra, pantun, gurindam, karmina, syair, seloka, dan talibun. Puisi usang banyak dipakai sebagai kebanggaan atas Tuhan sebagai rasa syukur atau sarana pemberi hikmah di dalam suatu masyarakat.
Persamaan Dan Perbedaan Puisi Lama Dan Puisi Baru - Puisi baru, menurut zamannya, muncul sesudah zaman puisi lama. Dibandingkan dengan puisi lama, puisi gres lebih bebas dan lincah. Tak menyerupai puisi usang yang penggunaannya lebih ditujukan untuk kepentingan agama, budaya, dan masyarakat, puisi gres lebih mementingkan isi atau makna. Puisi dianggap sebagai salah satu seni sastra yang sanggup dipakai untuk menuangkan perasaan seseorang ke dalam bahasa yang indah. Karena itu, jenis puisi gres dibagi menurut isinya, yaitu balada, himne, ode, epigram, romance, elegi, dan satire.
Berikut ialah perbedaan dan persamaan puisi usang dan puisi baru:
1. Perbedaan Puisi Lama Dan Puisi Baru
1.1. Puisi usang lebih akrab asalnya dengan sastra Arab dan hindu, sedangkan puisi gres muncul akhir tersebarnya budaya Eropa.
Berdasarkan asal muasal penyebarannya, puisi usang mulai disebarkan dan tumbuh di belahan bumi timur tengah di mana penduduknya sudah membentuk peradaban. Karena penduduk yang menyukai untaian kata-kata indah untuk memberikan puji-pujian atau sekadar pesan, karya seni inipun menjadi kepingan tak terpisahkan dari sastra Arab. Pada dikala itu, perdagangan yang terjadi bukan hanya sebagai pertukaran barang, tetapi juga pertukaran budaya. Begitulah cara puisi usang tumbuh pula dalam sastra hindu yang kebanyakan lebih dipakai untuk memuji dewa-dewi mereka.
Seiring berjalannya waktu, negara-negara Eropa mulai berkembang. Tak hanya dalam perdagangan dan politik negara, Eropa juga bertahap menumbuhkan budaya, pendidikan, dan kesenian. Dengan sentuhan dari budaya Arab, Eropa mengadaptasi puisi dengan gayanya sendiri.
Contoh :
Puisi Arab (terjemahan):
Barangsiapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barangsiapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, beliau akan dicerca.
Puisi gres (terjemahan):
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang, kenangan padamu
Adalah derita di sisiku
Bayangan yang bikin tinjauan beku
1.2. Puisi usang tumbuh di dalam masyarakat untuk menyebarkan nasihat, sedangkan puisi gres tumbuh untuk mengekspresikan isi hati sang pengarang.
Puisi usang lebih banyak dibuat oleh pengarang dengan tujuan memberi hikmah atau pesan secara pribadi kepada masyarakat sekitar. Dibandingkan dengan puisi baru, puisi usang mempunyai caranya sendiri dalam pengolahan kata sehingga terbentuk rima yang sempurna tanpa mengurangi pesan yang ingin disampaikan. Berbeda dengan puisi gres yang tujuannya tak lebih dari memberikan perasaan pengarang ke dalam bahasa yang indah.
Contoh perbandingan puisi agama, syair dan balada.
Syair (puisi lama):
Cintailah beliau sewajarnya saja
Agar hatimu tak lalai dari-Nya
Cukup kataka bahwa kamu setia
Buktikan dirimu dengan bertakwa
Balada (puisi baru):
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati dosa manusia
Dari pola tersebut, irama dan rima puisi usang dan puisi gres terang terlihat. Begitu pula makna yang didapat dari kedua puisi. Syair di atas menunjukkan bahwa puisi usang lebih banyak memberi hikmah dan dibuat dengan bumbu agama dari Arab, sedangkan balada lebih menceritakan perasaan pengarang akan keagungan tuhannya.
1.3. Puisi usang tidak pernah mencantumkan nama pengarang, sedangkan puisi gres selalu mencantumkan nama pengarang.
Puisi usang tidak mencantumkan nama pengarang sebab fungsi dari puisi itu sendiri pada awalnya ialah untuk memberi hikmah dan pelajaran ke dalam masyarakat. Ketika puisi gres muncul, tujuannya berubah sehingga pengarang mencantumkan namanya di dalam puisinya sehingga tidak disalin oleh orang lain serta membuatnya terkenal.
Contoh puisi usang (anonim):
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
Puisi gres (Chairil Anwar):
Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak, dan berbahagia
Sedang saya mengembara serupa Ahasveros
2.4. Puisi usang disebarkan dari lisan ke mulut, sedangkan puisi gres disebarkan dalam bentuk goresan pena atau buku.
Mengapa puisi usang tersebar dari lisan ke mulut, diceritakan dari satu orang ke orang lain? Puisi usang tumbuh semenjak zaman sebelum masehi di mana belum ada benda yang dipakai untuk menulis. Terlebih lagi, puisi usang tidak ditujukan untuk dicetak dan dinikmati orang banyak, tidak menyerupai puisi gres yang tujuannya sebagai karya seni yang dinikmati pembaca.
Contoh puisi usang (pantun):
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Contoh puisi gres sanggup dibuktikan dengan kumpulan puisi seorang pengarang yang dijadikan sebuah buku menyerupai buku Aku oleh Chairil Anwar atau Sayap-Sayap Patah oleh Kahlil Gibran.
Puisi usang mempunyai hukum yang ketat mengenai rima, jumlah baris dan bait terkait, dan tata bahasa yang harus digunakan, sedangkan puisi gres lebih dinamis dan bebas tanpa terikat aturan.
Contoh Puisi usang (syair):
Hai sekalian kita yang berdagang
Nafsumu itu lawan berperang
Jangan hendak lebih oke kurang
Janganlah sama dengan orang
Contoh puisi gres (ode):
Generasi sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke daerah berjuang
Generasi kini di panjang masa
Dari kedua pola di atas, sanggup dilihat bahwa syair mempunyai sajak yang berima indah, menunjukkan cirri puisi usang yang selalu bersajak sama serta biasanya berpola empat baris per bait. Sangat kontras berbeda jikalau dibandingkan dengan puisi gres yang tidak berima. Bahasa yang indah dan kata-kata yang mengandung kiasanlah yang masih membuatnya dikategorikan sebagai puisi.
2. Persamaan Puisi Lama Dan Puisi Baru
2.1. Puisi usang dan puisi gres merupakan sarana pengarang untuk mengungkapkan perasaan.
Puisi secara umum menjadi sebuah sarana yang dipakai pengarang untuk mengungkapkan perasaan yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu karya seni sastra yang indah. Hanya saja dalam puisi lama, pengarang mempunyai perasaan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik dengan memberi nasihat. Sedangkan dalam puisi baru, pengarang lebih bebas dan memberikan perasaan dari dirinya sendiri untuk diketahui oleh orang lain.
Contoh:
Puisi usang (pantun):
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai tubuh apalah untung
Senantiasa bersusah hati
Pantun ini menggambarkan pengarang yang ingin memberikan perasaannya bahwa apabila kita selalu bersusah hati dan bersedih, badanpun sanggup menjadi sakit.
Puisi gres (romance):
Angin bangun ketika senja
Ngingatkan animo gugur akan tiba
Aku cemas bila kehilangan kau
Aku cemas pada kecemasanku sendiri
Puisi ini menggambarkan seseorang yang mengkhawatirkan orang yang dicintainya, takut kehilangan dan kebingungannya membuatnya mulai menggila.
2.2. Puisi usang dan puisi gres niscaya mengandung makna dan arti yang ingin disampaikan kepada pembaca atau penikmat puisi tersebut.
Baik puisi usang ataupun puisi gres mempunyai pesan yang dirangkum sang pengarang ke dalam suatu seni bahasa penuh irama. Pesan ini biasanya tersirat dan pembaca sanggup saja mengartikannya dalam makna yang berbeda. Namun, puisi yang berisi keambiguan menyerupai ini kadang lebih banyak menarik perhatian orang.
Contoh puisi usang (Talibun):
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi gres (Chairil Anwar ‘kawanku dan Aku’):
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Semoga artikel mengenai Persamaan dan Perbedaan Lama Dan Puisi Baru menambah wawasan kita. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment