Bekerja keras berarti berusaha atau beriktiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras yakni bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.
Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap detik kehidupan yang dijalaninya yakni watu kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati, dan setiap langkahnya yakni perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.
Empat prinsip yang harus dimiliki seorang muslim dalam bekerja dan bertanggung jawab Pertama. bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan). Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban. Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi) dan Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).
A. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab a. Bekerja Keras Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras yakni bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.
Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai dengan do’a dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman yang artinya sebagai berikut.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ﴿ ٧٧
(
waibtaghi fiimaa aataaka allaahu alddaara al-aakhirata walaa tansa nashiibaka mina alddunyaa wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)
Dengan demikian, sikap bekerja keras sanggup dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan kiprah sesuai dengan profesi masingmasing.
b. Bertanggung Jawab Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab berdasarkan kamus Bahasa Indonesia yakni berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memperlihatkan jawab dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab yakni kesadaran insan akan tingkah laris atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab yakni pecahan dari aliran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap insan harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah sikap itu berlandaskan nalar sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika insan sanggup menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka ia pasti sanggup bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿ ٣٦
(
walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada kullu ulaa-ika kaana 'anhu mas-uulaan)
Artinya :
“Dan janganlah kau mengikuti apa yang kau tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).
B. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk beribadah, sehingga di hari itu orang berhenti bekerja. Dalam aliran Islam, setiap hari yakni hari kerja, dan bekerja untuk urusan dunia yakni apabila dikerjakan dengan niat yang jujur.
Hari Jum’at yang dianggap hari besar dalam Islam, tiadalah dihari itu diperintahkan supaya berhenti bekerja, melainkan gres sehabis mendengar panggilan adzan hingga hingga shalat Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah Swt. Q.S. al-Jum’at/62:9-10.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿ ٩
(
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nuudiya lilshshalaati min yawmi aljumu'ati fais'aw ilaa dzikri allaahi wadzaruu albay'a dzaalikum khayrun lakum in kuntum ta'lamuuna)
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿ ١٠
(
fa-idzaa qudhiyati alshshalaatu faintasyiruu fii al-ardhi waibtaghuu min fadhli allaahi waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna)
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kau kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu bila kau mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kau di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah Allah Swt. banyakbanyak supaya kau beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62:9-10).
Islam telah memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan berkarya dengan banyak sekali cara, diantaranya yakni sebagai berikut.
1. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bekerja dan berkarya, karena;
a). Karya seseorang yang akan memilih kualitas seorang beriman, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan Q.S.Thaha/20:75.
Q.S. al-Ahqaaf/46:9 قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ ﴿ ٩
(
qul maa kuntu bid'an mina alrrusuli wamaa adrii maa yuf'alu bii walaa bikum in attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya wamaa anaa illaa nadziirun mubiinun)
Artinya :
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan saya tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan saya tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Q.S.Thaha/20:75 وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَىٰ ﴿ ٧٥
(
waman ya/tihi mu/minan qad 'amila alshshaalihaati faulaa-ika lahumu alddarajaatu al'ulaa)
Artinya :
Dan barangsiapa tiba kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah bersedekah saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
b). Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya seseorang, sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿ ١٠٥
(
waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna)
Artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, kemudian diberitakan-Nya kepada kau apa yang telah kau kerjakan.
c). Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. nanti di akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S. an-Nahl/16:93.
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿ ٩٣
(
walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin yudhillu man yasyaau wayahdii man yasyaau walatus-alunna 'ammaa kuntum ta'maluuna)
Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, pasti Dia mengakibatkan kau satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan bekerjsama kau akan ditanya wacana apa yang telah kau kerjakan.
2. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-Jum’at/62:10 seprti di atas dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,
Q.S. al-Isra’/17:12 وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ ۖ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا ﴿ ١٢
(
waja'alnaa allayla waalnnahaara aayatayni famahawnaa aayata allayli waja'alnaa aayata alnnahaari mubshiratan litabtaghuu fadhlan min rabbikum walita'lamuu 'adada alssiniina waalhisaaba wakulla syay-in fashshalnaahu tafshiilaan)
Artinya :
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, supaya kau mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kau mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
karena;
- Karunia Allah Swt. hanya sanggup dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya. Tanpa berkarya tidak mungkin karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.
- Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid sehabis shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu? Mereka menjawab; Kami orang-orang yang tawakal kepada Allah Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan: Janganlah seorang kau berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah, berilah saya rizki, padahal ia mengetahui bahwa langit belum pernah menurunkan hujan emas, dan Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kau di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”
3. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ ﴿ ١٨٥
(
awalam yanzhuruu fii malakuuti alssamaawaati waal-ardhi wamaa khalaqa allaahu min syay-in wa-an 'asaa an yakuuna qadi iqtaraba ajaluhum fabi-ayyi hadiitsin ba'dahu yu/minuuna Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada gosip manakah lagi mereka akan beriman sehabis Al Alquran itu?
- Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-Qurān, contohnya dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
- Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga hingga kesimpulan, bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam ini yakni ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt. menciptakannya tidaklah sia-sia.
4. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan kedzaliman.
- Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan yakni pendusta agama.
- Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman dan memiliki ilmu yang banyak.
- Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan berbuat dzalim alasannya dzalim yakni sumber malapetaka atau kehancuran.
5. Diperintahkan untuk memakan kuliner yang baik, menggunakan pakaian yang bagus, membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik bawah umur menjadi shaleh.
- Allah Swt. memerintahkan insan untuk mencari rizki yang halal dan tayyib.
- Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya dari api neraka.
- Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.
6. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh, sehingga musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.
أَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ ﴿ ٦٠
(
wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna)
Artinya :
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kau sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kau menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kau tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kau nafkahkan pada jalan Allah pasti akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kau tidak akan dianiaya (dirugikan).
Demikian cara yang digunakan oleh Islam untuk memerintahkan kepada para pemeluknya supaya bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui berkarya di dalam segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas dengan kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).
C. Aktivitas Siswa 1. Coba kalian diskusikan dengan kelompokmu kriteria kehidupan yang hayatan tayyibah!
2. Berikan Tanggapan kalian wacana kenapa Allah Swt. memerintahkan insan untuk bekerja keras dalam kehidupan ini ?
Kriteria Kehidupan yang Hayatan Tayyibah Berdasarkan pendapat para mufassir mulai dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas hingga Sayyid Quth, Wahbab Zuhaili dan Quraish Shihab dan sebagainya, paling tidak ada tujuh kritreria kehidupan seseorang yang mendapatkan hayatan thayyibah.
1. Rizki Yang Halal Setiap insan tentu membutuhkan rizki berupa makanan, minuman, pakaian, daerah tinggal, kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Untuk itu, insan harus mencari nafkah dengan banyak sekali perjuangan yang halal.Karena memperoleh rizki yang halal merupakan ciri kehidupan yang baik, maka Allah swt menyayangi orang yang demikian sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
ِإنَّ للهَ تَعَالَى يُحِبُّ أَنْ يَرَى عَبْدِهِ تَعِبًا فىِ طَلَبِ الْحَلاَلِ
Artinya :
Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad Dailami).
2.Qonaah Ketika rizki halal sudah kita peroleh, orang yang mencapai derajat kehidupan yang baik adakan selalu qonaah atau mendapatkan rizki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya belum mencukupi. Sikap yang cantik yakni mendapatkan dulu apa yang kita peroleh, sedangkan kurangnya sanggup kita cari lagi. Allah Swt berfirman :
فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ۚ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ﴿ ٤٩
(
fa-idzaa massa al-insaana dhurrun da'aanaa tsumma idzaa khawwalnaahu ni'matan minnaa qaala innamaa uutiituhu 'alaa 'ilmin bal hiya fitnatun walaakinna aktsarahum laa ya'lamuuna)
Artinya :
Maka apabila insan ditimpa ancaman ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya saya diberi nikmat itu hanyalah alasannya kepintaranku". Sebenarnya itu yakni ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui (Q.S Azumar/39 : 49)
3. Kebahagiaan. Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek duniawi, tapi yang terpenting yakni bila sanggup menjalani kehidupan dalam kerangka dedikasi dan ketaatan kepada Allah swt. Bila seseorang sudah beriman dan bersedekah shaleh ia akan mencicipi kebahagiaan alasannya kehidupannya di dunia memberi donasi manfaat kebaikan.
4. Ketenangan. Bagi seorang muslim dengan keyakinan dan amal shaleh insya Allah terhindar dari dosa yang membuat kita menjadi tenang. Hal merupakan salah satu essensi hayatan thayyibah yang amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan disebut dalam hadits Rasulullah saw:
اَلإِثْمُ مَاحَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسَ
Artinya :
Dosa yakni sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak sepakat kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).
5.Ridha Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridha kepada Allah swt sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini. Dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَّبِيًّا وَرَسُوْلاً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ
Artinya :
Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, wajib baginya nirwana (HR. Muslim).
6.Syukur Sudah pasti bagi insan adanya kenikmatan yang diperolehnya dalam hidup ini sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt. Allah Swt berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿ ٧
(
wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna 'adzaabii lasyadiidun)
Artinya :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya bila kau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan bila kau mengingkari (nikmat-Ku), maka bekerjsama azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim [14]:7).
7.Sabar. Sabar yakni menahan dan mengekang diri dari melaksanakan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah swt alasannya mencari ridha-Nya. Orang yang hidupnya baik tidak mungkin melepaskan sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sulit, karenanya Allah swt menyayangi siapa saja yang sabar, Allah Swt berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ﴿ ١٤٦
(
waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu limaa ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu yuhibbu alshshaabiriina)
Artinya :
Dan berapa banyak Nabi yang berperang bahu-membahu mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah alasannya peristiwa yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) mengalah (kepada manusia), dan Allah menyayangi orang yang sabar (QS 3:146).